Semua Bab Istri yang Terpaksa Kau Nikahi: Bab 191 - Bab 200

286 Bab

BAB 191 — PENGAMPUNAN

“Sayang?” Gamma memanggil seraya memeluk Serra dari belakang. Pria itu baru saja mandi, wangi sabunnya menguar kemana-mana. Ah, entah kenapa Serra selalu menyukainya. Sedang Gamma sendiri tidak peduli bahwa perempuan yang sedang dipeluknya itu belum mandi. Sudah terkena air atau belum baginya aroma tubuh istrinya sama saja. Selepas membersihkan diri, ia langsung menuju meja makan menyusul sang istri yang sejak subuh berpamitan untuk membuat sarapan, tetapi hingga pukul delapan pagi masih saja berkutat di tempat ini. Padahal biasanya tidak pernah memasak selama itu, toh hanya porsi untuk berdua saja. Seharusnya tidak sampai berjam-jam lamanya. “Kau habis mandi?” tanya wanita itu seraya menaruh sebuah kotak bekal berbahan akrilik di meja. “Iya,” sahut Gamma dengan suara berat. Dua detik berikutnya, dahi Gamma terlipat kala melihat beberapa buah segar telah dipotong dan dikemas dalam sebuah tempat makan. Tidak hanya buah saja, sepotong daging salmon yang Gamma duga sudah di-steam
Baca selengkapnya

BAB 192 — KITA SELESAI!

“Memang kau sudah tahu dimana ruangan rawat inapnya?”“Sudah, Gamma, tadi pagi ibu memberitahuku. Mandevila nomor 26, lantai empat.”Gamma dan Serra telah tiba di rumah sakit. Dengan langkah mantap, sepasang suami istri itu berjalan beriringan menyusuri lorong-lorong beraroma antiseptic ini. Setelah beberapa saat menaiki lift menuju lantai empat. Kabarnya Romana sudah pulang, wanita paruh baya itu hanya menegok sebentar selanjutnya pergi menuntaskan agendanya pada hari ini.Sebenarnya dalam hati Gamma tidak sepenuhnya merasa lega. masih ada sisa-sisa kemarahan tempo hari. Wajar ia hanya manusia biasa, memaafkan mungkin bisa, tapi melupakan itu butuh banyak perjuangan. Lalu merelakan, itu juga butuh beribu keikhlasan. Ia sendiri juga yakin bahwa Serra juga merasakan hal yang sama. Hanya saja mereka harus tetap melakukan, karena tak ingin membuat perpanjangan konflik di masa depan. Mereka hanya ingin Sagara—putra mereka yang belum lahir ke dunia— kedepannya akan hidup bahagia.Setelah m
Baca selengkapnya

BAB 193 — START TO OUR FRIENDSHIP.

Gamma menghentikan ayunan kakinya tatakala melihat sesosok pria sedang duduk di sudut taman yang sepi. Adam sahabat lama yang sejak setahun lalu memiliki jarak yang begitu panjang dengannya. Bisa ia lihat dengan jelas bagaimana lelaki berkemeja kusut itu mengacak-acak rambutnya sendiri. Kepalanya tertunduk dan bibirnya meraung tanpa suara mencerminkan kepedihan yang ia rasakan di dalam hatinya. Sebetulnya, Gamma tidak ingin ikut campur dengan masalah yang sedang dihadapi oleh Adam. Namun, mendengar semua emosi yang diluapkan beberapa saat yang lalu, hatinya cukup tersentuh. Apalagi saat Adam mengatakan bahwa sedang berusaha memperbaiki hubungan dengan dirinya. Hubungan persahabatan yang pernah berantakan karena Rossa. Ya, itu kalimat yang pertama kali ia dengar saat tiba di depan ruangan. Jika benar begitu, apakah Gamma selama ini salah menilainya? Atau karena Adam berusaha memperbaiki hubungan hanya untuk mendapatkan uang saja? Entah, tetapi jika memang memiliki niat buruk terhadapn
Baca selengkapnya

