Home / Rumah Tangga / KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN: Chapter 131 - Chapter 140

149 Chapters

Cemburu

Senyum dari bibir laki-laki jangkung itu merekah kala tatapannya beradu dengan Raya. "Apa kabar?" tanya Marina berbasa-basi. Tampak jelas tatapan kagum dari dua bola mata perempuan paruh baya itu kala menatap laki-laki muda di depannya. "Alhamdulillah, Tante. Sudah lebih setahun kita tak bertemu. Syukurlah sejak minggu kemarin aku dimutasi ke kantor pusat, jadi nggak terlalu jauh dari sini," jawab laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya pada Marina. Raya menatap bergantian pada dua orang itu dengan tatapan tak mengerti. Keduanya tampak begitu akrab. "Aku masuk dulu, mau nyimpen barang bawaan tadi," ucap Raya beralasan. Namun, sang ibu segera memberinya isyarat untuk tetap tinggal. "Masuk dulu," pinta Marina pada laki-laki itu. Ramon tak menolak. Ia mengekor di belakang Marina, sedangkan Raya menatap punggung keduanya dengan tatapan aneh. "Buatkan minum untuk Ramon, Ra," perintah Marina pada sang anak.Raya mengangguk pelan. Setelahnya ia menuju kamar untuk menyimpan barang-b
last updateLast Updated : 2023-01-05
Read more

Berubahnya Sikap

Raya mendongakkan kepala. Menghentikan jari jemari yang sedari tadi menari di keyboard komputer. Hening beberapa saat. "Laki-laki siapa?" tanya Raya seolah tak paham. "Laki-laki yang akhir-akhir ini sering bersamamu," jawab Raihan dengan wajah datar. Raya tersenyum tipis setelah mendengar pertanyaan bernada cemburu dari laki-laki itu. "Di mana Bapak melihatnya?" tanya Raya sambil mengalihkan pandangan kembali ke layar laptop. "Jawab saja pertanyaanku," timpal Raihan dengan nada dingin. "Hmm, dia hanya teman bagiku, meski baginya tidak demikian," jawab Raya jujur. Ia tidak terbiasa menutupi sesuatu karena khawatir menjadi bumerang baginya sendiri suatu saat kelak. Raihan tak lagi menjawab. Laki-laki itu berlalu begitu saja masuk ke ruangannya. Tak lama setelahnya ia kembali keluar. "Pulang sekarang! Sudah larut untuk tetap di sini," ucap Raihan. Lalu melangkah keluar. Raya tergopoh membereskan meja kerjanya. Mematikan layar komputer dengan tergesa-gesa. Setelahnya meraih tas
last updateLast Updated : 2023-01-05
Read more

Berita Meninggalnya Sena

Bulan sabit mengintip malu-mau di celah rimbunnya dedaunan akasia yang ditanam di sisi jalan. Beberapa detik setelahnya menghilang tertutup arak-arakan awan di atas cakrawala. Mobil yang dikemudikan Raihan memasuki garasi rumah mewah bertingkat milik orang tuanya. Sempat ia terpaku ketika melihat sebuah mobil yang kini terparkir tak jauh dari mobilnya berada. Mengingat-ingat sang empunya kuda besi itu. Raihan beberapa saat terdiam ketika menyadari si empunya. Faiq. Ya, mobil yang kini terparkir di sana adalah milik Faiq. Laki-laki yang pernah menjadi rival-nya dalam mempertahankan hati Naomi. Tapi, untuk keperluan apa mereka datang? Bukankah biasanya Naomi lebih memilih datang sendiri, atau sengaja membuat janji dengan Nila jika ingin bertemu. Yang ia tahu Naomi enggan untuk datang setelah Raihan memutuskan untuk tinggal di sini. Baru saja kakinya menuruni mobil ketika Naomi dan Faiq tampak berjalan keluar. Di belakang keduanya Mama Maya dan sang suami mengekor keluar. Detik ini
last updateLast Updated : 2023-01-06
Read more

Maukah Berjuang Bersamaku?

