Share

Kedatangan Raihan

Penulis: Rizka Fhaqot
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sepanjang malam Raihan hampir tak bisa memejamkan mata. Suasana berselimut hujan di luaran sana tak bisa membuatnya terlelap. Kepalanya penuh dengan bayangan Raya.

Jawaban yang diberikan gadis itu terdengar begitu bijak, hingga membuat Raihan kian tergila-gila padanya. Ya, laki-laki itu kian tak sabar menunggu hari di mana ia bisa berkunjung pada perempuan yang telah melahirkan gadis cantik yang kini tengah ia gilai.

Hatinya ingin hari itu segera datang. Raya memintanya datang sendiri terlebih dahulu tanpa pendamping, hanya untuk melihat jawaban perempuan itu.

Raya memintanya datang bulan depan. Rasanya begitu lama, namun Raya mengatakan halndemikian bukan tanpa alasan. Gadis itu menginginkan kondisi sang ibu lebih sehat saat nanti mengambil keputusan apa yang terbaik.

"Aku hanya berharap jawaban yang akan aku temui mempersatukan kita, Ra. Percayalah, aku hanya ingin menebus kesalahan lamaku terhadapmu," lirih Raihan dengan mata menatap langit-langit kamarnya.

Sempat terlintas se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Sebuah Penolakan

    Raihan merasakan kedua jemarinya lembab karena keringat yang tiba-tiba keluar. Kalimat-kalimat yang ia susun sejak semalam seolah menghilang dari kepalanya setelah mendapati sambutan Marina yang tak sesuai harapan. Namun, ia berusaha untuk terlihat seolah semua baik-baik saja. "Saya dan anak Ibu hanya sebatas rekan kerja awalnya, hingga akhirnya saya berniat melamar anak Ibu karena merasa Raya perempun baik-baik untuk dijadikan istri," jawab Raihan dengan yakin. "Maaf sebelumnya, apakah benar jika Anda sudah pernah dua kali gagal dalam pernikahan?" tanya Marina dengan wajah serius. Sejujurnya hati perempuan itu sedikit menciut karena sadar dari kalangan mana laki-laki yang kini berada di hadapannya. Namun, masa depan sang putri jauh lebih berharga dari apapun baginya. "Hmm, ya, itu memang benar," jawab Raihan dengan perasaan sedikit tak nyaman. "Saya selalu berpesan pada Raya jika pernikahan adalah hal sakral yang semampu dan sebisa mungkin untuk melakukannya sekali seumur hidup."

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Rasa yang Menyiksa

    Tak banyak yang berubah setelahnya. Bahkan panggilan Raya untuk anak pemilik perusahaan tempatnya bekerja itu masih tetap sama. Hanya saja Raihan yang kini tampak sedikit lesu. Impiannya untuk diterima dengan baik oleh orang tua tunggal Raya kini pupus. Namun, hati laki-laki itu tak menyerah, lebih lagi setelah kalimat penyemangat yang Raya lontarkan saat mengantarnya ke pagar di depan rumah kala itu. Pun dengan Raya. Di hadapan orang-orang ia bersikap sangat biasa, namun siapa sangka sebenarnya gadis itu pun memiliki rasa pada Raihan.Siapa yang tak tertarik dengan laki-laki mapan dan baik hati seperti Raihan? Ya, itu yang Raya tahu. Raihan baik menurutnya, terlepas dari niat Raihan memberinya uang di saat genting waktu itu. Raya masih mengingatnya dengan benar hingga saat ini. Bagaimana laki-laki itu menolak saat ia mengatakan akan mengembalikannya, namun tetap saja Raya tak ingin semuanya berlalu begitu saja. Uang yang Raihan berikan padanya tetaplah hutang baginya, terlepas dar

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Cemburu

    Senyum dari bibir laki-laki jangkung itu merekah kala tatapannya beradu dengan Raya. "Apa kabar?" tanya Marina berbasa-basi. Tampak jelas tatapan kagum dari dua bola mata perempuan paruh baya itu kala menatap laki-laki muda di depannya. "Alhamdulillah, Tante. Sudah lebih setahun kita tak bertemu. Syukurlah sejak minggu kemarin aku dimutasi ke kantor pusat, jadi nggak terlalu jauh dari sini," jawab laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya pada Marina. Raya menatap bergantian pada dua orang itu dengan tatapan tak mengerti. Keduanya tampak begitu akrab. "Aku masuk dulu, mau nyimpen barang bawaan tadi," ucap Raya beralasan. Namun, sang ibu segera memberinya isyarat untuk tetap tinggal. "Masuk dulu," pinta Marina pada laki-laki itu. Ramon tak menolak. Ia mengekor di belakang Marina, sedangkan Raya menatap punggung keduanya dengan tatapan aneh. "Buatkan minum untuk Ramon, Ra," perintah Marina pada sang anak.Raya mengangguk pelan. Setelahnya ia menuju kamar untuk menyimpan barang-b

