Home / Rumah Tangga / KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN: Chapter 71 - Chapter 80

149 Chapters

Part 71. Acara Lamaran

Naomi tersenyum simpul. Benar dugaannya jika Faiq cemburu karena ia tak sengaja membahas tentang masa lalunya barusan. "Abang cemburu?" tanya Naomi dengan senyum menggoda. "Abang hanya tak ingin patah hati lebih dalam lagi." Faiq masih bersikap dingin. Naomi bertenang sejenak, mencari kata yang tepat untuk meyakinkan Faiq tentangnya dan Raihan. "Apa menurut Abang hatiku akan sembuh dalam waktu sesingkat ini?" tanya Naomi dengan nada lirih. Faiq bergeming. Seperti tengah menunggu penjelasan selanjutnya dari Naomi. "Jika benar begitu, nyatanya Abang salah. Jujur, rasa trauma tentang laki-laki selanjutnya tetaplah masih ada hingga saat ini. Dan setiap melihat orang-orang yang telah terlibat pasti rasa sakit itu akan kembali terasa, persis pada saat ini." Nada suara Naomi berubah sendu. Ya, ketika melihat wajah Sena maupun Raihan, luka itu kembali terasa nyeri. Hati Faiq berdesir. Ka
last updateLast Updated : 2022-10-11
Read more

Part 72. Semoga Ini yang Terakhir

Naomi terlihat menutupi setengah wajah dengan punggung tangannya. Ia pun ikut tertawa mendengar kalimat Tante Reni, calon mertuanya barusan. Bahkan sedari tadi Naomi pun merasakan hal serupa. Tangan Faiq yang terasa dingin dan sedikit bergetar. Sedangkan Faiq hanya tersenyum malu, memamerkan gigi-gigi putih miliknya demi menyamarkan rasa gugup hatinya. Sesaat kemudian tatapan keduanya bertemu. Segera Faiq mengalihkan pandangannya. Entahlah, ia tak sanggup dengan hatinya yang kian berdesir hebat saat menatap wajah cantik dalam balutan kerudung abu muda itu. Ah, semua terasa begitu indah, hingga membuat Faiq dan Naomi merasakan hal serupa. Rasa tak sabar tentang hari-hari selanjutnya untuk berlalu, agar hari di mana keduanya disatukan oleh janji suci pernikahan segera datang. Persis seperti pasangan pada umumnya, mereka tak sabar untuk halal satu sama lain. *"Aku masih ngerasa kayak mimpi, Na. Ini beneran nyata 'kan?"Nabilah terlihat menepuk-nepuk pi
last updateLast Updated : 2022-10-12
Read more

Part 73. Lepaskan!

"Sebentar lagi, Ma," jawab Raihan setelahnya. Mama Maya duduk tepat di samping Raihan. Terdengar helaan napas dari bibir keriputnya. Semakin sering ia melihat wajah tirus Raihan semakin ia merasa iba pada anak laki-lakinya itu. "Sudah sejak dulu Mama katakan, pikirkan sesuatu dengan matang sebelum melangkah. Mama tak pernah ingin melihat kau menyesal di kemudian hari."Meski Raihan tak pernah menceritakan bagaimana perbuatan Sena pada Mama Maya, perempuan itu seolah sangat paham apa yang dirasakan anak laki-lakinya itu. Raihan seketika tertunduk. Kalimat yang keluar membuat hatinya tercubit, hingga ia merasa tak mampu hanya untuk sekedar menatap wajah perempuan terbaiknya itu. "Jika saja sesal bisa mengubah semuanya, maka Mama akan melakukan semuanya agar semua kembali membaik."Mama Maya kembali bersuara. Membuat Raihan kian tertunduk dalam. "Sayangnya, semua hanyalah tinggal kisah. Dan sedalam apapun sesal takkan pernah bisa merubah yang telah
last updateLast Updated : 2022-10-13
Read more

