Home / Romansa / IBU SUSU UNTUK ANAK PEWARIS / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of IBU SUSU UNTUK ANAK PEWARIS: Chapter 161 - Chapter 170

530 Chapters

PENDEKATAN

161Mata Alister melebar sempurna, sebelum berkedip-kedip membuang malu. “Maaf, saya tidak sengaja,” ucapnya seraya menggaruk tengkuk yang tak gatal. “Pak Alister, wah mimpi apa pagi-pagi saya sudah tabrakan dengan cowok ganteng. Apa ini pertanda kita jodoh? Wah, kalau iya saya enggak nolak banget. Jangankan ditabrak, digilas aja saya rela, kok.” Wanita berbibir merah terang berucap riang. Matanya berkedip-kedip genit. Alister meringis seraya tetap menggaruk kepala, mendengar wanita yang ia tabrak bukannya marah, tetapi malah kesenangan bagai kejatuhan durian runtuh. Alister menyesali dirinya. Bagaimana ia bisa salah orang begini? Kenapa semua wanita jadi terlihat seperti Kirana di matanya? Bahkan seorang OG yang membawa kain pel sekali pun. Wanita yang tidak lain OG itu masih berkedip genit. Ia juga sudah membuka mulutnya lagi saat terdengar suara lembut dari belakang tubuh Alister. “Kak Alister, ada apa? Kenapa pagi-pagi di sini?”Serta merta Alister membalikkan tubuh, hingga
last updateLast Updated : 2022-11-03
Read more

PUSING

162“Menyusahkan saja kamu, Al. Kenapa harus berangkat pagi-pagi tanpa sarapan? Ah, aku jadi ikut-ikutan tidak sarapan. Untung mama membuatkan kita bekal.” Pemuda yang baru datang, mengomel seraya berjalan mendekat. Dua orang yang duduk berhadapan, saling menjauhkan tangan mereka, sebelum sama-sama menunduk. Alister bahkan mengepalkan tangan di bawah meja. Kenapa Raka harus datang di saat seperti ini? Padahal dirinya sedang melalukan pendekatan dengan Kirana. Susah payah ia menciptakan suasana yang kondusif agar bisa lebih dekat dengan gadis itu, dan Raka mengacaukannya dalam sekejap mata. Sementara Raka yang merasa tidak melakukan kesalahan apa pun, berjalan santai menghampiri mereka, kemudian duduk di antaranya. Menyodorkan kotak bekal untuk Alister, juga mengeluarkan kotak bekal miliknya yang mempunyai bentuk sama persis, hanya berbeda warna saja. “Ayo sarapan! Kenapa diam? Nanti kau masuk angin, dan meminta mama mengerok punggungmu!” Raka mengangkat dagunya.Sementara rona mer
last updateLast Updated : 2022-11-03
Read more

SALAH FAHAM

163Alister pulang dengan dada sesak menahan amarah. Bagaimana bisa Raka mencuri start, padahal dirinya yang sudah bersusah payah membangun jalan untuk mendekati Kirana. Apakah Raka menjilat ludah sendiri? Bukankah ia sudah menolak perjodohan itu? Lalu sekarang, kenapa ia seolah ingin kembali bersaing? Alister memukul hendel setir. Hingga klaksonnya terdengar nyaring dan memekakkan telinga. Membuat pengemudi di depannya tidak nyaman. Lampu merah baru saja menyala, dan Alister sudah membunyikan klakson. Si pengemudi di depan pun melonggokkan kepala di jendela yang terbuka. Melihat ke arah mobil Alister, dan memaki dengan kasar. Alister yang sedang terbakar amarah pun semakin panas. Ia berniat keluar untuk meladeni pengemudi itu, tetapi lampu yang sudah menyala hijau membuat ia mengurungkan niat. Membuat perhitungan dengan Raka adalah tujuannya saat ini. Alister langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, hingga mercedes-benz hitam itu melesat bagai anak panah lepas dari b
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

HARUSKAH AKU PERGI?

