Home / Rumah Tangga / KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN: Chapter 121 - Chapter 130

149 Chapters

Bertemu Sena

Di sana sudah ada Mama Reni dan Bik Ira. Dua perempuan itu menyambut kedatangan Faiq dan Naomi dengan sumringah. Naomi menghambur memeluk sang ayah yang kini tengah duduk menunggu adzan usai dikumandangkan. Merapatkan sisi kiri wajahnya pada sisi kanan wajah sang ayah. Memeluk erat laki-laki terbaiknya itu tanpa rasa segan. Tiga pasang mata di hadapannya hanya menatap dengan senyum lebar. Mereka semua sangat paham semanja apa Naomi sejak dulu terhadap laki-laki yang ia panggil ayah. Sang ayah adalah tempat dirinya meluahkan semua rasa, mengutarakan semua keinginan sejak kecil setelah kepergian sang ibu. Mama Reni menatap kagum ayah dan anak di hadapannya itu. "Sudah Naomi bilang, ikut Naomi saja," sungut Naomi setelah melerai pelukannya dengan bibir mengerucut. Ayah Dayat hanya terkekeh pelan."Jangan cuma senyum, Yah, jawab Naomi. Kenapa Ayah nggak tinggal sama Naomi saja? Atau Ayah pengen Naomi berhenti kerja buat nemenin Ayah?" tanya Naomi kali ini dengan mata berkaca-kaca.
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more

Permohonan maaf

Di bawah sinar temaram lampu-lampu yang terpasang di setiap sudut pagar masjid, berpadu dengan sinar bulat di atas cakrawala membuat Naomi sedikit kesulitan mengenali wajah Sena, namun tetap saja akhirnya ia bisa mengenali perempuan itu. Seorang laki-laki menyusul langkah Sena. Laki-laki dengan perawakan kurus tinggi itu mengangguk santun ke arah Faiq dan Naomi, lalu berdiri di samping Sena. Sena terdiam, matanya kini menatap Naomi dengan sendu, seolah ada yang ingin ia katakan pada Naomi dari sorot matanya, namun bibir seolah tak berpihak. "Yuk, lanjut," ucap Faiq sambil menggamit lengan Naomi. Baru saja Naomi akan melangkah ketika sebelah pergelangan tangannya diraih Sena. Tatapan dua pasang mata perempuan itu kini bertemu, Naomi menautkan alis, seolah ingin bertanya 'ada apa?’ lewat isyarat matanya. "Maafkan aku, Na," lirih Sena dengan wajah yang tampak sedikit pucat. Laki-laki di samping Sena tampak menghela napas panjang. Naomi semakin tak paham dengan apa yang terjadi, sed
last updateLast Updated : 2022-12-02
Read more

Penyakit Sena

Beberapa detik kemudian Naomi hanya bergeming. Membayangkan apa yang terjadi pada Sena lewat kalimat Sena barusan membuatnya menelan ludah getir. "Apa maksudmu, Sen?" tanya Naomi setelahnya. Fajar meremas lembut jemari sang istri, berusaha memberi semangat lewat sentuhan ringan tangannya di jemari sang istri. Sedangkan Faiq hanya diam menyimak. Sejujurnya ia bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi setelah melihat penampilan Sena sejak tadi. Waktu bersamaan dua orang pelayan datang untuk mengantarkan pesanan mereka. Satu per satu piring di atas nampan yang mereka bawa berpindah ke atas meja, hingga keduanya kembali pamit setelah piring terakhir mendarat di atas meja. Suasana kembali hening, perasaan haru yang tadi sempat terasa masih tersisa hingga detik ini. Naomi memilih mengambil ponsel dalam tasnya, mengirim pesan pada sang mertua. [Ma, tolong makanan yang tadi Naomi bawa kasihkan pada Bik Ira saja. Naomi sama Bang Faiq makan di luar, kebetulan ada temen lama yang baru kete
last updateLast Updated : 2022-12-04
Read more

