Semua Bab Istri yang Terpaksa Kau Nikahi: Bab 221 - Bab 230

286 Bab

BAB 221 — TERIKAT TANGGUNG JAWAB

Langkah kaki yang tergesa spontan melambat ketika dering panggilan masuk terdengar di telinga William. Pria itu sedang berjalan menuruni tangga hendak pergi ke ruang kerjanya. Meskipun hari ini adalah akhir pekan tetap saja William tak bisa meninggalkan pekerjaan. Di belakangnya terlihat sosok perempuan yang juga berjalan di tangga yang sama. Alisha, biasanya wanita itu akan ke dapur untuk membuat sarapan.William lantas segera merogoh benda pipih yang meraung keras pada saku celananya. Sebuah panggilan dari Romana membuatnya mengernyit sebentar. Ada apa ibunya menelpon pagi-pagi begini? Adakah hal urgent yang harus ia urus? Tanpa banyak berpikir lagi William mengusap layar ponsel dan menjawab panggilan itu. “Ada apa, Bu?” tanyanya ketika mendengar Romana sedang menggerutu pelan akibat panggilan yang tak segera tersambung. William menghentikan langkah sejenak di depan anak tangga kemudian bersandar pada penyangga besi, membiarkan Alisha untuk melewati dirinya begitu saja.[“Will? Apa
Baca selengkapnya

BAB 222 — BUKAN JUAL DIRI

Ketika berjalan melewati ruang tamu, Alisha dikejutkan dengan setumpuk kado yang tersusun rapi di atas meja. Wanita itu baru saja pulang dari mengajar. Sementara saat, ia datang ia mobil suaminya juga sudah terparkir rapi di garasi. Itu tandanya William sudah berada di rumah. Mungkin, pria itu tahu dari mana jejeran kotak berbalut kertas warna-warni itu berasal.Alisha lantas berjalan ke arah meja, ia ingin melihat lebih dekat hadiah itu.[Happy monthversarry.]Begitulah dua kalimat ucapan pada sepucuk surat yang terlampir pada sebuah karangan bunga. Buket itu dibiarkan tergeletak di atas meja dengan sebuah kotak kertas berisi dengan beberapa toples kaca. Alisha sendiri tidak bisa memastikan bingkisan itu dari siapa. Namun, saat memeriksa satu buket lainnya ia mendapati nama Gamma dan Serra. Bisa dipastikan semua ini dari keluarga William, termasuk Romana.Ah, bingkisan itu manis sekali, semanis lengkung senyum yang teruntai di bibir Alisha.Tidak terasa sudah satu bulan lamanya Alish
Baca selengkapnya

BAB 223 — RUM BROWNIES DAN VANILA ICE CREAM

Pesta ini nampaknya digelar untuk kalangan internal perusahaan saja. Terbukti saat Alisha hanya menjumpai tamu yang sebagian besar bekerja sebagai karyawan suaminya. Mungkin memang dibuat demikian agar tidak terlalu ramai. Toh, ballroom hotel yang mereka gunakan ini tidak terlalu luas. Dekorasi acara ini sederhana namun tetap mewah. Serangkaian acara tiup lilin sudah mereka lewati dan kini mereka hanya tinggal bersenang-senang sembari melahap makanan dan minuman yang telah disediakan.Sejak tadi Alisha hanya duduk di sebuah meja bundar. Tidak tahu harus pergi kemana ketika sang suami lebih memilih mengobrol dengan para bawahannya. Ia tak punya kenalan akrab. Bertegur sapa dengan para karyawan pun hanya beberapa kali. Serra dan Gamma sedang berbincang dengan salah satu pemegang saham. Romana sedang menjamu karyawan-karyawannya. Ah, rasanya Alisha tak ikut pun tidak berpengaruh pada acara ini.“Kau bicara apa pada ibu?” Tiba-tiba saja, William sudah duduk di hadapan Alisha. Entah kapan
Baca selengkapnya