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Berubahnya Sikap

    Raya mendongakkan kepala. Menghentikan jari jemari yang sedari tadi menari di keyboard komputer. Hening beberapa saat. "Laki-laki siapa?" tanya Raya seolah tak paham. "Laki-laki yang akhir-akhir ini sering bersamamu," jawab Raihan dengan wajah datar. Raya tersenyum tipis setelah mendengar pertanyaan bernada cemburu dari laki-laki itu. "Di mana Bapak melihatnya?" tanya Raya sambil mengalihkan pandangan kembali ke layar laptop. "Jawab saja pertanyaanku," timpal Raihan dengan nada dingin. "Hmm, dia hanya teman bagiku, meski baginya tidak demikian," jawab Raya jujur. Ia tidak terbiasa menutupi sesuatu karena khawatir menjadi bumerang baginya sendiri suatu saat kelak. Raihan tak lagi menjawab. Laki-laki itu berlalu begitu saja masuk ke ruangannya. Tak lama setelahnya ia kembali keluar. "Pulang sekarang! Sudah larut untuk tetap di sini," ucap Raihan. Lalu melangkah keluar. Raya tergopoh membereskan meja kerjanya. Mematikan layar komputer dengan tergesa-gesa. Setelahnya meraih tas

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Berita Meninggalnya Sena

    Bulan sabit mengintip malu-mau di celah rimbunnya dedaunan akasia yang ditanam di sisi jalan. Beberapa detik setelahnya menghilang tertutup arak-arakan awan di atas cakrawala. Mobil yang dikemudikan Raihan memasuki garasi rumah mewah bertingkat milik orang tuanya. Sempat ia terpaku ketika melihat sebuah mobil yang kini terparkir tak jauh dari mobilnya berada. Mengingat-ingat sang empunya kuda besi itu. Raihan beberapa saat terdiam ketika menyadari si empunya. Faiq. Ya, mobil yang kini terparkir di sana adalah milik Faiq. Laki-laki yang pernah menjadi rival-nya dalam mempertahankan hati Naomi. Tapi, untuk keperluan apa mereka datang? Bukankah biasanya Naomi lebih memilih datang sendiri, atau sengaja membuat janji dengan Nila jika ingin bertemu. Yang ia tahu Naomi enggan untuk datang setelah Raihan memutuskan untuk tinggal di sini. Baru saja kakinya menuruni mobil ketika Naomi dan Faiq tampak berjalan keluar. Di belakang keduanya Mama Maya dan sang suami mengekor keluar. Detik ini

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Maukah Berjuang Bersamaku?

    Raihan menginjak pedal gas setelah memastikan Raya menutup pintu mobil. Mengabaikan Ramon yang kini menatap nanar ke arah mereka. Mobil terus melaju membelah jalanan aspal yang membentang di depan sana, bahkan Raya sendiri tak tahu kemana Raihan akan membawanya. "Apa alasanmu lebih memilih dijemput laki-laki itu?" tanya Raihan dengan nada dingin. Ada rasa kecewa di relung sana mengingat Raya sempat menolak tawarannya beberapa kali sebelumnya. "Ada perempuan lain yang lebih pantas untuk mendampingi Bapak," jawab Raya dengan nada lirih. Raihan terdiam dengan alis bertaut. Ia sama sekali tak paham maksud kalimat Raya barusan. "Pertama, tak perlu memanggil dengan embel-embel seperti itu di luar jam kantor. Kedua, apa yang kau maksud dengan perempuan lain?" tanya Raihan setelahnya. "Lalu aku harus memanggil Bapak dengan panggilan apa?" tanyanya canggung. Raihan berpikir beberapa saat. Namun, setelahnya menggeleng pelan. "Sudahlah, lupakan saja. Apa yang kau maksud dengan perempuan