Penolakan untuk kesekian kalinya

Dua manusia berstatus mantan itu terdiam di kursi masing-masing. Naomi sengaja memanggil Riahan ke ruangannya pagi ini. Teringat pesan Sena dua hari yang lalu membuatnya tak bisa menundanya lagi. Kemarin Naomi pulang dari rumah sakit ketika keadaan sang ayah mulai membaik. Sejujurnya dengan sedikit berat hati ia meninggalkan sang ayah, mengingat laki-laki itu tetap pada pendiriannya, tak ingin tinggal di rumah Faiq. "Aku hanya ingin menyampaikan permintaan maaf dari Sena untukmu," ucap Naomi memulai kalimatnya. Raihan terdiam sejenak, ingatannya kembali pada pertemuannya dengan Sena sekitar sebulan yang lalu. "Untuk alasan apa dia meminta maaf padaku?" tanya Raihan dengan nada datar. "Sena mengidap kanker serviks stadium tiga."Kalimat Naomi membuat Raihan kesulitan menelan ludahnya sendiri. Susah payah ia mengingat pertemuannya dengan Sena waktu itu, ia tak menemukan ciri-ciri jika Sena mengidap kanker stadium tinggi. Saat pertemuan itu ia memang tidak memperhatikan Sena dengan
last updateLast Updated : 2022-12-06
Read more

Kabar tentang Sena

Matahari kian terlihat terik di waktu-waktu seperti ini. Sekilas Raihan melirik penunjuk waktu yang melingkar di pergelangan tangannya, tepat pukul sepuluh siang. Lalu kembali fokus ke jalan raya di mana kendaraan berbagai ukuran berlalu-lalang tanpa henti. Tepat lima belas menit setelahnya mobil Raihan terparkir di sisi jalan tepat di depan toko. Beberapa pengunjung tampak baru saja keluar dari dalam toko dengan menenteng kantong plastik transparan berlogo toko kue itu, sebagian pengunjung lainnya baru saja datang. Ia celingukan mencari sosok Sena. Sayangnya, Sena tak nampak di sana. Tak ingin membuang waktu Raihan melangkah masuk, berharap Sena ada di dapur toko. "Maaf, apa Ibu Diah-nya lagi sibuk?" tanya Raihan pada gadis jangkung yang waktu itu ia temui. Raihan memang sudah sangat kenal Ibu Diah, perempuan paruh baya pemilik toko kue ini, karena sejak beberapa tahun terakhir toko kue Ibu Diah menjadi langganan keluarga mereka, baik untuk konsumsi pribadi, acara kantor, maupun u
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more

Usaha Raihan

Raihan terdiam. Jantungnya berdetak cepat seiring niatnya untuk menceritakan sesuatu yang ia anggap penting pada sang ibu.Sejenak ia sibuk melegakan dada yang tiba-tiba terasa sedikit sesak. "Buruan, apa mau Mama masuk sekarang?" ancam Maya dengan dahi berkerut, sejujurnya ia hanya menggertak sang anak. Beberapa bulan terakhir hubungan keduanya jauh lebih baik. Mama Maya berusaha mengembalikan suasana yang dulu terasa begitu hangat pada anak bungsunya itu. Di antara dua kakaknya Raihan memang paling dekat dengan sang mama, mungkin karena anak bungsu hingga membuatnya lebih dekat dengan sang mama. "Ja—jangan, Ma," potong Raihan cepat. Kedua tangannya yang semula memijat sang mama kini terangkat di depan dada. "Ya sudah, ceritakan sekarang, Mama nggak suka dibuat penasaran," timpal Mama Maya dengan senyum tipis. Raihan berdehem demi menetralisir degup jantung yang sedari tadi berdegup semakin cepat. "Bagaimana seandainya jika Raihan menemukan perempuan pengganti Naomi nanti?" ta
last updateLast Updated : 2022-12-12
Read more

Datanglah untuk Meminta Restu

Desau angin dari kipas angin luar ruangan yang terpasang di tengah langit-langit ruangan membelai ujung kerudung merah muda milik gadis itu. Gadis yang kini duduk dengan wajah canggung di depan Raihan. Dari sekeliling mereka terdengar suara denting sendok dan garpu yang beradu di atas piring keramik, sebagian dari pelanggan yang datang tampak sibuk mengobrol tentang urusan masing-masing. Raihan tampak meluruskan posisi duduknya setelah bosan berdiam diri menunggu hidangan tersaji. "Apa kau merasa keberatan untuk datang?" tanyanya dengan wajah datar. Sejujurnya hatinya bergejolak seiring tatapan keduanya beradu. Raya tampak menggeleng pelan. Lalu kembali meluruhkan pandangan pada jemarinya. Hidangan tersaji di atas meja mereka. Seorang pelayan kembali ke dapur restoran setelah selesai berkutat di meja nomor sembilan, tempat Raihan dan Raya tengah duduk membeku dengan perasaan canggung. "Makanlah dulu," tawar Raihan. Lalu menarik piring berisi pesanan miliknya dan segera melahapny
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

