Semua Bab Setahun Tanpa Sentuhanmu: Bab 171 - Bab 180

214 Bab

171. Bukan Salah Perjodohan

Happy Reading*****"Kenapa Ayah lihatnya sama kami. Mas, bahagia dijodohkan sama Dik Risma karena dari dulu memang sudah ada hati," jujur Riswan tanpa aling-aling mengakui semua perasaannya. Di sampingnya, sang istri tersenyum malu-malu. "Benarkah?" Iklima mulai memprovokasi."Iyain ajalah, Bun. Kasihan temenmu ntar banyak yang bully," kata Farel mulai menyulut api agar semua orang mem-bully Riswan. "Ish, nggak percayaan banget. Tanya saja sama istriku yang cantik ini." Riswan merangkul Risma. "Hadeh, Mas. Gitu aja pamer," sahut Zikri sengaja memancing amarah Riswan. "Aku usir kalian berdua baru tahu rasa." Tampang Riswan mulai serius dengan mode sedikit emosi. "Katanya udah cinta sejak lama, meskipun dijodohkan, tapi kok ...?" Intan sengaja menggantungkan kalimatnya. Riswan mendelik pada Ibu satu anak itu. Belum sempat dijawab, suara salam terdengar. Semua orang terdiam dan menatap siapa orang yang baru datang. Pakaiannya memang sudah tertutup sekarang ini sangat berbeda denga
Baca selengkapnya

172. Anak-anak

Happy Reading*****"Mas, tunggu! Kenapa Adik selalu ditinggal, sih." Seorang anak kecil dengan potongan rambut belah pinggir dan kulit kuning langsat mengejar bocah yang tengah berlari."Awan, jangan lari-lari," sahut seorang gadis cilik yang baru saja turun dari mobil. Rambutnya panjang kepang dua dengan kulit kuning langsat. Dialah Dara putri Iklima bersama mendiang suami pertama. Bocah yang dipanggil menoleh. "Eh, Kak Dara?" ucap si kecil yang tak lain adalah Hirawan Eka Putra. "Kenapa mesti lari-lari? Nanti kalau jatuh gimana?" "Biarin saja dia jatuh, Kak. Emang apa pedulinya sama Kakak?" tanya gadis kecil di sebelah Dara. Dialah Rosmalia, putri pasangan Dokter Iklima dan Farel. "Kok, gitu, Dik?" tanya Dara. "Masnya nggak usah dikejar, Dik.""Kalau nggak dikejar, kasihan Mas Fattah. Bekalnya ketinggalan. Tadi Mama nyuruh buat ngasih ke Mas Fattah.""Sini bekalnya Fattah. Kelasnya kan deket sama kelas Kakak. Awan masuk aja, ya," pinta Dara. Dia juga mengambil kotak berisi beka
Baca selengkapnya

173. Janji Hati

Happy Reading*****"Kak Dara," teriak Hirawan dan langsung berhambur dalam pelukan Dara. "Kenapa Kakak lama sekali? Aku nggak punya temen tahu.""Awan lebay. Gitu aja ngadu sama Kak Dara," sahut Rosmalia. Hirawan menjulurkan lidah. "Biarin. Cuma Kak Dara yang bisa main bareng aku.""Kak, Bunda tinggal, ya. Jaga adik-adikmu dengan baik. Jangan sampai Rosma dan Awan bertengkar." Iklima mengelus rambut sulungnya. "Siap, Bun." Dara mengangkat tangan memberi hormat. "Kita main apa enaknya. Kakak nggak bawa mainan.""Aku bawa, Kak, tapi mainannya boneka berbie. Terus nanti Mas Awan mau main apa. Masak mainan kayak kita."Dara mengerutkan kening. "Adik tadi manggil apa sama Awan. Tumben?""Nggak manggil apa-apa. Kak Dara, ih." Rosmalia mengguncang pelan lengan kakaknya. "Ributin apa, Kak?" tanya Hirawan sok cool. Gayanya sudah seperti orang dewasa saja. Bersedekap dengan kaki menyilang khas lelaki. "Awan nggak denger panggilan Dik Rosma tadi?"Hirawan menggelengkan kepala. "Emang manggi
Baca selengkapnya

