Home / Pernikahan / Setahun Tanpa Sentuhanmu / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Setahun Tanpa Sentuhanmu: Chapter 191 - Chapter 200

214 Chapters

191. Mencintaimu

Happy Reading*****Semalaman Rosma tak dapat memejamkan mata. Setelah berbincang dengan Risma dan seluruh keluarga Hirawan secara bergantian. Gadis itu tak menyangka bahwa sang pujaan akan melamarnya. Melihat betapa cuek sikap Hirawan selama ini apalagi perasaan lelaki itu pada kakaknya, Rosma sudah mengubur dalam-dalam rasa cintanya itu. Akan tetapi, malam ini terjadi sebuah keajaiban. Doa-doa yang Rosma panjatkan diijabah sepenuhnya oleh Allah. "Dik, ayo sarapan! Kamu nggak kuliah?" Suara ketukan mengakhiri doa yang dipanjatkan Rosma. Dia baru selesai melaksanakan salat Dhuha saat ini. "Iya, Bun. Bentar lagi Adik turun," jawab Rosma. Segera melipat mukena yang dikenakan dan mulai memakai kerudungnya. Hari ini, Rosma pertama kali masuk kuliah.Baru akan keluar kamar ponselnya berbunyi. Nama Hirawan terlihat, tanpa menunggu lama, Rosma langsung mengangkat panggilan video lelaki itu."Assalamualaikum, Mas. Ada apa?" Wajah ganteng Hirawan sudah memenuhi layar. Lelaki itu terlihat me
Read more

192. Hirawan Cemburu

Happy Reading*****Menjalankan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, Hirawan tak membuka suara sama sekali. Dia tengah mengatur ritme jantung yang kian bergemuruh. Entahlah, melihat Rosma berbincang dengan cowok seperti tadi sungguh sangat menyakitkan. Rasanya lebih sakit dibanding ketika melihat Dara berpelukan dan berciuman dengan pacarnya saat itu. "Mas, kita mau ke mana? Ini bukan jalan ke rumahku?" tanya Rosma takut-takut. Tak ada senyuman di wajah Hirawan sejak tadi."Kita ke tempat kerja Mas sebentar," kata Hirawan dingin. "Tapi, Mas. Aku belum pamit sama Ayah. Nanti beliau nyariin gimana?" Rosma sungguh bingung dengan sikap lelaki di sampingnya ini. Kenapa bisa berubah ke mode jutek seperti dulu. "Mas yang akan pamit sama Ayah. Adik tenang saja. Ada sesuatu yang harus diselesaikan antara kita berdua. Jangan membantah. Mas, nggak suka," peringat Hirawan. Setelah itu, dia fokus pada jalanan kembali dan Rosma diam. Rosma adalah tipe perempuan penurut sekaligus penakut. D
Read more

193. Kebelet Nikah

Happy Reading*****Pulang dari rumah Iklima, Riswan langsung ke warung menemui papanya. Susah tak sabar ingin menyampaikan keinginan agar segera menikah dengan Rosma. "Ada apa nyariin Papa sampai nggak betah nunggu pulang. Padahal bentar lagi ketemu di rumah," tanya Riswan saat melihat putranya masuk ke ruangan.Hirawan langsung menjatuhkan tubuhnya kasar pada sofa di ruangan papanya. Memainkan bibir, persis seperti saat usianya masih anak-anak yang minta dibelikan mainan. "Hmm. Katanya mau nikah, tapi kelakuan masih kayak balita. Ditanya malah manyun gitu. Kenapa, sih, Dik?" ulang Riswan. "Pa, Adik nikahnya minggu depan saja, ya," kata Hirawan mengagetkan orang tuanya.Riswan melempar spiner yang dimainkan sejak tadi. "Kamu kira nikah segampang itu. Jangan mentang-mentang sudah diterima lamarannya sama Rosma main cap cus aja."Beruntung Hirawan bisa menangkis lemparan spiner dari papanya. "Dari pada aku terus berdosa mikirin dia. Mending nikah, Pa. Lagian Papa sama Mama pasti ngg
Read more

