Pertanyaan Fauzan barusan mengusik ketenangan batinku. Suasana diantara kami mendadak canggung. Aku membuang pandangan keluar dinding kaca, memperhatikan lalu lalang kendaraan di jalan raya. Diantara serakan daun kembang kamboja yang mengering, dibawah terik matahari kota Jakarta, kucoba mencari jawaban untuk pertanyaan Fauzan. “Aku enggak akan melarang siapa pun untuk mendekati aku, Zan. Itu hak setiap orang,” jawabku tetap berpaling. Pandanganku masih tertuju keadaan di luar restoran, kini beralih pada gerombolan ikan koi yang berenang di kolam yang di atasnya mengalir air terjun buatan. Rasanya begitu damai kala melihat ikan bersisik warna warni itu berenang bebas, berebut umpan yang mengambang di permukaan air.“Jawabanmu ambigu, Meswa.”Aku hanya bergeming beberapa menit, sembari terus menjadikan penghuni kolam sebagai pusat atensi. Kemudian aku menoleh, menatap wajah teduh Fauzan. Aku tersenyum padanya, hanya supaya pria itu tidak tersinggung atas sikap tak acuh yang kuberikan
Read more