Home / Pernikahan / Istri yang Terpaksa Kau Nikahi / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Istri yang Terpaksa Kau Nikahi: Chapter 201 - Chapter 210

286 Chapters

BAB 201 — SUMPAH DI MALAM PERTAMA

Kediaman utama Keluarga Pranadipta seharian ini riuh dipenuhi dengan ratusan manusia. Para rekan bisnis Romana hadir silih berganti, berlomba-lomba memberikan selamat atas lepasnya masa lajang sang putra bungsu. Mereka turut merayakan hari bahagia ini. Momen dimana Alexander William Pranadipta telah menikah dengan seorang perempuan dari keluarga sang sahabat, Alisha Rossara Candrawinata yang berprofesi sebagai dosen muda. Jajaran karangan bunga ucapan sukacita pun terus berdatangan membanjiri halaman rumah ini.Bahkan hingga malam menjelang, saat pesta sudah selesai pun masih saja ada timbul perdebatan antara jasa pengiriman dengan para Satpam akibat meletakkan karangan bunga mereka tidak pada tempat yang disediakan. Maklum, karangan bunga itu terlalu banyak hingga sudah disusun tak berjarak pun masih sesak.Sesesak dada Alisha yang sejak tadi berusaha tersenyum dengan ikhlas dengan para tamu, berpura-pura bahagia atas pesta megah yang digelar itu. “Trust me, I’m still loving you!”A
Read more

BAB 202 — TIDAK ADA HONEYMOON!

“Alisha? Kau di sini?”Romana meletakkan sebuah cangkir keramik bermotif daun di meja. Wanita paruh baya itu hendak mengambil air hangat sebelum pergi beristirahat. Namun, ketika sampai di dapur ia justru menemukan menantu barunya sedang berdiri di samping meja makan. Penampilannya sudah berbeda. Jika sejak pagi Alisha mengenakan make up polesan tebal, malam ini wanita itu sudah tampil polosan tanpa polesan make up sedikitpun. Hanya mengenakan gaun tidurnya dan sebuah lip balm pada bibir tebalnya.Sementara Alisha yang sedikit terkejut dengan kedatangan Romana segera berbalik badan menghadap sang ibu mertua. Selanjutnya tersenyum kikuk bagai anak kecil yang sedang terpergok mencuri.“Kenapa belum tidur? Bukankah seharusnya kau dan William sudah beristirahat, hm?” Romana bertanya sekali lagi dengan senyum merekahnya. Bermaksud memberikan pengertian lain. Tangan wanita itu terulur meraih teko berbahan kaca transparan lalu menuang air yang ada di dalamnya pada cangkir yang ia bawa tadi.
Read more

BAB 203 — KITA TIDUR SATU KAMAR?

William memarkirkan mobil tepat di halaman rumahnya. Setelah hampir satu jam lamanya berkendara membelah jalanan kota yang cukup padat, akhirnya pria itu tiba juga di rumah yang sudah tiga hari ini ia tinggalkan. Sebenarnya, Romana sudah melarang untuk jangan pindah rumah cepat-cepat. Mungkin menunggu tiga hari lagi atau setidaknya sampai sepasang suami istri ini mengumpulkan tenaga yang sempat mereka habiskan dalam pesta megah yang digelar seharian itu. Toh mereka masih memiliki hari cuti yang cukup banyak. William mengambil cuti hampir tiga hari lamanya, sementara Alisha mendapatkan hak cuti menikah selama lima hari.Namun, semua itu hanyalah sebuah ekspektasi. Karenya nyatanya hanya hitungan belasan jam William dan Alisha menginap di rumah utama, tetapi pagi harinya mereka sudah buru-buru pergi meninggalkan kediaman Pranadipta. Tentu saja hal itu dilakukan bukan tanpa alasan. Itu semua sengaja karena William tidak ingin merasa terkekang dan terus bersandiwara untuk baik-baik saja de
Read more

BAB 204 — AKU TIDAK AKAN PERGI, ANN!