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Menjadi Sebuah Kejelasan

    Raya tak menjawab. Sedang Rani kini menatap lekat ke arahnya. "Ya Tuhan, Ra, jadi itu yang membuatmu terlihat tak biasa? Jadi itu yang membuatmu selalu menolak ketika Pak Raihan menawarkan untuk mengantarmu pulang?" "Asli, parah banget kamu, Ra. Apa kamu tau apa yang Pak Raihan bicarakan saat mengantarku? Apa kau tau apa yang Pak Raihan tanyakan saat meneleponku?" Rani menyentuh bahu Raya, hingga perempuan itu menoleh ke arah sepupunya itu. "Semua karena kamu, Ra. Pembicaraan kami tak lepas dari kamu." Rani terkekeh, sedang Raya membalas dengan senyum kecut. Ada sesuatu berdesir di hatinya ketika tahu yang sebenarnya terjadi. "Apa kau tau kenapa Pak Raihan tadi tiba-tiba datang sebelum kamu masuk ke mobil Ramon? Itu karena aku yang mengabarinya jika Ramon sudah datang menjemputmu, Ra. Itu pula yang menjadi alasan Pak Raihan selalu memperhatikanmu dari jauh."Rani menjelaskan panjang lebar. Sesekali ia tampak terkekeh ketika menyadari betapa konyol sepupunya itu. "Bukankah di kant

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Ditipu Ramon

    Raihan mematung dengan sebelah tangan ia letakkan di dagu dengan siku bertumpu di tangan kursi, sedang sebelah tangan lainnya ia letakkan di atas tangan kursi lainnya. Memikirkan tentang Raya membuat konsentrasinya pecah. Jika saja ia masih segila dulu mungkin sekarang ia tak akan berdiam diri seperti sekarang. Namun, kini kedewasaan seolah kian mendekat, membuat laki-laki itu berpikir berulang untuk menentukan sikap apa yang akan ia lakukan untuk menuntaskan masalahnya saat ini. Ponsel di atas meja kerjanya berdering. Dengan malas ia meraih benda tipis berbentuk persegi panjang itu. [Raya akan pergi bersama Ramon nanti malam, Pak. Untuk saat ini Raya masih tak punya alasan untuk menolak karena semua atas kemauan Bibi.]Pesan dari Rani membuat Raihan berdecak kesal. Sejujurnya ia kesal dengan sikap Raya yang begitu mudah menuruti keinginan sang ibu, tanpa peduli akan seperti apa perasaannya sendiri. Raihan mengabaikan pesan Rani tanpa membalasnya. Setelahnya ia menyeruput kopi han

Bab terbaru

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Ending

    Detik demi detik merangkak, hingga hari kian berlalu berjalan menuju minggu, perlahan tapi pasti minggu berlaku menuju bulan. Dua bulan setelah acara lamaran kala itu, hari pernikahan Raihan dan Raya di gelar di rumah Raya. Persis seperti permintaan Marina. Ya, sejak dulu Marina memang ingin kedua anak perempuannya menikah di sini, di rumah sederhana mereka. Awalnya keluarga Raihan merasa keberatan. Namun, setelah rembukan akhirnya mereka saling menerima, terlebih setelah Raihan angkat bicara untuk solusinya. Pada akhirnya acara resepsi akan digelar dua kali, pertama di kediaman mempelai perempuan, kedua di kediaman orang tua Raihan. Sebelumnya Mama Maya berkeinginan untuk melangsungkan acara di hotel, persis saat pernikahan Naomi dan Raihan dulu, dengan alasan tak ingin membeda-bedakan kedua menantunya itu. Namun, sang suami lebih memilih di rumah, mengingat Raihan pernah gagal menikah berulang kali. Hari ini, tepat di lapangan yang berada tepat berseberangan dengan rumah orang tu

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Ramon Meninggal

    "Ini beneran Ramon?" tanyanya meyakinkan. Sejujurnya ia sudah paham jawabannya, mengingat ia lebih kenal lama pada laki-laki itu ketimbang Raihan. "Rani tak mungkin salah lihat," balas Raihan dengan wajah serius. "Apa yang dipikirkan laki-laki itu sampai melakukan hal bodoh seperti ini? Padahal Vina sudah memberikan semuanya, tapi masih saja berulah," desah Raya dengan wajah sesal. Raihan hanya bergeming, membiarkan pertanyaan Raya mengawang di udara. Kalimat Raya barusan membuatnya merasa tertampar. Ya, apa yang Ramon lakukan sekarang bak kaca besar yang memamerkan masa lalunya dulu bagi Raihan. Kegilaan yang Ramon lakukan tak berbeda jauh dari kebodohan yang ia lakukan dulu, yang akhirnya membuatnya kehilangan Naomi dan kehilangan kepercayaan kedua orang tuanya. Bedanya, Raihan tak sampai nekat membahayakan nyawanya demi perempuan yang ia cintai. Banyak luka yang terasa nyeri hingga saat ini. Luka ketika Naomi lebih memilih pergi bersama Faiq, ketimbang kembali padanya meski i