Kedatangan Raihan

Sepanjang malam Raihan hampir tak bisa memejamkan mata. Suasana berselimut hujan di luaran sana tak bisa membuatnya terlelap. Kepalanya penuh dengan bayangan Raya. Jawaban yang diberikan gadis itu terdengar begitu bijak, hingga membuat Raihan kian tergila-gila padanya. Ya, laki-laki itu kian tak sabar menunggu hari di mana ia bisa berkunjung pada perempuan yang telah melahirkan gadis cantik yang kini tengah ia gilai. Hatinya ingin hari itu segera datang. Raya memintanya datang sendiri terlebih dahulu tanpa pendamping, hanya untuk melihat jawaban perempuan itu. Raya memintanya datang bulan depan. Rasanya begitu lama, namun Raya mengatakan halndemikian bukan tanpa alasan. Gadis itu menginginkan kondisi sang ibu lebih sehat saat nanti mengambil keputusan apa yang terbaik. "Aku hanya berharap jawaban yang akan aku temui mempersatukan kita, Ra. Percayalah, aku hanya ingin menebus kesalahan lamaku terhadapmu," lirih Raihan dengan mata menatap langit-langit kamarnya. Sempat terlintas se
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

Sebuah Penolakan

Raihan merasakan kedua jemarinya lembab karena keringat yang tiba-tiba keluar. Kalimat-kalimat yang ia susun sejak semalam seolah menghilang dari kepalanya setelah mendapati sambutan Marina yang tak sesuai harapan. Namun, ia berusaha untuk terlihat seolah semua baik-baik saja. "Saya dan anak Ibu hanya sebatas rekan kerja awalnya, hingga akhirnya saya berniat melamar anak Ibu karena merasa Raya perempun baik-baik untuk dijadikan istri," jawab Raihan dengan yakin. "Maaf sebelumnya, apakah benar jika Anda sudah pernah dua kali gagal dalam pernikahan?" tanya Marina dengan wajah serius. Sejujurnya hati perempuan itu sedikit menciut karena sadar dari kalangan mana laki-laki yang kini berada di hadapannya. Namun, masa depan sang putri jauh lebih berharga dari apapun baginya. "Hmm, ya, itu memang benar," jawab Raihan dengan perasaan sedikit tak nyaman. "Saya selalu berpesan pada Raya jika pernikahan adalah hal sakral yang semampu dan sebisa mungkin untuk melakukannya sekali seumur hidup."
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

Rasa yang Menyiksa

Tak banyak yang berubah setelahnya. Bahkan panggilan Raya untuk anak pemilik perusahaan tempatnya bekerja itu masih tetap sama. Hanya saja Raihan yang kini tampak sedikit lesu. Impiannya untuk diterima dengan baik oleh orang tua tunggal Raya kini pupus. Namun, hati laki-laki itu tak menyerah, lebih lagi setelah kalimat penyemangat yang Raya lontarkan saat mengantarnya ke pagar di depan rumah kala itu. Pun dengan Raya. Di hadapan orang-orang ia bersikap sangat biasa, namun siapa sangka sebenarnya gadis itu pun memiliki rasa pada Raihan.Siapa yang tak tertarik dengan laki-laki mapan dan baik hati seperti Raihan? Ya, itu yang Raya tahu. Raihan baik menurutnya, terlepas dari niat Raihan memberinya uang di saat genting waktu itu. Raya masih mengingatnya dengan benar hingga saat ini. Bagaimana laki-laki itu menolak saat ia mengatakan akan mengembalikannya, namun tetap saja Raya tak ingin semuanya berlalu begitu saja. Uang yang Raihan berikan padanya tetaplah hutang baginya, terlepas dar
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more
PREV
1
...
101112131415
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status