BAB 224 — BEKAL YANG TERBUANG

[Bapak lebih suka nasi hainan tanpa pandan untuk sarapan. Opsi yang lain nasi daun jeruk dengan ayam crispy, Bu.]Begitulah pesan yang masuk dalam ponsel Alisha beberapa jam yang lalu. Setelah semalam bertukar nomor, Alisha bertanya pada Anna tentang apa saja yang disukai oleh suaminya. Mungkin dengan memberinya makanan kesukaan, pria itu akan sedikit luluh. Sama seperti Serra yang berusaha meluluhkan hati Gamma dengan sebuah masakan. Tidak peduli apa hubungan Anna dengan suaminya saat ini, ataupun siapa yang masih singgah dalam hati William, tidak masalah bagi Alisha. Ia hanya ingin membangun hubungan baik dengan lelaki itu saja. Dan sekarang, Hanya Anna yang bisa membantunya. Belajar darinya juga tidak salah, kan?Kebetulan nasi hainan adalah menu kesukaan Richo, sejak dulu pria yang sering mengaku sebagai mantan kekasihnya itu sering merengek meminta untuk dimasakkan. Selalu begitu setiap pulang ke Indonesia. Jadi lidah dan tangannya cukup terlatih untuk memasak hidangan itu. Ki
Baca selengkapnya

BAB 225 — GELAP GULITA

Suara alarm peringatan mengganggu tidur nyenyak Alisha. Wanita itu mencoba membuka mata, tetapi yang terlihat hanya kegelapan. Lampu tidur yang biasanya berpendar remang-remang tidak menyinari sedikit pun. Mungkinkah sedang ada pemadaman listrik?Tidak tahu pasti. Alisha sendiri tidak mendapatkan informasi apa-apa. Bahkan pengurus kompleks pun tidak memberikan penjelasan tekait pemutusan listrik.Dengan perlahan, Alisha bangkit dari tempat tidur dan mengambil ponsel yang berada di meja sampingnya. Layar yang terang memudahkan dia untuk menemukan ponsel tersebut. Alisha menyalakan senter di ponselnya agar bisa melihat dengan jelas. Sekarang dia dapat melihat dengan lebih baik. Dia hampir menabrak sebuah sofa kecil di depannya. Bahkan, dia bisa melihat William yang masih tertidur pulas sambil memeluk guling.Alisha kemudian berjalan ke arah jendela dan menyibak tirai tebal yang tergantung di sana untuk melihat kondisi di sekitar. Kamar tempat mereka menginap berada di lantai dua, jadi d
Baca selengkapnya

BAB 226 — JANGAN BESAR KEPALA!

"Bagaimana keadaanmu?"Kabar itu ditanyakan oleh Alisha kepada Wiliam yang sedang terbaring lemah di atas brankar sebuah kamar rawat inap. Tubuh kekarnya belum bisa bergerak leluasa setelah tindakan medis yang ia jalani beberapa jam yang lalu. Pisau yang digunakan para perampok itu melukai bagian perutnya. Menusuk dan menembus kulitnya. Namun, beruntung tusukan itu tidak terlalu dalam dan tidak mengenai organ vital, sebab William berhasil menahan laju senjata tajam itu dengan tangannya. Hanya saja hal itu membuat jemari dan telapak tangannya harus terluka cukup parah. Suaminya itu pun segera mendapatkan pertolongan dan dilarikan ke rumah sakit setelah beberapa tetangga kompleks dan satuan pengamanan yang bertugas segera datang ke rumah meringkus para penjahat yang tersisa. Bahkan Gamma langsung datang ke kantor polisi untuk mengurus beberapa hal yang bisa diwakilkan. Ia mendapatkan laporan dari Serra beberapa waktu yang lalu."Better," jawab lelaki itu se
Baca selengkapnya

BAB 227 — MENUTUPI KEBOHONGAN.

William spontan menutup bibirnya rapat. Kedua matanya terpejam, meredam penyesalan yang tiba-tiba mendrobak keluar. Batinnya tak henti merutuki dirinya sendiri, mengapa ia begitu ceroboh sehingga mengucapkan kalimat seperti itu? Sekarang apa yang harus ia sampaikan kepada Romana? Apakah ia harus jujur atau justru berkilah dan semakin menutupi kebohongan? Jika William memilih untuk jujur, semua pertanyaan Romana bisa saja terjawab. Namun, mengungkapkan bahwa Alisha tidak akan hamil karena William tidak pernah menyentuhnya adalah hal yang sulit. Selain itu, banyak hal lain yang harus disembunyikan William karena hubungan mereka yang tidak baik-baik saja. Tapi, mengungkapkan semuanya secara gamblang kepada Romana bisa menyulut masalah yang lebih besar. Ibunya pasti akan bertanya apa alasan di balik semua ini. Di sisi lain, William juga tidak ingin mengecewakan Romana saat ini. Ia merasa tidak ada pilihan lain, bukan? "Bukan seperti itu maksudku, Bu. Kami tidak memiliki masalah kesehat
Baca selengkapnya