BAB 194 — I'II LISTEN TO YOU

Serra telah memanggil seorang perawat untuk menenangkan Rossa. Sedang wanita itu sudah lebih tenang dari sebelumnya. Tangis yang semula histeris sudah mereda. Tidak ada lagi jeritan-jeritan yang terdengar di indera pendengaran. Meski demikian Serra belum berani mengajak Rossa bicara. Memilih menunggu di luar, memberi waktu sejenak dengan wembiarkan wanita itu menenangkan hatinya sendiri.Setelah di rasa cukup dan merasa waktunya tepat, Serra memberanikan diri untuk memasuki ruangan rawat inap bernuansa biru. Diketuknya pintu yang terbuka itu beberapa kali sebagai symbol sapaan permisi. Namun, sang penghuni tak memberikan sepatah diksi, hanya diam menatap jendela kaca yang lebar membentang dengan tatapan tanpa emosi.Karena tak kunjung mendapat jawaban, Serra melangkah dengan perlahan, menghampiri Rossa yang terbaring di atas brankar. Jejak-jejak air itu masih tersisa bahkan deras menggelangsar. Bola matanya basah dengan kabut tipis yang samar. Sebagai sesama perempuan ia paham betul b
Baca selengkapnya

BAB 195 — APA ADANYA

Haruskah? Itu pertanyaan yang terlintas di kepala Rossa. Tetapi tidak berani ia ungkapkan. Satu lagi rasa penasaran yang belum terjawab. Mengapa setelah sekian lama, setelah pertengkaran mereka yang begitu panjang, Gamma menanyakan hal aneh seperti ini? Dan mengapa baru sekarang? Mengapa tidak sejak dulu? “Gam—” “Sudah kubilang, aku akan percaya, asal kau berkata yang sebenarnya,” potong lelaki itu sebelum Rossa memberikan argument kembali. “Aku butuh pengakuanmu. Kenapa mengkhianatiku?” “Aku tidak mengkhianatimu!” bantah wanita itu. “Berhenti menuduhku berkhianat! “Lalu?” “Sejak awal kau lah yang tidak menginginkan kehadiranku,” jawab wanita itu dengan nada lemah. Sebulir air telah mengalir, terjun bebas tanpa perintah. Ada sesak yang menghantam dada kala wanita itu mengingat kisah cintanya dengan Gamma yang berantakan. Kedua tangannya meremas selimut yang menutupi Sebagian tubuhnya. “Gamma, aku benci mengingat ini! Tapi pernahkah kau bertanya dengan dirimu sendiri, kenapa aku t
Baca selengkapnya

BAB 196 — SEBUAH KETAKUTAN

“Hal apa yang sedang berkutat di kepala cantikmu itu?” Demikian pertanyaan yang dilontarkan oleh Gamma ketika mendapati istrinya sedang melamun—sembari duduk pada ayunan di pinggir kolam renang. Buku ajar bertopik parenting yang ada dipangkuannya hanya dibiarkan terbuka tanpa dibaca. Tangannya bertopang dagu dan dua manik gelap itu hanya mengarah air kolam yang bergerak-gerak terguncang angin. Sejak kembali dari rumah sakit, wanita itu lebih banyak diam daripada biasanya. Perasaan Gamma mengatakan demikian. Faktanya juga begitu. Saat meeting berlangsung ia sesekali mencuri pandang, mengamati istrinya. Ya, mereka duduk tak berjauhan, hanya berjarak beberapa meter dan terpisah dengan pintu kaca. Gamma di dalam ruangan dan Serra berada di luar membuat lelaki itu bebas memantau istrinya. Sedangkan Serra, setelah tersadar menoleh ke arah sumber suara. Gamma sedang berdiri tepat di hadapannya membawa segelas susu lengkap dengan beberapa cubes es batu yang terapung di permukaan. Pria itu s
Baca selengkapnya

BAB 197 — YOU ARE MY EVERYTHING!

“Aku juga tidak tahu, Sayang. Tadi saat aku mau keluar ruangan, Rossa hanya meminta jangan ditemukan denganmu dulu.” Jawaban jujur Gamma membuat istrinya kembali memajukan bibir. Wanita itu membuang napas, kemudian mengurai dekapan sang suami. “Lalu kau iya kan permintaan itu saja? Kenapa tidak membujuk untuk berdamai denganku?” Tangannya lalu bergeser, meraih segelas susu yang masih dingin dan meneguknya dengan pelan. Berharap suhu rendah yang masuk dalam tubuhnya itu mampu mendinginkan perasaannya yang mulai membara. Hati wanita mana yang tidak panas usai melihat suaminya berpelukan dengan sang mantan? Sudah berulang kali ia mencoba berpikir positif, tetapi kenyataannya tetap demikian. kendati ia tak tahu apa yang sebelumnya mereka bicarakan, tetapi hal itu tetap membuat hatinya terbakar api cemburu. Terlebih, Serra tidak diijinkan menemui Rossa dengan dalih harus segera beristirahat. Dan wanita itu sendiri mengatakan tidak ingin bertemu dengannya untuk sementara waktu. Sementara
Baca selengkapnya