Part 74. Rencana Pengintaian

"Baiklah. Mama tahu kau tak akan percaya begitu saja apa yang baru saja Mama katakan. Namun, setidaknya ini bisa menjadi pertimbangan dan menjadi alasan bagimu untuk mencari tahu kebenarannya."Mama Maya beranjak dari kursinya, berjalan menuju ke arah kamarnya, meninggalkan Raihan yang kini mematung di tempat duduknya. Berbagai permasalahan memenuhi rongga kepala Rayhan, mulai dari permintaan sang mama untuk melepaskan sena, hingga rencana pernikahan Naomi. Menciptakan denyut tak nyaman di kepalanya. *Jam di dinding kamar sudah menunjukkan pukul 11 malam ketika Raihan terbangun dari tidur nyenyaknya karena kantung kemih yang terasa penuh. Dengan malas ia bangkit dari tidurnya, berjalan ke arah kamar mandi untuk menuntaskan hajatnya.Sekilas ia melirik ke atas kasur di mana Sena biasanya akan tidur di sampingnya. Namun, perempuan itu tak nampak di sana. Ke mana Sena pergi? Tidur di mana perempuan itu? 
last updateLast Updated : 2022-10-14
Read more

Part 75. Pelampiasan

Mobil sedan berwarna hitam itu melaju perlahan lalu berhenti tepat di depan rumah Raihan.Degup jantung Raihan seketika berpacu. Ia memperhatikan mobil itu dari kejauhan dengan mata tak berkedip. Namun, tak ada yang keluar dari mobil itu.Tangan laki-laki itu berkeringat dingin dengan deru napas memburu, menunggu kejutan apa yang akan ia lihat pagi ini. Kurang dari 5 menit setelahnya pintu rumah Raihan terlihat terbuka, lalu Sena keluar dari dalamnya.Dari jarak kurang dari 50 meter ini Raihan bisa melihat dandanan Sena yang ia anggap berlebih. Dengan dada yang mulai memanas Raian menarik nafas panjang, menghembusnya ke luar. Mobil yang membawa Sena keluar dari ujung gang sebelahnya. Raihan tak ingin kehilangan jejak bergegas ia masuk ke mobilnya, kendaraan beroda empat itu menuju jalan raya yang dilewati mobil itu. Tak Blbutuh waktu lama, hanya dalam waktu beberapa menit saja mobil
last updateLast Updated : 2022-10-15
Read more

Part 76. Memohon Ampun

Sena merasakan kali ini nyalinya benar-benar ciut. Ia tak pernah melihat Raihan semarah ini sebelumnya. Bahkan berbulan-bulan menikah ini adalah kali pertamanya Raihan menyentuhnya dengan cara kasar seperti ini. Bulir-bulir bening ya tadi menggantung di pelupuk matanya ini meleleh, membuat pipi dengan polesan make up tebal itu kini basah oleh air mata. Entah itu air mata penyesalan, atau hanya sekedar cara agar Raihan mengasihani dirinya. "Aku mohon, maafkan aku, Bang," lirik Sena dengan suara bergetar. Detik ini ia merasakan ketakutan yang luar biasa ketika melihat wajah Raihan. Sena hawatir hidupnya akan berakhir hari ini di tangan suaminya sendiri. "Maaf kau bilang? Apa sebelum melakukannya kau sudah memikirkan tentang resiko dari perbuatanmu?" tanya Raihan dengan bibir menyunggingkan senyum sinis. "Kau tahu sudah berapa kali aku memberikan kesempatan itu untukmu? Hah!"Sena terdiam. Bibirnya terkunci rapat
last updateLast Updated : 2022-10-16
Read more

Part 77. Puncak Amarah

"Benar Ternyata apa yang dikatakan Mama Tentangmu. Kau tahu, orang tuaku sebenarnya sudah ingin memberikan semua hak-hakku kembali. Namun karena kegilaanmu ini, mereka menahannya dan memintaku mencari tahu wajah aslimu yang sebenarnya. Ternyata kau memang bukan perempuan baik-baik!" Raihan kini melepaskan genggaman tangannya pada rambut Sena dengan kasar. Kini telunjuknya terarah tepat di depan wajah perempuan itu. Jauh di dalam lubuk hatinya, Sena merutuki kebodohannya sendiri. Menyesali ketidaksabarannya menunggu waktu itu tiba. Jika saja ia bisa bersabar lebih lama lagi mungkin hidupnya tak akan senelangsa sekarang. "Sekarang kemasi barang-barangmu! Dan jangan pernah menampakan lagi wajah hinamu di hadapanku karena detik ini aku telah mentalakmu dengan talak 3!" Kalimat itu terdengar begitu lancar keluar dari bibir Raihan. Ia tak ingin kemarahannya membuat sisa kesabaran di hatinya habis. Khawatir tangannya bisa berbuat
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