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Berita Tentang Ramon

    Raihan tersentak ketika mendengar sebuah benda keras menghantam kuat di belakangnya. Serta suara teriakan beberapa orang berada tak jauh darinya. Laki-laki itu seketika menoleh, ternyata sebuah mobil sedan menghantam tiang PLN yang berada tak jauh dari tempatnya berada. Beberapa karyawan kantor yang sama dengan Raihan ikut menghentikan aktivitas mereka, yang semula sibuk dengan kendaraan masing-masing. Asap mengepul dari bagian kap mobil. Tampak wajah-wajah kaget bercampur panik dari orang-orang yang berada di dekat tempat kejadian. Dalam waktu hitungan detik tempat kejadian dikerumuni orang-orang yang berada di dekat tempat itu. Sebagian lagi adalah para pengendara yang lewat yang kini menghentikan kendaraan mereka di bahu jalan. Raihan seketika teringat sesuatu. Raya. Laki-laki itu bergegas turun dari mobilnya. Dengan wajah panik ia berlari ke tempat yang tadi dilewati gadis itu. Tampak Raya terduduk memeluk lutut di pinggir jalan. Kurang dari lima puluh senti di depannya ter

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Kecelakaan

    Raya meletakkan map yang tadi berada dalam dekapannya di atas meja, sesuai perintah Naomi. Tanpa menunggu lebih lama Naomi segera meraih map itu, mengecek kalimat demi kalimat yang ada di dalamnya dengan teliti, sedangkan Raya mengamati perempuan yang begitu ia kagumi itu dari tempatnya berdiri. Raya tampak meneliti wajah cantik dengan tubuh sedikit mengembang itu. Jauh di relung sana ada rasa kagum pada sosok mantan istri Raihan itu. "Bukankah kita ada janji temu dengan klien jam dua siang nanti?" Kalimat tanya dari Naomi membuat Raya sedikit kaget ketika mengangkat wajah dan tatapan keduanya bertemu. "Iya, Bu," jawabnya sambil mengangguk pelan. *Dua perempuan dengan usia terpaut tak begitu jauh itu duduk bersisian di kursi penumpang. Raya sesekali tampak melirik ke arah Naomi. Entah apa yang membuat sikap gadis itu sedikit terlihat canggung kali ini. Beberapa menit setelah mobil melaju suasana hanya hening. Hingga akhirnya Naomi memilih bersuara. "Mama sudah menceritakan se

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Kebahagiaan Seorang Ibu

    Raya mengerutkan dahu, ia tak paham dengan maksud kalimat yang baru saja ia dengar. Pun tak paham kenapa wajah perempuan di hadapannya itu berubah dalam hitungan detik saja. Raya meremas kedua jemarinya. Menikmati degup jantung yang masih berkejaran. Ingin bertanya tapi sedikit ragu. Raihan tampak menggeleng pelan sambil tersenyum tipis. "Maaf jika kamu tersinggung dengan ucapan Tante barusan. Sebenarnya Raihan sudah bercerita banyak tentang kamu, tentang ibumu yang awalnya tak memberi restu. Tante memakluminya, mungkin jika Tante yang berada di posisi ibumu Tante juga akan melakukan hal serupa," kekeh Mama Maya, membuat Raya seketika menarik napas lega. Wajahnya yang semula tampak gugup bercampur malu, kini sedikit lebih lega. "Tante hanya berharap semoga setelah ini Raihan benar-benar sadar jika apa yang dia lakukan dulu adalah hal keliru. Percayalah, Tante tidak akan pernah membela jika memang Raihan bersalah."Raya perlahan mengangkat wajah. Menatap canggung wajah renta itu d

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Berkunjung ke Rumah Mama Maya