194. Ancaman Dara

Happy Reading*****Imam, baru mengucap salam sebagai tanda bahwa salat Magrib telah usai. Hirawan berdiri dan keluar musala. Meninggalkan zikir dan doa yang akan dilantunkan sang pemimpin. Dia masih saja penasaran sebab wajah Rosma sembab. Tak ingin membuang waktu, dia pun pulang lebih awal.Sedikit lebay memang, tetapi kenyataannya. Hati Hirawan tak tenang sebelum gadis itu mengatakan sebabnya. Jika, hanya karena bangun tidur tidak mungkin terlihat begitu bengkak. Sampai di rumah, si bungsu menyalami Mama dan neneknya, lalu bergegas naik ke kamar, sedikit erburu-buru."Eh, kok, terburu-buru, Dik. Kayak dikejar setan saja. Kakek sama yang lain mana?" tanya Risma ketika tidak melihat sosok sang suami. Kepalanya menengok kiri kanan dan menatap pada Rofikoh. Sang mertua mengedikkan kedua bahu tanda tidak tahu apa yang terjadi. "Mereka belum selesai, Ma. Adik sengaja pulang duluan. Ada hal penting yang harus diselesaikan menyangkut masa depan." Hirawan sengaja mengerlingkan mata. Bisa-
Read more

195. Cemburu Lagi

Happy Reading*****Dua sahabat itu kembali bertemu, kali ini mereka membahas tentang anak-anak. Hirawan dengan segala kegilaannya agar bisa segera menikah dan Rosma dengan segala ketakutannya pada si sulung. Mereka bertemu di sebuah kafe, membawa istri masing-masing. "Ketemu lagi kita selain di acara rutin. Apa kabar, Ris?" tanya Iklima. Mereka berpelukan. Mereka sedang berada di sebuah kafe yang tak jauh dari klinik Farel untuk makan siang."Kabar baik, tapi puyeng, Mbak. Kita akan makin sering ketemu gara-gara anak-anak," ujar Risma disertai tawa bahagia. "Nah, bener." Setelah saling menyapa dua pasangan itu duduk. "Sudah pesen belum?""Belum. Aku baru saja datang," kata Riswan menjawab pertanyaan Iklima. Farel melambaikan tangan memanggil seorang pelayan kafe tersebut. "Pesen dulu aja, Ayah mau ke toilet dulu."Ketiganya memilih menu. Setelah menulis pesanan, mereka menyerahkan pada pelayan. "Jadi, pertemuan kita mau bahas apa, Wan?" tanya Iklima."Bahas apalagi kalau bukan du
Read more

196. Semua Kerena Cinta

Happy Reading*****Cepat-cepat Rosma mengambil ponsel dan membuka aplikasi yang disebutkan lelaki di sampingnya. Keningnya berkerut karena tak mengetahui letak kesalahannya. 'Apa karena aku ngambil foto Mas Awan diam-diam. Makanya sekarang dia marah?' tanya hati Rosma. Dia melirik Hirawan sekali lagi. Wajah lelaki itu masih tampak bermode marah. "Maaf, Mas. Adik nggak tahu kalau Mas akan marah karena ngambil foto diam-diam. Adik pikir karena wajah nggak kelihatan, jadi nggak masalah. Lain kali, bakalan minta ijin sebelum ambil gambar," kata Rosma pelan penuh penyesalan.Hirawan menoleh dengan tatapan mata tajam. "Kenapa masih nggak ngerti juga letak salahnya? Mas, nggak masalah Adik mau ngambil foto. Masalahnya ada pada kolom komentar. Coba Adik cek!"Kali ini, nada Hirawan sedikit menurun. Kepekaan Rosma memang perlu diasah. Gadis di sampingnya itu terlalu polos. Jika cuma masalah mengambil foto dan mengunggahnya diam-diam, mana masalah. Gemas sekali jadinya. Rosma membaca kolom
Read more

197. Pernikahan

Happy Reading*****Melacak keberadaan Radit melalui nomor ponsel yang diberikan oleh putri sulungnya, Farel menemukan tempat persembunyian lelaki bajingan itu. Bersama salah satu aparat kepolisian, Farel mendatangi tempat tinggal Radit yang berada di pinggiran kota.Satu jam perjalanan, Farel dan aparat kepolisian tiba. Rumah itu sangat sepi dan jauh dari pemukiman warga. Mencoba mengetuk pintu, sebentar saja sudah ada yang membukakan."Mau sembunyi ke mana lagi kamu, Dit? kata Farel yang melihat Radit ancang-ancang lari.""Aku nggak akan lari, Om. Lagian bukan cuma aku yang salah, Dara juga ikut andil dalam masalah aborsi itu. Putrimu bukanlah prempuan baik-baik."Belum selesai Radit menjelaskan semuanya, Farel sudah menamparnya terlebih dulu."Jangan pernah mengatakan kejelekan Dara jika ternyata kamu lebih bajingan dari dia. Jangan dikira aku nggak tahu semua kebusukanmu selama ini. Dara bukanlah korban satu-satunya. Kamu selalu berlindung di bawah ketiak ayahmu yang seorang penga
Read more

