Semua Bab KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN: Bab 61 - Bab 70

149 Bab

Part 61. Jangan Menolaknya!

"Ya, Na. Kami datang kali ini tak hanya menjenguk kau dan ayahmu, melainkan sekalian untuk melamarmu." Kalimat Tante Reni terdengar serius. Cepat Naomi tersadar jika semua ini nyata. Semua yang ia dengar dan lihat sekarang benar adanya. Entah dari mana datangnya angin sejuk membawa aroma wangi barusan. Yang pasti, semua hanya ada di hati Naomi. Angin sejuk yang kini menciptakan kesejukan yang memenuhi rongga dadanya. Naomi terlihat memejamkan mata beberapa saat. Membiarkan keindahan yang baru saja terdengar, meresap ke seluruh aliran darahnya. 'Ini terlalu indah'. Batin Naomi. "Tante serius?" tanya Naomi masih terus meyakinkan. Bibir perempuan itu menguar senyum dengan kedua mata bergelayut mendung. Haru menyeruak tiba-tiba. Jujur, Naomi sendiri tak lagi berharap jika dirinya akan bersatu dengan Faiq setelah sekian bulan laki-laki itu tak lagi menghubunginya. Sebelumnya Faiq mema
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-01
Baca selengkapnya

Part 62. Tak Memiliki Alasan Untuk Menolak

Naomi menatap lekat wajah perempuan cantik dengan garis wajah sangat mirip dengan Faiq itu. Senyum mengembang di bibir tipisnya. Tangan dengan jari-jemari lentik itu mengusap punggung tangan Tante Reni, seolah ingin menenangkan perempuan setengah baya itu. "Tak ada alasan Naomi menolaknya, Tan," jawab Naomi dengan rasa bahagia menyeruak memenuhi dadanya. Tante Reni menguar senyum bahagia. Hatinya sedikit lebih tenang sekarang setelah tahu perasaan keponakannya itu masih sama. Ya, sebelumnya Tante Reni khawatir Naomi telah menemukan orang baru untuk mengisi kekosongan di hatinya. Karena siapa pun tahu jika wajah cantik serta karir cemerlang yang ia miliki pasti mampu membuat laki-laki manapun terpikat olehnya. "Terima kasih, Na. Tante akan mengabari ini pada Faiq. Dan akan memintanya pulang secepatnya. Sungguh, Tante rindu Faiq yang hangat seperti dulu." Bulir bening kembali merembes dari kedua mata yang sudah
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-02
Baca selengkapnya

Part 63. Kian Hambar

Dapat Raihan rasakan betapa tegang perasaannya saat ini. Ia bahkan dengan susah payah menelan ludahnya sendiri ketika perlahan pintu mobil bagian penumpang dibuka dan Sena turun dengan wajah dipenuhi binar bahagia. Nampak jelas jika hati perempuan berambut pirang itu tengah berbahagia. Terlebih kedua tangannya kini menenteng beberapa buah tas belanjaan yang nampak menggelembung. Menunjukkan jika ia baru saja menghabiskan sejumlah uang yang entah ia dapatkan dari mana. Beberapa menit berlalu akhirnya mobil yang tadi membawa Sena telah pergi. Dengan langkah ceria, Sena berjalan masuk."Dari mana saja kamu?" tanya Raihan dengan nada dingin. Akhir-akhir ini rumah tangga keduanya kian hambar seiring Sena yang kehilangan kepercayan terhadap janji suaminya dan Raihan yang merasa sama sekali tak dihargai sebagai seorang suami. Sena seolah semakin tak kenal kewajibannya terhadap laki-laki yang kini bergelar suami baginya. Sena terus
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-03
Baca selengkapnya