    Raya melangkah mensejajari langkah Raihan. Sepasang kekasih itu kini melangkah melewati gerbang, serta hamparan rerumputan hijau di halaman rumah berlantai dua milik orang tua Raihan. Dua tiang penyangga terlihat tampak kokoh dari arah depan. Berdiri gagah hingga mencapai lantai atas. Raya merasakan dirinya begitu kecil di sini. Berulang kali ia melirik rumah bercat putih perpaduan dengan abu tua itu, yang tampak bak bumi dan langit dengan rumah peninggalan sang ayah yang mereka tempati sekarang. Tiga buah mobil berjajar rapi di garasi rumah mewah itu. Mobilnya pun tak kalah mewah. Meski tak memilikinya setidaknya Raya cukup tau berapa kisaran harga kendaraan milik keluarga Raihan. "Bapak yakin mengajakku ke sini?" tanya Raya dengan langkah kaki memelan. Entah sudah berapa kali pertanyaan itu ia lontarkan sejak beberapa hari lalu. Raihan menghentikan langkahnya. Lalu menatap ke arah Raya dengan senyum tipis. "Masuklah! Kau tidak akan tahu bagaimana Mama jika tetap di sini," bala

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Penebus Sesal

    "Pak Raihan yang Ibu maksud?" tanya gadis itu pelan. Ada gelenyar di relung sana ketika menyebut nama itu. Nama yang malam ini kian membuat hatinya berdesir. "Iya, Ra." Marina mendesah pelan. Raya kembali memalingkan wajah. Menatap lurus ke arah jalan raya yang kian tampak sepi. Hanya suara desau angin serta binatang malam yang terdengar di telinganya saat ini. "Lupakan saja, Bu. Raya tak ingin Ibu terpaksa melakukannya," lirihnya dengan hati berdenyut nyeri. Setelahnya ia berbalik badan dan siap melangkah masuk. "Ibu khilaf, Ra," jawab Marina tak kalah lirih. "Maafkan sikap Ibu beberapa waktu lalu," lanjutnya, membuat langkah Raya terhenti. Gadis itu terdiam. Tangannya kini memeluk tubuhnya sediri, demi menghalau dingin yang terasa menggigit kulit tubuh. "Kita ngobrol di dalam, Bu," ajak Raya. Lalu melangkah masuk. Marina menurut, mengingat suasana di luar yang kian bertambah dingin. Perempuan paruh baya itu mengekor di belakang sang anak.Raya segera mengunci pintu setelah sa

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Perlakuan yang Jauh Berbeda

    Maria menatap lekat anak bungsunya itu. Sejurus kemudian kembali merangkul tubuh Raya. Ada amarah yang tiba-tiba memanasi dada, menciptakan rasa panas menjalari tubuhnya. "Apa maksudmu, Ra?" tanya Marina dengan mama berkaca-kaca. Raya kembali terdiam beberapa saat. Melempar tatapan ke arah Raihan yang kini masih dalam posisi duduk diam. Detik selanjutnya laki-laki itu melirik ke arahnya, lalu mengangguk pelan. Seolah memberi isyarat jika sekarang adalah waktu yang tepat untuk berbicara jujur. "Ya, Ramon membohongiku tentang ulang tahun sepupunya. Dia membawaku ke tengah hutan, dan .... "Kalimat raya terhenti ketika air mata kembali berdesakan ke luar. Bayangan pelecehan yang dilakukan Ramon terhadapnya kembali melintas di kepala. Menciptakan rasa ngeri sekaligus jijik dalam waktu bersamaan. "Lalu apa yang dilakukan bajingan itu padamu?" Kali ini Marina tidak dapat bersikap seolah baik-baik saja. Perempuan paruh baya itu tampak histeris. Di kepalanya terbayang jelas apa yang tela

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Berusaha Jujur

    Malam kian merangkak. Angin dingin masih terus berdesir, menyapu dedaunan hingga pakaian yang mereka kenakan, menciptakan dingin yang terasa menusuk tulang. "Aku hanya tak ingin Ibu kembali bersedih," lirih raya dengan wajah sendu. Raihan memejamkan mata beberapa saat. Ada rasa kecewa dari jawaban yang ia dengar barusan, namun ia tak bisa memaksa, bisa saja itu adalah bentuk kasih sayang dari seorang anak untuk sang ibu. Terdengar Raihan mendesah pelan. Niatnya yang semula ingin segera kembali melajukan motornya, ia urungkan. Laki-laki itu kembali turun dari kuda besi hitam itu. Raihan menatap ke arah gadis itu dengan tatapan kecewa. Beberapa saat ia hanya membisu dengan tatapan kosong. "Harus sampai kapan kamu lakukan ini? Menyembunyikannya dari ibumu. Lantas, buat apa aku melakukan hal barusan pada laki-laki itu?" Raihan terdengar putus asa. "Ma—maaf," lirih Raya setengah berbisik. "Tak perlu meminta maaf, aku hanya ingin kejelasan apa yang akan kau lakukan setelah ini?" timp

DMCA.com Protection Status