164Alister masuk ke kamar tamu setelah pelayan yang membawa makanan membukakan pintu. Pemuda itu langsung bergerak mendekati tempat tidur, di mana gadis berwajah pucat memaksakan senyum melihat kedatangannya.“Kau sakit?” tanya Alister setelah menarik sebuah kursi ke dekat ranjang dan duduk di sana. “Hanya sedikit pusing.” Kirana menjawab dengan suara seraknya. “Kenapa tidak bilang padaku? Bukankah kita tadi berkirim pesan?”“Aku tak ingin merepotkan Kakak.”“Bukan karena ingin diantar pulang Kak Raka?” “Maksud Kakak?” Kening pucat Kirana berkerut. “Kau lebih suka merepotkan Kak Raka daripada merepotkanku? Padahal aku sudah berjanji akan mengantarmu pulang.”“Aku juga berusaha tidak merepotkan Kak Raka. Tapi Om Alex memaksa agar aku diantar ke sini. Besok siang aku pulang naik taxi. Maaf kalau aku merepotkan keluarga di sini.” Kirana menunduk dengan raut sedih. Sungguh ia tak ingin merepotkan orang lain. Tadi Alexander yang memaksa agar ia diantar ke sini. Padahal ia mau pulang k
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

ANGGOTA BARU

165Hari-hari berlalu. Terhitung sudah seminggu Kirana menginap di rumah keluarga Alexander. Kondisinya semakin membaik, ia bahkan sudah kembali bekerja. Awalnya hanya menginap, tetapi lama-kelamaan, Alexander dan Aira melarang Kirana untuk kembali ke tempat kos. Dengan alasan kesehatan Kirana, dan tanggung jawab Alexander kepada Farhan, mereka meminta agar gadis itu tinggal di sana seterusnya. Toh, rumah mereka besar. Ada banyak kamar kosong di sana. Kirana juga sudah seperti keluarga sendiri. Jadilah gadis itu menjadi bagian keluarga Alexander. Kalau ada yang paling bahagia dengan menetapnya Kirana di sana, orang itu tiada lain adalah Alister. Jalannya untuk menaklukkan gadis itu semakin terbuka lebar. Kedua orang tuanya seakan sengaja membuka jalan untuknya memuluskan usaha. Alister bertingkah sangat posesif. Seolah dia seorang suami. Kirana hanya boleh berangkat dan pulang bekerja bersamanya. Bahkan bila Alexander yang menawari tumpangan, ia gegas melarang. Apalagi Raka, tak di
last updateLast Updated : 2022-11-05
Read more

BENIH-BENIH RASA

Raka berjalan menuju kamarnya untuk bersiap berangkat ke kantor. Ia baru selesai berolahraga ringan di halaman belakang. Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu. Tubuhnya akan pegal-pegal bila tidak olahraga dulu karena di kantor ia akak duduk seharian. Tadi, saat melewati dapur, ia tak sengaja melihat Aira tengah memasak. Awalnya ia ingin mengisengi sang ibu dengan mengagetkannya dan minta mencicipi masakan dalam wajan. Namun, niat itu diurungkan karena dari sebelah Aira tiba-tiba muncul gadis yang menyodorkan sesuatu. Raka menarik lagi dirinya, dan kemudian hanya berdiri di pintu pembatas dapur, memperhatikan interaksi antara sang ibu dengan gadis yang rajin membantunya memasak. Ada sesuatu yang terasa hangat menjalar di hatinya. Sesuatu yang entah apa namanya. Sejak dulu Raka bercita-cita, kalau menikah nanti, ia ingin wanita yang menjadi istrinya bisa dekat dengan Aira. Layaknya ibu dan anak kandung. Ia ingin istrinya nanti menghormati dan menyayangi Aira seperti kep
last updateLast Updated : 2022-11-05
Read more

KEPUTUSAN ALISTER

167“Pergilah, Alister menunggumu!” Raka berkata pelan. Kirana melepas pegangannya perlahan. Diliriknya sekilas wajah Raka. Dan Raka dapat menangkap kekecewaan di sepasang bola mata bundar itu. Gadis itu berjalan menunduk menuju mobil Alister, di mana pemiliknya sudah berdiri di samping pintu mobil. “Maaf, Kak. Aku mau menumpang motor Kak Raka. Aku butuh sampai cepat di kantor.” Alister lupa kalau Kirana gadis yang berani mengemukakan pendapat. “Apa? Butuh datang lebih cepat? Kenapa tidak bicara dari tadi? Kita bisa berangkat lebih pagi.”“Aku tidak mau merepotkan, Kakak.”Alister mendengkus. “Kau selalu bilang tidak mau merepotkanku tapi ingin merepotkan orang lain.”Kirana diam tak menjawab. Alister benar, ia memang hanya mencari alasan. Selain harus datang lebih pagi, Kirana juga sangat ingin merasakan berboncengan dengan Raka. Selama ini ia selalu berangkat dan pulang naik mobil dengan Alister. Selama perjalanan akan membicarakan hal itu-itu saja. Sangat membosankan. Kirana in
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

JANGAN MENANGIS, MA!