Raihan menginjak pedal gas setelah memastikan Raya menutup pintu mobil. Mengabaikan Ramon yang kini menatap nanar ke arah mereka. Mobil terus melaju membelah jalanan aspal yang membentang di depan sana, bahkan Raya sendiri tak tahu kemana Raihan akan membawanya. "Apa alasanmu lebih memilih dijemput laki-laki itu?" tanya Raihan dengan nada dingin. Ada rasa kecewa di relung sana mengingat Raya sempat menolak tawarannya beberapa kali sebelumnya. "Ada perempuan lain yang lebih pantas untuk mendampingi Bapak," jawab Raya dengan nada lirih. Raihan terdiam dengan alis bertaut. Ia sama sekali tak paham maksud kalimat Raya barusan. "Pertama, tak perlu memanggil dengan embel-embel seperti itu di luar jam kantor. Kedua, apa yang kau maksud dengan perempuan lain?" tanya Raihan setelahnya. "Lalu aku harus memanggil Bapak dengan panggilan apa?" tanyanya canggung. Raihan berpikir beberapa saat. Namun, setelahnya menggeleng pelan. "Sudahlah, lupakan saja. Apa yang kau maksud dengan perempuan
last updateLast Updated : 2023-01-06
Read more

Menjadi Sebuah Kejelasan

Raya tak menjawab. Sedang Rani kini menatap lekat ke arahnya. "Ya Tuhan, Ra, jadi itu yang membuatmu terlihat tak biasa? Jadi itu yang membuatmu selalu menolak ketika Pak Raihan menawarkan untuk mengantarmu pulang?" "Asli, parah banget kamu, Ra. Apa kamu tau apa yang Pak Raihan bicarakan saat mengantarku? Apa kau tau apa yang Pak Raihan tanyakan saat meneleponku?" Rani menyentuh bahu Raya, hingga perempuan itu menoleh ke arah sepupunya itu. "Semua karena kamu, Ra. Pembicaraan kami tak lepas dari kamu." Rani terkekeh, sedang Raya membalas dengan senyum kecut. Ada sesuatu berdesir di hatinya ketika tahu yang sebenarnya terjadi. "Apa kau tau kenapa Pak Raihan tadi tiba-tiba datang sebelum kamu masuk ke mobil Ramon? Itu karena aku yang mengabarinya jika Ramon sudah datang menjemputmu, Ra. Itu pula yang menjadi alasan Pak Raihan selalu memperhatikanmu dari jauh."Rani menjelaskan panjang lebar. Sesekali ia tampak terkekeh ketika menyadari betapa konyol sepupunya itu. "Bukankah di kant
last updateLast Updated : 2023-01-07
Read more

Ditipu Ramon

Raihan mematung dengan sebelah tangan ia letakkan di dagu dengan siku bertumpu di tangan kursi, sedang sebelah tangan lainnya ia letakkan di atas tangan kursi lainnya. Memikirkan tentang Raya membuat konsentrasinya pecah. Jika saja ia masih segila dulu mungkin sekarang ia tak akan berdiam diri seperti sekarang. Namun, kini kedewasaan seolah kian mendekat, membuat laki-laki itu berpikir berulang untuk menentukan sikap apa yang akan ia lakukan untuk menuntaskan masalahnya saat ini. Ponsel di atas meja kerjanya berdering. Dengan malas ia meraih benda tipis berbentuk persegi panjang itu. [Raya akan pergi bersama Ramon nanti malam, Pak. Untuk saat ini Raya masih tak punya alasan untuk menolak karena semua atas kemauan Bibi.]Pesan dari Rani membuat Raihan berdecak kesal. Sejujurnya ia kesal dengan sikap Raya yang begitu mudah menuruti keinginan sang ibu, tanpa peduli akan seperti apa perasaannya sendiri. Raihan mengabaikan pesan Rani tanpa membalasnya. Setelahnya ia menyeruput kopi han
last updateLast Updated : 2023-01-07
Read more

Suasana Genting!

Raya seketika bergidik ngeri. Ia bukan lagi anak-anak yang tak paham maksud kalimat Ramon barusan. Kalimat yang mampu membuat nyalinya seketika menciut. "Kau tak akan bisa lari ke mana-mana lagi, Ra. Mulai malam ini kau hanyalah milikku. Tak akan ada lagi laki-laki yang bersedia menerimamu setelah malam ini, termasuk laki-laki yang sudah membuatku muak padamu!" ucap Ramon dengan senyum licik. Detik-detik selanjutnya membuat jantung Raya kian berdegup lebih kencang ketika Ramon kian mendekatkan tubuhnya ke arah Raya. Jarak antara wajah keduanya kini hanya tersisa kurang dari lima sentimeter. Raya membeku di kursinya dengan keringat dan air mata mulai berjejalan keluar. Melintas dalam benaknya akan seperti apa masa depannya setelah ini. Akankah dirinya akan mengalami hal buruk yang tak diinginkan satu perempuan pun di muka bumi ini? Diperkosa lalu dibunuh dan dibuang di hutan di dekat sini? Atau mungkin setelah ini laki-laki bajingan itu akan menikahinya, dan melampiaskan rasa sakit
last updateLast Updated : 2023-01-07
Read more

