Home / Rumah Tangga / KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN: Chapter 111 - Chapter 120

149 Chapters

Tentang Raya

Raya menatap aneh sepupunya itu. Baginya tak ada yang aneh dengan perkara Raihan mengantarnya pulang tadi. "Emangnya kenapa, sih, Ran? Perkara nebeng aja sampai segitunya," cibir Raya sambil mengambil bungkusan nasi goreng yang tadi dibeli Rani untuknya.Rani memicingkan matanya, gemas dengan sikap acuh sepupunya itu. "Heh, Pak Raihan nggak pernah lagi bersikap ramah sejak beberapa bulan terakhir, Ra. Dulu Pak Raihan terbilang ramah, Ra, tapi sejak berpisah dari istri keduanya dia berubah lebih dingin.""Kabarnya istri barunya juga ternyata selingkuh. Karena menyesal akhirnya Pak Raihan meminta untuk rujuk sama Ibu Naomi, tapi Ibu Naomi nggak mau. Akhirnya hingga kini Pak Raihan masih sendiri. Istri barunya sampai saat ini tak ada kabar. Kabar terakhir mereka sudah bercerai sejak lama." Cerita Rani dengan wajah serius. Raya duduk lesehan di atas lantai sambil menghadap nasi goreng yang sudah dibuka di atas piring beralaskan bungkusan nasi. "Kamu, kok, tau semua, Ran? Cocok banget j
last updateLast Updated : 2022-11-16
Read more

Berkunjung ke rumah ayah

Sinar matahari pagi terasa menghangat di kulit saat jam di dinding ruang makan masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Naomi tengah sibuk membuka pesanannya, berupa aneka lauk dan kue. Sejak kemarin ia sudah sibuk memesan aneka makanan yang rencananya akan dibawa untuk berkunjung ke rumah sang ayah. Sejujurnya itu bukan hanya untuk sang ayah, tapi Naomi sengaja menyiapkan untuk Bik Ira dan tetangga dekat Ayah Dayat. Setiap Minggu pagi seperti sekarang ini Noami nampak bersemangat untuk bangun pagi. Bahkan saat ini ia sudah siap dengan box-box berisi aneka makanan yang akan ia bawa. Ya, Naomi dan Faiq berniat berkunjung ke rumah Ayah Dayat hari ini, persis seperti hari-hari Minggu sebelumnya. Hampir setiap Minggu mereka melakukannya. Biasanya Naomi akan memberi kabar jika ada halangan untuk mengunjungi sang ayah. Tangannya dengan ringan menata box-box makanan yang semula di atas meja ke dalam box besar agar mudah di bawa. Meski sang ayah selalu mengatakan agar jangan repot-repot membaw
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more

Cemburu

Beberapa detik setelahnya tetap tak ada jawaban. "Kok, tiba-tiba diem?" tanya Faiq sambil melirik sekilas ke arah Naomi. Terdengar helaan napas panjang dari bibir Naomi. "Semoga dia sadar kalo Abang udah nikah," lirih Naomi tanpa melihat pada lawan bicaranya. Mendengar ucapan Naomi Faiq tersenyum geli. Kalimat bernada cemburu itu membuatnya merasa dihargai. "Kau percaya Abang?" "Apakah kepercayaan cukup untuk membuat laki-laki setia pada pasangannya? Toh, nyatanya kepercayaan penuhku dulu pun dibalas pengkhianatan," keluh Naomi dengan wajah muram. "Hey, kenapa, sih? Kok, jadi sensi gini? Ini Abang, Sayang. Sudah Abang katakan, laki-laki tak semuanya sama. Memang kita tak pernah tau garis takdir, hanya saja kita bisa berusaha untuk menjaga hati agar tak berpaling." Faiq berusaha menjelaskan dengan suara pelan. "Entahlah …."Merasa tak nyaman dengan jawaban Naomi membuat Faiq akhirnya menghentikan mobilnya di sisi jalan. Diraihnya tangan Naomi, lalu menggenggamnya lembut. Sebag
last updateLast Updated : 2022-11-18
Read more