174. Jangan Panggil Adik!

Happy Reading. *****Dara memeluk seorang lelaki dengan buket mawar merah di tangan kanannya. Hari ini, memanglah ulang tahun gadis berambut lurus dengan bulu mata lentik itu. "Terima kasih, Mas. Repot-repot ngasih kejutan buat ultahku," kata Dara yang jelas terdengar di telinga putra Risma. Namun, kehadiran Hirawan belum disadari oleh sang gadis. Hingga ketika Dara mengurai pelukannya, barulah dia berteriak. "Awan! Sejak kapan datang? Ayo sini masuk!" ajaknya. Hirawan melangkah dengan malas. Tangan kirinya masih bersembunyi di saku dengan mengepal, sedangkan tangan kanannya menenteng paper bag berisi boneka barbie. "Sorry ganggu kemesraan Kak Dara," ucapnya dengan nada kesal, "aku cuma mau ngasih ini buat Kak Dara sebagai kado ultah. Maaf, baru bisa memenuhi janjiku hari ini."Hirawan menyodorkan paper bag yang dia sembunyikan di belakang punggungnya sejak tadi. "Apa ini dan janji apa yang kamu maksud?" Dara mengerutkan kening. Dibukanya paper bag yang diberikan oleh Hirawan. Se
Baca selengkapnya

175. Calon Menantu

Happy Reading*****'Salah satu putri sahabatku? Siapa yang Awan maksud? Apa mungkin Rosmalia atau Senja? Aduh jadi pusing sendiri. Kenapa dia ngasih teka-teki.' Risma bertanya-tanya dalam hati. "Adik, jelaskan siapa?" "Iya nanti Adik jelaskan. Sekarang Adik mau mandi dulu," jawab Hirawan dengan berteriak."Dasar." Risma beralih ke arah meja makan mendekati sang Bunda. "Adik lagi jatuh cinta sama siapa, sih, Bun?" tanyanya. Rofikoh yang baru duduk dan sedang melanjutkan mengupas apel, menoleh. "Mana Bunda tahu. Dia cuma cerita sakit hati melihat cewek yang dicintainya berpelukan sama laki-laki lain.""Oh, jadi paket yang baru sampai tadi buat cewek incerannya. Pantes, baru pulang kerja langsung keluar lagi bawa bungkusan.""Paket? Bunda nggak tahu paket apa yang kamu maksud, Mbak."Risma duduk di sebelah Rofikoh. Menuang air putih ke gelas, lalu meminumnya. Setelahnya, dia berkata, "Tadi ada paket dari luar negeri. Entah apa isinya, Bu, tapi Awan langsung pergi membawanya keluar."
Baca selengkapnya

176. Benarkah Cinta?

Happy Reading*****Risma masih merenungi perkataan si bungsu tadi. Saat ini, dia sudah berada di kamar bersama suami tercintanya, duduk bersandar pada kepala ranjang. Perempuan itu masih termenung, pandangan menatap langit-langit kamar membuat Riswan khawatir. "Ma, kamu kenapa? Dari tadi kok bengong saja. Mikir apa?"Risma menoleh pada suaminya, mengembuskan napas sebentar, baru berkata. "Lagi khawatir sama anak kesayangan kita, Pa.""Siapa? Mas Fattah atau si Adik?""Adik. Mama khawatir sama perasaan tak biasa yang dia punya.""Mama ngomong apa, sih." Riswan naik di sisi Risma duduk. Menaikkan sebagian selimut hingga bagian kaki tertutupi. "Mama cerita yang jelas. Ada apa sama Adik?"Tangan kanan Riswan merengkuh istrinya dalam pelukan. Kepala Risma kini sudah menempel pada dada suaminya. "Adik tadi cerita, dia suka sama seorang cewek putri salah satu sahabat kita.""Bagus, dong. Terus apa yang Mama khawatirkan. Kita kan tahu kapasitas putri dari para sahabat kita. Mereka semua ba
Baca selengkapnya

177. Pengakuan

Happy Reading*****"Awan nggemesin banget, sih." Iklima menyentuh pipi Hirawan. "Kak Dara itu sudah ada yang punya. Lebih baik sama Rosma. Lagian kamu lebih cocok jadi adik. Bentar, Tante panggil Rosma."Setengah berteriak Iklima memanggil putri bungsunya yang sudah terlelap dalam tidur. "Tante, nggak perlu berteriak gitu. Awan datang ke sini nggak nyariin Rosma. Bener, deh. Awan cuma mau nganter cemilan tadi buat Kak Dara. Kan, Kak Dara lagi belajar. Mikir keras butuh asupan makanan biar nggak pusing." Seakan menegaskan perkataannya, Hirawan menatap ke arah Dara. Setelahnya, si lelaki pamit karena sudah larut malam. Jika pulang lebih jam sepuluh pastilah Riswan dan Risma akan bertanya-tanya. Hirawan memang tidak pernah kelayapan do malam hari. Dara mengantar Hirawan sampai teras. "Dik, kamu jangan aneh-aneh. Nggak lucu, ih, bercandanya.""Canda apa, Kak? Memang aku nggak boleh suka sama Kak Dara?" Hirawan memasang tampang serius. Sudah saatnya dia mengungkapkan seluruh isi hatiny
Baca selengkapnya