198. Malam Pertama

Happy Reading*****Semua orang yang ada di sana menatap Rosma dan Hirawan. "Wah, rupanya sang mempelai sudah nggak sabar pengen berduaan saja. Sampai-sampai si Mbak pengantin harus berteriak memanggil masnya," kata Pak Penghulu, "Baiklah saya akan mengakhiri tausiahnya."Semua orang bersorak ramai menyoraki kedua mempelai. Hirawan cengengesan sama sekali tidak malu, sedangkan sang istri menunduk tak berani menatap siapa pun.Acara tausiah selesai dilanjut dengan acara santai menikmati makanan yang disiapkan oleh sang empunya hajat. Iklima dan Farel dengan ramah mempersilakan tamunya menikmati hidangan yang tersaji. Perlu dicatat bahwa biaya pernikahan Hirawan ditanggung sendiri oleh lelaki itu. Farel dan Ilklima sudah menolak, tetapi sang menantu tetap bersikeras untuk menanggungnya. Di saat para tamu undangan sibuk menikmati hidangan yang tersaji. Dara mendekati kedua mempelai. "Selamat, ya, Dik. Kalian berdua cocok. Semoga langgeng sampai maut memisahkan," kata Dara lancar tan
Read more

199. Malam Pertama 2

Happy Reading*****Rosma mulai gelisah. Bukan tidak siap dengan kata malam pertama, tetapi dia tak menyangka akan secepat itu melakukannya. Membayangkan, entah mengapa mulai ada ragu. Salah satu penyebabnya tentu karena tidak ada kesiapan. Kurang dari sepuluh menit setelah persimpangan jalan yang memisahkan Hirawan dengan keluarganya. Mereka sampai di sebuah perumahan yang cukup dibilang mewah. Pada penghujung blok, Hirawan menghentikan laju kendaraannya. "Dik, kita sudah sampai. Turun, Yuk," pinta Hirawan lembut. Menganguk dan segera membuka pintu, Rosma turun setelah suaminya keluar terlebih dahulu untuk membuka gerbang. Sepertinya, rumah itu tak berpenghuni. "Adik tunggu di teras. Setelah Mas masukin mobil, baru kita masuk bersama-sama ke rumah," instruksi si lelaki yang diangguki istrinya.Rumah itu memang tak ditinggali siapa pun. Keluarga Hirawan memilih tinggal bersama neneknya. Alasan yang cukup klise, karena Rofikoh hanya memiliki papanya. Setelah memasukkan mobil ke ga
Read more

200. Pikiran Negatif Tetangga

Happy Reading*****Membuka pintu pagar dengan hanya memakai kaos tipis dan celana pendek. Wajah Hirawan ditekuk tak karuan. Sungguh tidak tepat kedatangan sang kurir saat ini, begitulah pikiran Hirawan. "Lama sekali bukain, Dik," kata seorang lelaki yang mengenakan helm fullface.Menepuk kening sendiri, Hirawan menyadari kekeliruannya. "Maaf, Pakde," katanya pada lelaki yang tak lain adalah Harun. "Pakde ke sini di suruh mamamu antar makanan. Nih!" Harun menyerahkan rantang susun empat pada bungsu Riswan. "Masuk dulu, Pakde," kata Hirawan tak enak telah mengumpat dalam hati tentang lelaki di depannya. "Kenapa Mama repot-repot sampai nyuruh njenengan ngantarin ini." Mereka berjalan ke teras. "Mamamu takut kalian berdua laper, sedangkan di sini belum ada bahan dan persediaan makanan. Pakde nggak usah masuk, ya. Takut ganggu kalian," ujar Harun. Dia duduk di kursi teras walau tidak dipersilakan oleh sang empunya.Pernah menikah tentu membuat lelaki paruh baya itu paham bahwa saat me
Read more
PREV
1
...
171819202122
DMCA.com Protection Status