168“Apa kamu sudah yakin, Al?” Dengan air mata berlinang, Aira yang tidak rela akan ditinggal Alister ke luar negeri menyentuh pundak anak susunya itu. Hatinya sakit mengetahui sang anak susu yang sejak bayi tak bisa jauh darinya, kini akan pergi jauh, terpisah jarak dan waktu. “Sangat yakin, Ma.” Alister menggenggam punggung tangan Aira yang berada di pundaknya. “Jangan menangis terus, Ma. Relakan aku pergi. Terus doakan agar aku menemukan apa yang aku cari dalam hidup ini.” Sungguh Alister pun tak yakin bisa hidup berjauhan dengan sang ibu susu. Secara sejak bayi ia tak bisa lepas dari Aira. Ia akan sakit bila berjatuhan sebentar saja dengan wanita yang sudah seperti ibu kandungnya itu. Dalam lubuk hati terdalamnya, ia tak ingin berjauhan dengan keluarga, apalagi Aira. Namun, keadaan yang memaksanya. Ia tak mungkin terus di sana, sementara gadis yang membuat hidupnya merasa tak berarti akan dijumpainya setiap waktu. “Apa sebenarnya yang kau cari, Nak? Apa yang belum kau dapatka
last updateLast Updated : 2022-11-07
Read more

SIAPA LEBIH PENTING?

169“Aku tidak akan ikut ke Surabaya!” tukas Aira tegas. Alexander mengangkat tangan sebagai tanda keheranan. “Besok anakku akan berangkat keluar negeri. Aku tak ingin melewatkan detik-detik melepasnya!”Alexander tertegun beberapa waktu, sebelum membuang napas kasar. “Kita akan pulang pergi dalam satu malam, Sayang. Sebelum Alister berangkat, kita sudah kembali. Kita hanya mengantar Kirana sekalian menjenguk Farhan.”“Itu kalau keadaan Farhan baik-baik saja, Pa.”“Maksud kamu apa, Ma?” Kening Alexander berkerut. Aira membuang napas kasar seraya mengalihkan pandangan. Ia memperhitungkan, bagaimana kalau Farhan kondisinya memburuk, atau lebih dari itu sampai meninggal. Tentu mereka tak bisa secepatnya kembali ke Jakarta. Bukan mendoakan buruk, hanya memperhitungkan segala kemungkinan. “Aku tidak akan ikut, Pa!”“Papa tak mungkin hanya berangkat berdua Kirana.”“Apakah ada kewajiban, Papa yang harus mengantar?”“Maksud kamu?”“Papa bisa menyuruh orang untuk mengantar anak itu. Dan
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

PERMINTAAN ALEXANDER

169Aira memeluk lama Alister sebelum benar-benar melepasnya. Tubuh yang jauh lebih tinggi darinya itu sampai membungkuk lama karena pelukan yang lama dan erat. Alister bahkan merasakan tengkuknya basah dan hangat. Ia tahu air mata ibu susunya itu menetes di sana. Pemuda itu menghapus air mata Aira setelah berhasil melerai pelukan sang ibu. Masih dengan tidak rela karena bayi kecilnya akan pergi, Aira terpaksa melepasnya. Alister memeluk Alexandra dan Aldo bergantian setelah berhasil melepaskan pelukan sang ibu. “Jaga Mama, ya. Kalian jadilah anak-anak yang hebat kebanggaan Papa.” Alister berucap pelan di hadapan kedua adiknya, sebelum melangkah pergi. Namun, langkahnya kembali tertahan karena lagi-lagi Aira kembali memeluknya. Alister memejamkan mata. Ia tahu Aira begitu berat melepasnya. Namun, setelah sejauh ini, ia tak mungkin membatalkan semua. Ia tetap harus pergi. “Aku akan menelepon Mama begitu sampai di sana,” hibur Alister akhirnya agar Aira tak berlarut-larut menangisi
last updateLast Updated : 2022-11-09
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
53
DMCA.com Protection Status