Malaikat Penolong bagi Raya

Cuaca dingin malam ini membuat Raihan harus mengenakan jaket tebal berbahan anti air, serta kaus kaki dan sepatu. Tak lupa ia melengkapi dengan helm full face berwarna hitam feng sedikit lis merah di beberapa bagian. Mama Maya sempat menatap sang anak dengan tatapan heran, kala melihat Raihan tengah sibuk melengkapi atribut untuk memakai motor khas lelakinya. Ya, Raihan lebih memilih menggunakan motor miliknya meski cuaca dingin terasa menusuk tulang malam ini. "Mau ke mana? Kenapa nggak naik mobil saja?" tanya Mama Maya sambil duduk di samping sang anak. Keduanya tengah duduk bersisian di kursi teras. Mama Maya sedari tadi memperhatikan tingkah Raihan yang tampak sibuk bolak-balik kamar dan berpindah ke teras rumah. "Mau jalan-jalan aja, Ma, udah lama nggak dipake juga," jawab Raihan seadanya. Tangannya dengan lincah mengikat tali sepatu kets abu tua dengan bagian telapak berwarna hitam di kakinya. "Ya sudah, hati-hati," jawab Mama Maya dengan senyum simpul. Ia menerka sang anak
last updateLast Updated : 2023-01-08
Read more

Menggagalkan Rencana Jahat Ramon

Seketika laki-laki di dalam mobil itu tersentak. Ramon dengan sigap menstarter mobilnya, namun Raya yang menyadari hal itu bergegas mengambil tindakan. Perempuan itu memutar kembali kunci mobil Ramon hingga mesin mobil kembali mati. Ramon yang tengah dikuasai rasa gugup mendorong cepat tubuh Raya, hingga gadis itu terjengkang ke belakang. Raya tak menyerah begitu saja, itu kembali bangkit dan menerjang tubuh Ramon. Ia tahu tenaganya sebagai seorang perempuan tak sebanding dengan laki-laki itu, namun, hanya dengan cara ini ia bisa membuat konsentrasi Ramon terpecah, hingga Raihan bisa melakukan apa yang ia ingin lakukan sekarang. "Diam kau!" Tangan kokoh laki-laki itu tiba-tiba mencekik leher Raya. Amarah di dadanya bergemuruh setelah tahu siapa laki-laki yang kini tengah sibuk memecahkan kaca mobilnya. Raya yang mendapat cekikan kedua tangan Ramon berusaha melepaskan diri. Namun, ia kalah tenaga. Gadis itu hanya bisa menggelepar dan mulai melemah. Dalam waktu bersamaan Raihan s
last updateLast Updated : 2023-01-08
Read more

Kedatangan Vina

Marina yang semula memilih menyaksikan siaran televisi di ruang tengah yang merangkap dengan ruang makan, seketika menoleh ke arah pintu utama ketika mendengar seseorang telah menggedor pintu rumah mereka dengan sedikit kasar. Seketika degup jantung perempuan paruh baya itu berkejaran. Gugup dan sedikit takut, itu pula yang tengah ia rasakan. Namun, rasa penasaran membuat ia akhirnya melangkahkan kakinya ke asal suara. "Tolong buka pintunya!" pinta suara dari balik pintu. Suara perempuan yang terdengar begitu tegas. Setelah tahu jika yang datang adalah seorang perempuan, rasa gugup di hati Marina sedikit berkurang. Menyisakan rasa penasaran di hatinya. Perempuan itu segera bangkit dan bergegas menuju pintu utama. Dalam satu putaran pada gagang, laku didorong perlaha pintu itu kini terbuka setengahnya. "Cari siapa?" tanya perempuan paruh baya itu dengan mata sedikit terpicing. Di sana, tepat di depan Marina, berdiri seorang perempuan muda bergaun marun tangan panjang dengan bagia
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more
PREV
1
...
101112131415
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status