Masa cuti William belum genap tiga hari. Namun Direktur Keuangan di Pranadipta Group itu sudah memutuskan untuk pergi bekerja. Padahal, Gamma sendiri—yang notabene Direktur Utama di sana—sudah mengatakan jika tidak masalah bila William masih menginginkan libur. Toh, lelaki itu mendapatkan cuti. Tidak terburu-buru, karena pastinya pengantin baru juga dimaklumi.Kini, William sedang berada dalam ruangannya, sejak tadi sibuk memeriksa berkas-berkas laporan yang menumpuk di mejanya. Beberapa hari meninggalkan kantor saja laporan itu sudah menggunung. Saat sedang asik menandatangani berkas dengan pulpen bertinta hitam, pintu dalam ruangannya diketuk oleh seseorang. Ia pun segera mempersilakan tanpa mendongakkan kepala.Suara pintu terbuka yang kemudian ditutup kembali, juga derap langkah kaki berspatu hak tinggi terdengar di telinga William. Namun, pria itu tak jua mengalihkan pandangan dari kertas-kertas laporan yang baru ia teliti itu. Hingga sebuah map berwarna merah diletakkan pada mej
Read more

BAB 205 — JANGAN MENGURUS HIDUPKU!

Ketika seseorang membuka pintu kamar, William juga tengah menarik pintu yang sama dari arah dalam. Begitu pintu terbuka, dua manusia itu sama-sama tersentak ke belakang saat bertemu pandang. Alisha spontan mengelus dada, tetapi lelaki itu berusaha untuk terlihat biasa saja walaupun hampir kehilangan sirkulasi udara dalam tubuhnya.Biasanya, William pulang petang. Namun, akibat protes yang dilayangkan sang ibu, pria itu lantas memutuskan untuk pulang setelah makan siang. Sementara Alisha sengaja tidak berpamitan sebab perkiraannya saat ia pulang nanti, suaminya masih berada di kantor. Akan tetapi dugaannya meleset, William justru sudah tiba di rumah lebih dulu.Sepasang suami istri itu masih berdiri di ambang pintu. Saling bergeming, menunggu siapa yang akan beringsut mundur lebih dulu. Pada akhirnya, setelah menelan saliva dengan kasar, Alisha yang mengalah untuk melakukannya. Wanita itu bergeser ke samping kanan memberi ruang agar William bisa melangkah keluar.“Maaf, aku tadi pergi
Read more

BAB 206 — RENCANA DILUAR DUGAAN

Pada akhirnya William tetap mencuci sendiri semua pakaiannya. Tidak rela jika baju-bajunya itu disentuh oleh Alisha.Namun, wanita itu tidak hilang akal. Jarak yang lumayan dekat dari dapur membuat Alisha dengan mudah melihat apapun aktivitas yang dilakukan sang Suami. Diam-diam ia memperhatikan William yang sedang berkutat di ruang laundry sembari memanaskan makanan yang sudah ia masak tadi pagi. Tidak ada maksud lain, hanya ingin tahu bagaimana cara mencuci lelaki itu. Serumit apa langkahnya, hingga tak mau memberikan kepercayaan kepada Alisha. Padahal hanya sekadar mencuci baju.Memang saat Alisha mencari tahu, lelaki berkaos putih sibuk memisahkan baju-baju kotornya. Kemudian terdengar dua bunyi mesin cuci yang berbeda. Apa pria itu menggunakan dua mesin cuci? Tebakannya begitu. Alisha juga tidak bisa memastikan, sebab ia juga tak bisa leluasa mengamati apa saja yang dilakukan dalam ruang laundry itu. Beberapa kali William menyadari jika sedang diamati, tetapi saat itulah Alisha
Read more

BAB 207 — PENGUNDURAN DIRI

“Argh!” William menendang sebuah kaki meja tak bersalah di ruang kerja saat melangkah ke luar ruangan. Bibirnya terus mendecak kesal akibat keinginan yang tidak sesuai harapan. Satu tangannya memegang benda pipih berwarna hitam dengan layar menyala dan satu tangannya lagi bergerak memijat dahinya yang mulai terasa pening. Sejak semalam William menghubungi Anna, bermaksud meminta penjelasan atas apa yang telah wanita itu putuskan. Kurang lebih ada seratus panggilan yang dilakukan William. Namun, tidak ada satupun dari panggilan itu yang terjawab. Anna sebenarnya sedang sibuk, atau memang sengaja membiarkan panggilan itu? Dan kini, William datang ke kantor hanya untuk menemuinya. Dengan dalih mengambil tab dan flashdisk yang tertinggal, ia cukup selamat dari amukan Romana. Akan tetapi sejak menginjakkan kaki di kantor ini, ia tak melihat batang hidung wanita yang ia cari. Mungkin masih bekerja bersama Gamma. Tenang, William masih sabar, ia masih menanti. Hanya menunggu siang dan saat
Read more