Part 64. Perlakuan Manis

[Assalamu'alaikum, Na. Hari ini pulang jam berapa?][Nanti biar Abang yang jemput. Tetep jaga kesehatan dan terima kasih untuk semuanya.]Pesan singkat diakhiri dengan emot senyum itu mampu membuat senyum Naomi ikut mengembang. Perlakuan Faiq tak jauh berbeda. Namun, bagi Naomi kini ada rasa spesial pada laki-laki itu. [Wa'alaikumussalaam. Abang bisa jemput Naomi jam 5 sore.][Terima kasih kembali. Tetaplah seperti sekarang, hingga esok dan seterusnya.]Senyum tak lepas dari bibir berwarna merah muda itu. Faiq terlalu spesial. Bermula dari seorang kakak sepupu yang berubah menjadi teman dekat yang paling peduli, hingga kini berubah menjadi cinta. Rasa yang luar biasa di hati Naomi. Ketukan di pintu membuat Naomi memilih mematikan layar ponselnya dan berusaha kembali fokus pada dunianya sekarang. "Masuk!" seru Naomi sambil mengangkat wajah. Dari arah pintu, Raihan melan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-04
Baca selengkapnya

Part 65. Surprise

Mata Faiq seketika terbuka. "Nggak—nggak ada, Na," jawabnya tergagap dengan senyum simpul kembali tercipta serta dada yang bergemuruh. Sungguh cinta di hatinya begitu dahsyat terhadap perempuan di sampingnya itu. "Lalu?" tanya Naomi tak paham. "Kau akan tahu jawabannya kelak," jawab Faiq seraya kembali mengulas senyum. "Kapan?"Bersamaan dengan itu lampu kuning jalan raya menyala. Dan Faiq kembali bersiap mengemudikan kendaraannya demi menghindari drama klakson bersahutan di belakang mobilnya. "Setelah kita menikah nanti," jawabnya sambil terkekeh. Sepuluh menit setelahnya mobil Faiq memasuki jalan komplek perumahan elit. Berbelok di ujung jalan hingga terpakir tepat di depan rumah berlantai dua.Rumah yang terlihat begitu elegan dengan warna putih mendominasi dinding rumah serta tiangnya, serta kusen dan sudut fasad rumah dengan warna abu tua. Naomi m
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-05
Baca selengkapnya

Part 66. Naluri Seorang Ibu

Naomi terdiam beberapa saat. Ada sesuatu yang mengganjal di kepalanya. "Bagaimana dengan Ayah?" tanya Naomi seraya menatap Faiq dengan tatapan sendu. Ayah adalah segalanya baginya. Di dunia ini seolah tak ada yang lebih penting dari laki-laki berusia lanjut itu saat ini. Cintanya pada sang ayah seolah mengalahkan cintanya pada diri sendiri. Itu pula yang membuat Naomi hanya pasrah ketika restu orang tuanya tidak ia dapat. Ia tak ingin mengecewakan laki-laki tua itu untuk keduakalinya. "Kita ajak Ayah bersama kita," jawab Faiq dengan senyum semangat. Kata 'Ayah' yang keluar dari bibir Faiq membuat Naomi tersenyum lembut. Ini kali pertamanya Faiq menyebut Ayah Dayat dengan sebutan 'ayah'. Namun, sesaat setelahnya senyum itu kembali pudar ketika memikirkan tentang laki-laki itu. Naoim tau jika semua tak akan mudah. Rumah itu adalah kenangan terindah yang tersisa antara ayah dan ibunya. Bahkan saat ia menikah den
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-06
Baca selengkapnya

Part 67. Jauh Berbeda

"Raihan baik-baik saja, Ma." Raihan sedikit berbohong. Ia tak ingin membuat sang Mama memikirkan tentang kegagalannya. Bahkan rasa bersalah pada perempuan itu pun belum mampu ia tebus hingga sekarang. Mama Maya terlihat menghela napas panjang. Melirik ke arah sang suami yang kini menyibukkan diri dengan layar TV. Sejujurnya Mama Maya cukup paham apa yang membuat Raihan terlihat gundah. "Kau keberatan dengan rencana Mama dan Papa?" tanya Mama Maya meminta persetujuan. Raihan terdiam sejenak. Saat awal menikahi Sena dulu memang ia begitu ingin semuanya kembali seperti dulu. Bahkan beberapa kali Raihan sempat memohon agar mendapatkan belas kasih dari orang tuanya. Namun, sekarang semua seolah berubah, keinginan  Raihan untuk mendapatkan segalanya telah pudar seiring kian hari sikap Sena semakin membuat hatinya lelah."Lakukan apa saja yang menurut Mama dan Papa yang terbaik," jawab Raihan pasrah. Tak ada lagi jaw
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-07
Baca selengkapnya