BAB 198 — MEETING YANG TERTUNDA

Rencana Gamma dan Serra pada akhirnya terealisasi. Mereka memberikan sebuah pekerjaan yang sempat mereka bahas kepada Adam. Pria yang kini berstatus sebagai calon mantan suami Rossa itu mengandalkan Samasara untuk mencari penghasilan. Sudah dua minggu lamanya lelaki itu bekerja di Samsara membantu beberapa pekerjaan Serra dan mengambil alih penanganan keuangan di café tersebut. Serra sendiri juga tidak keberatan. Malah wanita itu bersyukur sebab baru dua minggu Adam sudah bisa diandalkan, ia tak perlu khawatir jika akan lebih jarang berkunjung ke cafenya itu. Ya, kandungannya sudah mulai membesar dan tentunya memberat. Beraktivitas sedikit saja badannya sudah mulai pegal-pegal. Belum lagi mual yang akhir-akhir ini datang membuatnya harus banyak-banyak istirahat.Begitupula dengan Gamma yang tidak meragukan sahabatnya itu. Keterampilan Adam memang patut diacungi jempol dan tentunya saat ini sedang dibutuhkan oleh Samsara.Kini, Gamma, Serra, Adam dan juga beberapa staff manajemen lai
Baca selengkapnya

BAB 199 — JANGAN DIPELUKANKU!

Meeting yang sedang berlangsung akhirnya dibubarkan. Staff yang tadi berkumpul telah meninggalkan ruangan menuju tempat kerja masing-masing—atau barangkali malah menuju tempat yang sedang ramai dan gaduh itu, sekadar mencari tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi.Sementara Adam dilanda kebingungan.Pria itu sedang dilema antara rasa tak acuh dan juga malu. Ingin tidak menghiraukan apa yang dilakukan wanita itu saat ini, tetapi ia malu kepada Gamma dan Serra, sebab Rossa lagi-lagi membuat keributan di tempat mereka. Reputasi Samsara juga dipertaruhkan dalam tangannya. Akan tetapi jika ia tak mengabaikan rasa malu, hatinya sendiri tak lagi peduli dengan nasib wanita itu. Terserah, mau mati juga silakan! Mau bersama lelaki lain pun ia tak akan keberatan!Jadi yang mana yang harus ia pilih?Dua minggu sudah pasangan itu berpisah ranjang. Mencoba hidup sendiri-sendiri di atap masing-masing. Rossa di rumah ibunya dan Adam di apartemennya. Meskipun begitu, bukan rasa kehilangan yang tumbu
Baca selengkapnya

BAB 200 — SAGARA PUTRA PRANADIPTA

Beberapa bulan kemudian. Gugatan perceraian Adam terhadap Rossa tetap tidak bisa ditawar lagi. Palu telah diketuk oleh sang pengadil di meja hijau. Dengan demikian resmi sudah mereka berpisah dan tak ada ikatan lagi diantara keduanya. Adam bukan lagi suami Rossa, dan wanita itu bukan lagi istrinya. Perpisahan itu disambut gembira oleh Adam. Sahabat Gamma itu nampak lega dengan putusan yang diberikan dan sekarang ia bisa menghirup udara segar. Namun, tidak dengan Rossa. Sejak awal wanita itu tak menginginkan perceraian tetapi ia tak mampu mencegahnya. Apa daya dan apa yang bisa ia lakukan jika keputusan Adam tak bisa diganggu gugat? Beberapa pihak juga telah mengupayakan mediasi, tetapi mungkin semua itu tak mampu mengobati luka hati Adam yang sudah terlanjur dalam. Seakan tak punya tenaga, wanita itu tak memiliki reaksi yang berlebih, hanya menundukkan kepala menatap kosong ubin bermotif di bawahnya. Tidak ada satupun keluarga yang datang menemani pada momen ini. Hanya seorang penga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1819202122
...
29
DMCA.com Protection Status