Part 78. Jangan Lakukan Hal Sia-sia

Belum genap sepuluh menit Raihan keluar dari ruangan Naomi, kini pintu kembali diketuk. "Masuk!" seru Naomi sambil mengalihkan pandangan ke arah pintu. Deri—sekretaris Naomi muncul dari balik pintu. "Nanti sore ada jadwal meeting dengan perwakilan dari perusahaan Bumi Permai, Bu," ucap laki-laki berusia awal 25 tahun itu dengan santun. Naomi spontan menepuk pelan jidatnya. Ia sama sekali tak ingat tentang hal itu. Beberapa saat Naomi terlihat berpikir dengan jemari yang saling bertaut bertumpu di dagu, mengingat kembali pesan yang baru saja dikirimkan Faiq untuknya. "Tolong direschedule, Der. Aku ada keperluan nanti sore dan sepertinya akan pulang lebih awal hari ini," ucap Naomi akhirnya. "Baik, Bu. Saya undur diri," jawab laki-laki itu tanpa protes. Naomi hanya memberi isyarat lewat anggukan kepala. Selanjutnya ia kembali fokus pada layar PC di hadapannya.
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more

Part 79. Selalu Terasa Manis

"Maafkan aku, Na."Hanya kalimat itu yang masih mampu ia ucapkan dengan wajah yang kian tertunduk. "Aku tak pernah berniat untuk balas dendam, tapi ketahuilah, aku tak akan pernah mengulangi kebodohan serupa dengan orang yang sama. Aku harap ini adalah terakhir kalinya kau datang ke hadapanku untuk membicarakan hal senada." Naomi berucap dengan nada santai. Namun, terdengar begitu tegas. "Ini adalah pelajaran berharga buatmu, hargai sesuatu yang saat ini ada dalam genggaman, karena jika terlepas tak ada jaminan kau bisa kembali memilikinya." Lanjut Naomi penuh penekanan. Jauh di lubuk sana, Raihan membenarkan apa yang baru saja ia dengar, terlebih kini ia tengah merasakan hal itu. "Maafkan semua khilafku selama ini, Na." Raihan berucap lirih. "Semua sudah berlalu dan Allah telah memberikan kebahagiaan yang jauh lebih besar dari rasa kehilangan yang pernah menimpaku. Terima kasih telah memberiku
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more

Part 80. Kisah Cinta Termanis

Ya, dirinya yang masih duduk di bangku SMA harus memendam rasa lantaran khawatir dianggap orang tuanya berlebih. Namun, perjuangannya tak sampai di situ, Faiq bahkan harus terus menahan rasanya hingga ia lulus kuliah dan bekerja. Restu itu tak kunjung ia genggam meski dirinya yang telah mampu mandiri. "Lantas, kenapa tidak mengatakannya sejak awal?" tanya Naomi menggoda Faiq. "Waktu itu Abang tak cukup nyali untuk mengatakannya padamu. Akhirnya Abang berniat untuk melupakanmu, dengan cara memendam semua rasa yang pernah hadir tanpa disadari. Namun, seiring berjalannya waktu rasa itu tak kunjung hilang, bahkan menemukan titik puncak ketika Abang sudah menyelesaikan kuliah dan bekerja. Akhirnya, Abang memberanikan diri untuk mengutarakan niat baik Abang untuk melamarmu waktu itu. Sayangnya, Mama sama Papa tak memberi restu." Faiq bercerita panjang lebar tetang perjalanan rasanya pada Naomi selama ini. "Kan, kalo Naomi tau sejak dulu kita bi
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status