Bertemu Sena

Seketika degup jantungnya berkejaran kala melihat Inez yang kini tengah sibuk menyusun aneka kue dari nampan di tangannya ke etalase. Banyak yang berubah dengan perempuan itu. Pastinya tak lagi berpenampilan terbuka seperti dulu. Belum lagi kini ia lebih memilih kerja keras ketimbang memanfaatkan tubuhnya untuk mencari uang. Namun entahlah, apakah dalamnya sama seperti yang tampak dari luar. "Kenapa malah bengong?" tanya Melodi. Sejak tadi ia memperhatikan perubahan sikap Raihan setelah melihat Sena. Raihan tergagap. Segera ia memasang wajah sebiasa mungkin, meski hasilnya ia tetap tak bisa membohongi perempuan itu. "Kau saja yang turun. Bilang saja mau ambil pesanan Ibu Maya," perintah Raihan dengan wajah datar. Ia melirik sekilas ke arah Melodi yang kini menatap lekat ke arahnya. Melodi nampak mengerutkan dahi. Lalu menatap Raihan dan Sena bergantian. "Kau kenal perempuan itu?" tanya Melodi dengan wajah ingin tahu. Cara Raihan menatap Sena membuat hatinya tergelitik untuk bert
last updateLast Updated : 2022-11-19
Read more

Berita buruk

Setelah perginya Raihan ke pantry Raya sibuk menuntaskan laporan milik Rani yang semula dikerjakannya. Syukurnya memang tak banyak lagi yang harus ia kerjakan, hingga dalam waktu lima belas menit kemudian ia sudah selesai. Baru saja Raya mematikan PC di mejanya ketika Raihan kembali dengan membawa secangkir teh hangat di tangannya. Tak ada lagi sapa yang terdengar, laki-laki itu memilih langsung masuk ke ruangannya, membuat Raya menghela napas lega. Setidaknya ia hanya perlu menunggu saja laki-laki itu keluar lagi. Gadis berkulit seputih pualam itu mengedarkan pandangan ke dinding sebelah kanan lorong ruang kerja karyawan, tepat ke arah jam dinding. Jarum panjang benda itu berada di dekat angka delapan, sedang jarum pendek berada di angka sembilan. Raya memilih membereskan meja kerjanya. Ia tak berani bertanya alasan Raihan berniat mengantarnya pulang, meski di sudut hatinya tanya tengah bergelayut manja meminta untuk dipuaskan. Suasana ruang kerja di mana Raya berada kian hening
last updateLast Updated : 2022-11-21
Read more

Malaikat penyelamat

Seorang pelayan mendekat dengan buku menu di tangannya. Laki-laki muda berpakaian rapi, lengkap dengan sepatunya mengulurkan buku menu pada Raihan sambil tersenyum ramah. Beberapa detik setelahnya Raihan membolak-balik lembaran dengan aneka menu menggugah selera itu, hingga ia menemukan menu yang akan ia pesan kali ini. Cumi asam manis beserta cah kangkung seafood. "Kau mau makan apa?" tanya Raihan sambil melirik ke arah Raya. Perempuan itu tampak tak bersemangat. "Samain aja, Pak," ucap Raya dengan wajah sendu. Raihan tak lagi bertanya. Ia memilih memesankan dua porsi makanan berikut minumannya dengan jenis yang sama dengan miliknya. Laki-laki berpakaian seragam berwarna hitam putih itu berlalu setelah menerima kembali buku catatan dan buku menu dari Raihan. Meninggalkan Raihan dan Raya yang kini kembali hening. Suara denting sendok dan garpu yang beradu dengan piring diselingi suara-suara riuh rendah terdengar teratur, dari daerah jalan raya di depan sana suara deru mesin mob
last updateLast Updated : 2022-11-22
Read more

Bantuan Raihan

Raya hanya mematung di tempat. Ia tak tahu harus bersikap seperti apa sekarang. Ia pun tak tahu harus berkata apa. "Jangan berpikir aku akan menggunakan kesempatan ini untuk kepentinganku!" ujar Raihan dengan nada dingin. Mendengar itu Raya spontan meraih ponsel di tangan laki-laki itu. "Maaf, Pak. Saya tak pernah berpikir demikian."Raya bergegas mengetik nomor rekening miliknya. Rekening yang hanya memiliki saldo terakhir kurang dari seratus ribu rupiah. Setelahnya ia segera mengembalikan ponsel itu pada Raihan. "Ini, Pak. Baiklah, Pak, saya akan menyicilnya setiap gajian. Maaf karena nggak bisa cash," ucap Raya dengan perasaan gugup. "Saya tidak pernah memintamu untuk membayarnya. Yang terpenting sekarang adalah ibumu, bukan hal lain," ucap Raihan masih dengan nada serupa. Raya hanya mengangguk pelan seraya menundukkan kepalanya. Susah payah ia meredam rasa haru yang kini menciptakan rasa panas di kedua matanya. Kedua tangan Raya terasa gemetaran, serta degup jantung yang be
last updateLast Updated : 2022-11-22
Read more