BAB 228 — FILOSOFI BUNGA DAN VAS

Di tempat lain, seorang wanita berambut panjang dan seorang pria tengah menepati janji temu mereka. Hari masih bisa terbilang subuh, akan tetapi tempat ini sudah dipenuhi dengan puluhan manusia. Sebagian pegawai dan tenaga medis, sebagian lagi pengunjung biasa.“Aku mendengar kau dan suamimu baru saja terkena musibah, Bagaimana denganmu? Kau ada yang terluka? Bagaimana bisa rumahmu dirampok, Sha? Bukankah ada security di kompleks rumahmu?” Alisha membuang napas pelan ketika suara bariton melontarkan berbagai pertanyaan itu. Arsakha Daneswara, dokter spesialis yang menangani mamanya. Wanita yang masih mengenakan baju tidur itu lantas menggeser tubuhnya agar Arsa yang baru saja datang bisa duduk di sebelahnya. Alisha pamit tak masuk kerja, kemudian Arsa baru saja selesai bertugas. Wajar mereka bisa bertemu. Arsa bertugas di Pranadipta Hospital, dan suaminya dilarikan di rumah sakit yang sama. Kabar terlukanya William pun sudah menyebar dari jajaran manajemen hingga para tenaga medis,
Baca selengkapnya

BAB 229 — LEPAS KENDALI

"Dari mana?"Ketika pintu kamar ini terbuka pertanyaan itulah yang menyambut. Sedangkan sang penanya sudah duduk bersandar di kepala ranjang dengan kedua mata yang telah menatap tajam ke arahnya. Satu tangan berbalut perban diletakkan di atas perut sedang satu tangan yang lain sedang sibuk dengan komputer jinjingnya. Kini benda itu diturunkan di atas kasur dan perhatian penuh di berikan kepadanya, menanti penjelasan mengapa Alisha pergi meninggalkannya begitu lama.Lalu bagaimana kondisi lelaki itu pasca perampokan kemarin? William semakin membaik. Lelaki itu sudah bisa beraktivitas secara normal kembali. Bahkan sudah bisa berjalan dan berlari kecil. Hanya saja belum boleh melakukan aktivitas berat seperti mengangkat beban yang terlalu banyak dari bawah ke atas.Satu minggu lamanya William tidak pergi ke kantor. Dua hari ia menginap di rumah sakit, sisanya beristirahat di apartemen Alisha. Tunggu dulu, mengapa apartemen Alisha? Ya, benar. mereka memutuskan untuk tinggal di apartemen l
Baca selengkapnya

BAB 230 — MENGUBUR DALAM, MENJUNJUNG TINGGI

"Agh! William ..... Hentikan!"Alisha sudah menjerit kesakitan, entah sudah ke berapa kali wanita itu merintih, memukul dan mencakar punggung William akan tetapi lelaki itu tetap menulikan pendengaran. Hanya terus menggerakkan tubuhnya mengikuti hawa nafsu yang semakin menggebu-gebu tanpa peduli jika wanita di bawahnya sedang menahan rasa nyeri yang begitu hebat pada bagian organ di bawah sana. Bahkan lelaki itu nampak tidak ambil pusing dengan bercak merah yang mengotori tempat tidur mereka.Sementara Alisha hanya bisa pasrah dengan tempo permainan William begitu cepat. Lehernya terasa bagai tercekik dan napasnya tersengal seakan pasokan oksigen dalam tubuhnya mulai menipis."Aku mohon hentikan, William! A-ah! Sakit!" Alisha mencoba bangkit tetapi untuk kesekian kalinya tubuhnya dibanting tanpa ampun. Raungan itu tak dipedulikan. William justru merendahkan tubuhnya mendekat ke arah telinga Alisha. "Kenapa meminta berhenti, hm? Kau sendiri yang bilang ingin diperlakukan sebagai istri
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
29
DMCA.com Protection Status