All Chapters of KETIKA SEORANG ISTRI BERHENTI PEDULI: Chapter 31 - Chapter 40

134 Chapters

Bab 33

"Sini uangnya buatku!" Laki-laki bertubuh besar dan bertato itu menarik uang yang ada di baru saja Amelia terima dari mesin ATM setelah pengambilan dua kali. Amelia menatap lelaki itu dengan mata yang nanar. "Aku tidak biasa seperti ini, Mas. Aku mau berubah," lirihnya sambil terisak. "Ngapain nangis? Dasar air mata buaya. Asal kau tahu, ya, dia gak akan mungkin mau bertahan sama kamu kalau tahu siapa kamu sebenarnya," maki lelaki itu. Wajah Amelia kembali menunduk, apa yang baru saja didengarnya adalah benar. Yasa mungkin akan langsung menghilang kalau tahu dirinya tidak sebaik yang dia kira. Apalagi Yasa adalah tipe orang yang suka menuntut pasangannya untuk sempurna. "Mas jadi ceraikan aku, kan?" tanya Amelia penuh harap. "Iya, jadi. Tapi jangan lupa untuk selalu kirim uang setiap bulannya, ya. Pokoknya sesuai perjanjian yang sudah kita sepakati." Lelaki itu kembali mengingatkan Amelia bahkan di antara mereka sudah sama-sama tanda tangan hitam di atas putih. Amelia awalnya m
Read more

Bab 34

"Hai, Cantik!" "Astagfirullah." Qiera segera menutup wajahnya ketika suara sapaan yang tidak asing itu menggema dan memperlihatkan sosok pria yang beberapa Minggu lalu mengeluarkan kalimat rayuan, dan beberapa hari kemudian sudah ada di rumahnya. "Keluar!" Qiera berteriak sambil menunjuk ke arah pintu, tapi lelaki itu malah tersenyum nakal dan langkahnya semakin mendekati wanita yang ingin ditujunya. "Siapa sebenarnya kau ini, kenapa ada di rumah orang, dan sembarangan kelayapan?" Qiera kembali berteriak, tetapi lelaki itu malah tertawa kecil. Niatnya untuk menjahili Qiera sebentar, malah ketagihan. Ia sama sekali tidak memedulikan teriakan Qiera yang mengatakan kalau dirinya sedang masa idah, jadi lelaki yang bukan mahramnya dilarang masuk ke dalam rumah. Karena lelaki itu tidak kunjung pergi, Qiera mengambil ponselnya, dan menghubungi Om Dion untuk meminta temannya agar segera pergi. Qiera bahkan menyebutkan ciri-ciri lelaki yang hanya melemparkan senyuman itu, tapi pamannya
Read more

Bab 35

Yasa Sebuah rumah yang hanya berpenghuni laki-laki? Tidak, mana mungkin Amelia berani melakukan ini. Walaupun "ya", aku yakin dia punya alasan kenapa melakukan ini ini. Benar, aku harus sabar menunggu penjelasannya karena Melia tidak mungkin melakukan hal-hal seperti yang ada di pikiranku. "Mel, kamu baru pulang?" Seorang pria berpostur tinggi dan besar muncul dari balik pintu. "Tiara nangis terus tuh dari tadi, kayaknya kangen sama mamanya." Pria itu tiba-tiba mendekat dan menarik tangan Melia. Untungnya tanganku refleks menjauhkan tangannya itu. "Maaf ya, Bang, jaga sikap." Aku memberanikan diri untuk bicara. "Jaga sikap?" Matanya yang tadi sipit, kini terbuka seluruhnya. Sungguh menakutkan. "Di sini dia melayani kami, kau siapa tiba-tiba datang dan meminta kami jaga sikap?" Melayani? Aku hanya fokus pada satu kata itu, lalu menatap Amelia dengan tajam untuk mendapatkan jawaban. "Em, maksudnya melayani makan, Mas. Di sini aku yang masak banyak makanan untuk semua orang yan
Read more

Bab 36

"Selamat atas pernikahannya ya, mantan suamiku. Semoga Amelia bisa menjadi istri yang jauh lebih baik daripada aku yang katanya istri durhaka. Semoga kamu juga bisa lebih betah di rumah karena bersama dengan wanita yang kamu cintai," tulis Qiera di aplikasi biru di detik-detik Yasa dan Melia di Melia melangsungkan akad pernikahan. Yasa menatap geram kata demi kata yang ditulis Qiera, apalagi ketika membaca komentar para netizen. "Matilah mantan suaminya ratuku! Kau memang tidak layak bersanding dengannya!" "Baguslah kalau dia menceraikan Qiera, ratuku. Aku memang sudah lama menantikan hal ini." "Akhirnya ... lalat memang pantas berada di tempat sampah!" Amelia yang tidak sengaja melihat ponsel Yasa dan membaca semuanya itu langsung terbawa emosi. Ia melemparkan alat makeup yang sedang dipegangnya ke lantai hingga berceceran. "Apa itu?" Yasa memutar tubuhnya dan terkejut mendapati Amelia tengah meluapkan emosi. "Ya ampun, Mel. Ada apa?" Yasa mendekat dan berusaha membuat kekasih
Read more