Part 68. Rasa yang Kian Bersemi

Mama Maya terlihat menghela napas panjang, ada sesak yang baru saja terasa ketika mendengar apa yang baru saja Naomi katakan. Seolah ada sesuatu yang ia sayang dan akan hilang dari dirinya. Itulah yang dirasakan Mama Maya. Nyatanya, meski Raihan telah menikah lagi, tetap saja ada sudut hatinya yang keberatan ketika mendengar Naomi akan menikah lagi. Namun, ia tak boleh egois karena ia pun menginginkan Naomi bahagia meski bukan dengan Raihan. Bibir perempuan berusia lanjut itu melengkung, menciptakan senyum tipis di wajahnya. "Kau akan menikah, Na?" ulangnya dengan nada tanya. Naomi mengangguk pelan. Tangannya mengusap lembut punggung tangan Mama Maya. "Jika laki-laki itu baik menurutmu, Mama memberi restu. Semoga ini pernikahan terakhirmu, Na. Dan semoga keluarga kalian bahagia hingga menua bersama." Mama Maya berusaha mengikhlaskan apa yang ia yakini memang bukan untuknya. "Terima kasih, Ma. M
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-08
Baca selengkapnya

Part 69. Perlakuan Manis

Laki-laki itu seperti begitu berpengalaman menggoda wanita. Namun, nyatanya Naomi-lah perempuan pertama dan satu-satunya yang pernah mendengar kalimat manis barusan. Faiq memiliki karakter lembut dan penyayang, jadi rasanya sangat wajar jika Naomi yang ia sayangi sejak bertahun-tahun lalu akan mendapatkan perhatian darinya hingga sedemikian rupa. Naomi tak menjawab. Bibir tipis berbalut warna merah muda itu hanya tersenyum manis, sangat manis. "Kau keberatan, Na?" tanya Faiq setelah tak mendengar jawaban dari perempuan kedua di hatinya itu. Ya, Naomi-lah perempuan kedua di hati laki-laki itu, karena posisi pertama ditempati sang mama, perempuan yang begitu ia kasihi hingga saat ini. Jika Faiq pernah bersikap dingin pada sang mama, rasanya cukup manusiawi. Ia hanya tengah memendam kekecewaan berlebih di hatinya. "Naomi nggak ngomong gitu 'kan?" tanya Naomi sambil melirik ke sebelah kanan di mana Faiq tengah menatap lurus ke jalan raya. "Nggak jawab?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-09
Baca selengkapnya

Part 70. Cemburu

Naomi hanya mengiyakan dengan senyum simpul. Matanya tarpana dengan aneka bentuk cincin dengan harga fantastis itu. Beberapa saat ia asik memperhatikan satu persatu benda berbentuk lingkaran bermahkotakan batu bening yang tertata rapi di atas karpet warna merah dalam etalase di hadapannya, hingga ia jatuh hati pada sebuah cincin dengan model klasik. Menurutnya, model klasik memang telihat sederhana. Namun, mampu membuat mata tak pernah bosan menatapnya. Sang pelayan toko kini sibuk menjelaskan model-model cincin yang tengah Naomi lihat-lihat. Sedang tatapan Naomi tak lepas dari 2 buah cincin dengan bentuk dan model yang begitu mirip. Faiq yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Naomi, kini sedikit mencondongkan kepalanya hingga sejajar dengan Naomi yang sejak tadi menundukan kepala. "Sudah menemukannya?" tanya Faiq setengah berbisik.Naomi menoleh dengan senyum di bibirnya. Lalu beralih pada pelayan toko. "B
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
15
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status