178. Senja atau Dara

Happy Reading*****"Nenek," jawab kedua lelaki itu serempak. Kedua terkejut sekaligus takut. "Iya, Nenek. Kenapa bertengkar di tempat umum? Pake kelahi segala. Nggak malu dilihat banyak orang?" Wajah Rofikoh benar-benar geram melihat perkelahian Fattah dan Hilmi. "Apa sih yang kalian ributkan. Aneh banget. Sudah dewasa juga masih kelahi. Kalian rebutan mainan?""Yang bener saja, Nek. Masak Mas Fattah rebutan mainan kayak anak kecil?" Fattah memajukan bibir, persis ketika masih kecil dimarahi neneknya. "Kalian dari dulu kan sukanya rebutan mainan. Siapa tahu sekarang juga gitu. Masih rebutan mainan yang nggak jelas." Rofikoh menatap orang-orang yang masih berdiri menonton perkelahian dua anak remaja itu. Satu per satu membubarkan diri melihat perempuan sepuh itu melotot."Nggak, Nek," kata Hilmi. "Terus kalian tengkar masalah apa?" Perempuan sepuh itu mendelik pada dua lelaki yang baru akan menginjak dewasa. "Hilmi memaksa Senja untuk pergi. Sementara Senja sudah janji sama Mas. K
Baca selengkapnya

179. Pilihan Hati

Happy Reading. *****"Sabar, Dik. Saat ini, dia bisa menjadi kekasihnya Dara, tapi suatu hari nanti Mas yakin kamulah yang menjadi pendampingnya." Fattah menepuk pundak si bungsu. Datang secara tiba-tiba dan mengenalkan bahwa lelaki yang bersamanya adalah kekasihnya. Dara sudah menghempaskan harapan Hirawan ke jurang patah hati terdalam. Jika kemarin, Dara belum mengakui bahwa lelaki yang memeluk dan memberikan buket mawar adalah kekasihnya. Maka, saat menemui putra Riswa, Dara mengatakan bahwa lelaki itu adalah calon suaminya. "Adik harus segera bertindak, Mas. Jika nggak, Dara akan diambil sama cowok itu. Adik akan bicara sama Papa terkait masalah ini. Papa pasti akan membantuku." Hirawan sudah memutuskan untuk melamar Dara. Jika papanya tidak mau melakukan hal itu, maka dia akan meminta kekeknya. Rasanya tak sanggup melihat Dara bersanding dengan laki-laki lain. Sementara Fattah angguk-angguk saja. Si sulung tahu dengan pasti bahwa adiknya bukan penganut pacaran. "Terserah Adi
Baca selengkapnya

180. Kepribadian Lain Seorang Dara

Happy Reading*****Baru akan merebahkan tubuhnya, Hirawan terpaksa keluar untuk memeriksa kebenaran foto yang dikirimkan seseorang itu. Di ruang tengah, dia bertemu dengan Fattah. "Mau ke mana, Dik?""Keluar bentar, Mas." Hirawan langsung melenggang pergi.Fattah mencekal lengan saudaranya. "Apa yang terjadi? Kenapa wajahmu panik gitu?""Mas adik terburu-buru. Nanti saja ceritanya. Adik mau memastikan kebenaran foto itu." Hirawan berusaha melepas tangan Fattah. "Foto apa?" tanya Fattah yang tidak dijawab oleh adiknya. "Kalau gitu, Mas, ikut. Terlalu berbahaya jika kamu nyetir dalam keadaan kalut seperti ini."Gelas berisi kopi yang baru saja dibuat, diletakkan begitu saja. Tanpa mengganti pakaiannya Fattah pergi bersama Hirawan.Entah ke mana Hirawan melajukan kendaraannya. Fattah belum pernah ke daerah atau jalan itu sebelumnya."Sebenarnya kita mau ke mana? Kenapa hampir sampai pelabuhan? Adik mau nyebrang ke Bali?" Fattah benar-benar bingung. Sementara, Hirawan masih saja diam d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
22
DMCA.com Protection Status