BAB 208 — RICHOVETA ABMAHA

“Ann! Tunggu!”William mempercepat langkahnya. Berusaha mengejar tapak kaki perempuan yang telah menjauh di hadapannya. Pria itu masih berusaha memanggil nama sang kekasih, tetapi sepertinya wanita itu menulikan telinga. Hanya terus melangkah tanpa berniat menengok ke belakang. “Anna, kita harus bicara!”Tidak tanggung-tanggung William menunjukkan keseriusannya untuk bicara. Bahkan Anna berjalan menuju parkiran pun, lelaki itu masih setia mengejar. Tidak peduli apa yang terjadi setelah ini, tidak mengambil pusing juga kepada beberapa mata yang memandang ke arahnya. Hanya satu yang menjadi tujuan, menghentikan langkah Anna dan mengajaknya bicara.Hingga pada akhirnya langkah sepatu berhak tinggi itu melambat. Di basement tempat puluhan kendaraan roda empat berjejer rapi ini perempuan itu berhenti. Dengan sisa tenaga dalam tubuhnya, William lantas memanfaatkan keadaan. Menarik lengan Anna menuju bagian yang cukup sepi, sekalipun tempat ini tidak dikerumuni oleh banyak manusia. Hanya du
Read more

BAB 209 — TOLONG BANTU AKU

Makan malam perayaan ulang tahun Renata berlangsung sederhana. Hidangan yang tersaji pun juga hanya makanan rumahan biasa. Setelah tiup lilin, makan malam dimulai dengan cukup hangat. Sehangat nyala lilin hias yang menyala di atas meja. Diiringi dengan William yang tidak tertarik dengan obrolan itu hanya diam menikmati makanan yang tersusun rapi dalam piringnya sembari mendengar percakapan Richo dan Alisha yang tampak bersemangat bertukar cerita. Baru diketahui, jika pria yang mengaku sebagai mantan kekasih Alisha itu baru saja kembali dari liburannya di Bali. Sialnya, lelaki itu menginap di Sintara. “Asal kau tahu, Sintara itu milik Romana. Ibunya William, Rich,” sahut Renata menimpali obrolan Richo dan Alisha mengenai hotel tersebut. “Dan William ini menjadi Direktur Keuangan di Holding Office Sintara.”“Ohya? Kudengar Nyonya Romana memiliki dua putra. Satu kandung dan satu tiri, dan setahuku nama putra kandungnya Gamma. Aku pernah membaca salah satu media membuat berita begitu,”
Read more

BAB 210 — KOPI DARI MERTUA

Getaran halus yang terdengar di samping tubuhnya menganggu tidur pulas William. Pria itu masih memejamkan mata, tetapi tahu bahwa bising itu bukan berasal dari ponsel miliknya. Sebab alarm pada ponselnya pasti berdering. Selain itu, ponsel William akan menyala setiap pukul enam pagi. Sudah jelas vibrasi itu bersumber dari ponsel istrinya, Alisha.Biasanya, jika demikian Alisha akan langsung mematikan getaran itu, kemudian akan terasa sebuah gerakan menuruni ranjang. Namun, sudah beberapa saat berlalu, William tak jua merasakan gerakan itu, bahkan ponsel itu masih menggegar. Alhasil lelaki yang masih ingin beristirahat itu pun berdecak kesal.“Sha, ponselmu mengangguku!” desisnya kemudian memindah posisi bantal untuk menutupi telinganya. Sayangnya ponsel itu masih saja belum berhenti mengoyak pendengarannya.Dengan kedua mata yang masih terbalut kantuk, William mencebikkan bibirnya sekali lagi. Lalu menggerakkan tangannya untuk meraba sisi di sebelahnya, berharap menemukan tubuh Alisha
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
29
DMCA.com Protection Status