Seperti mimpi

Cepat tangan gadis itu meraih ponsel milik Raya, memicingkan matanya. Jelas di sana tertulis nama Raihan sebagai pengirim. "Kamu pinjem uang Pak Raihan, Ra?" tanya Rani sambil melirik ke arah Raya dan ponsel itu secara bergantian. "Nggak lah, Ran, mana berani aku pinjem uang Pak Raihan, emang aku siapa dia maen pinjem-pinjem duit aja," timpal Raya dengan wajah serius. "Terus ini maksudnya gimana? Nggak mungkin juga, kan, kalau Pak Raihan salah kirim? Atau kamu minta dikirimin?" Rani memberondong tanya pada sepupunya itu. "Ih, kok, ngaco banget pemikiranmu, Ran," balas Raya dengan bibir mengerucut. "Tadi itu ceritanya aku lagi sibuk bikin laporan punyamu, terus Pak Raihan keluar dari ruangannya nyuruh aku siap-siap buat pulang bareng dia lagi. Diperjalanan Bibi telepon ngasih tau kabar Ibu. Aku juga nggak tau, tiba-tiba Pak Raihan minta nomor rekening," cerita Raya dengan wajah berubah serius. "Seriusan?" Rani menautkan alis. "Ya iya lah, Ran, sejak kapan aku suka bohong, sih,"
last updateLast Updated : 2022-11-23
Read more

Rasa yang tumbuh

"Ya, Raya sudah menelepon pagi tadi," jawab Naomi sambil melirik sekilas ke arah Raihan, setelahnya kembali mengalihkan pandangan pada tumpukan laporan di meja kerjanya. Setelahnya suasana kembali hening, hingga akhirnya Raihan berbalik dan meninggalkan ruangan Naomi. Menyisakan segaris rasa penasaran dalam hati mantan istrinya itu. Ya, rasa penasaran tentang ada apa antara Raihan dan Raya. Setelahnya segaris senyum terukir di bibir Naomi, setidaknya perubahan sikap Raihan membuatnya lega, lebih lagi mengingat Raya gadis baik-baik. Jika memang ada apa-apa antara Raihan dan Raya, Naomi hanya berharap semoga ini adalah perempuan terakhir untuk laki-laki itu. Rasa kecewa masih saja membekas di hati Naomi, hanya saja kehadiran Faiq membuat rasa kecewa itu berubah menjadi syukur. *Kaki jenjang berbungkus celana kulot hitam itu melangkah cepat menyusuri lorong rumah sakit. Sesaat ia melirik penunjuk waktu yang melingkar di pergelangan tangannya. Tepat pukul sembilan pagi. Sejak habis
last updateLast Updated : 2022-11-28
Read more

Getir

"Siapa, Sayang?" tanya Faiq sedikit heran karena telepon yang tak kunjung diangkat. "Bik Ira," jawab Naomi dengan dahi berkerut. "Angkat saja, siapa tau ada yang penting."Faiq berjalan mendekat setelah selesai dengan pekerjaannya. Pelan ibu jari kanan Naomi menggeser tombol hijau ke atas, menghubungkan telepon ke nomor si penelepon. "Assalamu'alaikum, Bik," sapa Naomi ramah. "Waalaikumsalam, Na. Bisa ke Rumah Sakit Harapan Bunda, Na?" tanya Bik Ira dengan nada cemas. "Hah? Siapa yang sakit, Bik?" tanya Naomi. Ia mulai merasa tak nyaman. "Ayahmu tadi siang jatuh di kamar mandi," ucap Bik Ira dengan nada pelan. Kalimat terakhir Bik Ira membuat Naomi membeku. Tanpa sadar air matanya meleleh membayangkan orang terkasihnya itu tengah terbaring di ranjang pesakitan. Faiq merasakan sesuatu tak baik ketika melihat perubahan raut wajah sang istri. Namun, ditundanya untuk segera bertanya mengingat telepon di ponsel Naomi masih tersambung dengan Bik Ira. "Bagaimana keadaan Ayah sekara
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more
PREV
1
...
101112131415
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status