Bab 37

Amelia mulai melancarkan aksinya. Dia menyimpan nomor Qiera dengan nama 'Pelakor yang Tidak Tahu Malu' tanpa merasa bersalah sedikit pun. Dia seolah lupa kalau dirinyalah yang sudah merusak rumah tangga Qiera dan Yasa, tapi sekarang dia bersikap seolah dirinya adalah korban yang harus dikasihani."Ini aku, Amelia. Ada beberapa hal yang ingin aku tahu tentang sesuatu, bisa kita bertemu?" Pesan sudah berhasil dikirimkan, sekarang saatnya dia menunggu balasan dari Qiera. Ia sangat yakin kalau ibu dari dua anak itu tidak akan menolak permintaannya. Yasa pergi bekerja seperti biasa. Ia sengaja tidak meminta cuti agar bisa mendapatkan bonus sebagai uang pengganti untuk dana yang habiskan di hati pernikahannya. "Kau rajin sekali sudah masuk lagi, apa istrimu yang sekarang tidak cukup menarik?" Diko bertanya dengan maksud memancing, tapi beruntungnya Yasa hanya menganggapnya sebagai candaan. "Sangat menarik malah, Pak. Makanya saya langsung kerja agar bisa memberikan dia hadiah yang leb
Read more

Bab 38

Yasa Apa-apaan Melia ini? Kenapa dia bisa melakukan hal seperti ini di depan umum? Apa dia sama sekali tidak memikirkan harga diriku yang akan tercemar karena sikapnya? Kini semua mata menatapku dan jika dilihat dari pergerakan bibirnya, mereka seperti sedang menjadikan aku bahan gosip. Jordi dan Angga menatapku penuh selidik, mereka berdua memang tidak setuju aku menikah dengan Melia. Aku juga mengatakan kepada mereka kalau Melia adalah gadis yang baik dan shalihah, dia akan menjadi istriku yang lebih baik dari Qiera. Akan tetapi apa yang terjadi sekarang benar-benar jauh dari sikap Melia yang biasanya. Belum juga menunjukkan kebaikannya, malah hal seperti ini yang pertama kali diketahui teman-temanku. "Kamu tidak juga pergi, Yas?" Pak Diko menatapku lekat, seolah memintaku untuk segera pergi. "Kalau begitu saya izin keluar sebentar ya, Pak," pamitku dan langsung pergi setelah melihatnya mengangguk. Aku mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi agar bisa sampai di tempat itu
Read more

Bab 39

Melia hanya bisa menangis ketika Yasa menjelaskan apa saja yang Qiera dapat dengan uang sebanyak ini hingga membuat Yasa semakin muak dan ingin marah, tapi kembali tertahan ketika mengingat kalau Amelia adalah gadis yang dicintainya. "Kenapa? Apa yang aku katakan salah?" Yasa menaikkan volume bicaranya, tapi tangisannya malah semakin keras. "Kau!" Kali ini Yasa tidak bisa menahan dirinya agar tidak membentak istrinya. Amelia bangkit dan mencoba memposisikan badan agar bisa berdiri tegak. Namun gagal, karena Yasa mendorong tubuhnya sampai terjatuh kembali. "Aku pikir kamu akan lebih baik dari Qiera dan bisa mengelola keuangan sampai aku benar-benar puas, ternyata sama saja. Malah belum apa-apa, kamu sudah banyak menuntut," terang Yasa kecewa. Mulut Amelia terbuka lebar, ia sungguh tidak menyangka lelaki yang menikahinya beberapa hari lalu berubah sangat drastis. Dari yang awalnya royal dan katanya akan melakukan apapun untuk orang yang dicintainya, tapi nyatanya semua itu diingkari
Read more

Bab 40

"Minta doanya lagi, ya, semoga dia menerima kode saya dan kita berjodoh." Diko terlihat semakin ceria di hadapan karyawannya. Awalnya kehidupan bos muda itu selalu suram. Bahkan para bawahannya termasuk Yasa mengira kalau hidup bosnya itu tidak baik-baik saja dan terkesan banyak masalah. Akan tetapi, akhir-akhir ini sikapnya berubah drastis. Entah, benar atau tidaknya, tapi Yasa merasa ada yang aneh dengan perubahan sikap tiba-tiba dari bosnya itu. Kalau tidak salah, semuanya bermula dariku yang mulai menceritakan tentang sikap buruk Qiera, pikir Yasa. Semua karyawan bersorak gembira atas perubahan sikap bosnya itu, apalagi Diko memang bos besar yang punya banyak perusahaan. Tempat Yasa bekerja hanya sebagian kecil saja dan berbeda jauh dengan pusatnya, tapi ada satu orang yang malah benci melihat Diko, yaitu Yasa. Ketika tempo hari di rumahnya Qiera, ia tidak sengaja melihat mobil bosnya itu dan juga sahabatnya Harun terparkir berdampingan di halaman rumah Qiera. Padahal saat it
Read more

Bab 41

KSIBP 41 Amelia sama sekali tidak tahu kalau menjadi istri Yasa bukanlah hal yang mudah. Apalagi dulu Qiera sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kalau dirinya tidak bahagia dan sampai membuatnya iri. Ternyata semuanya tidak seindah apa yang dia lihat dulu, karena Yasa sangat jauh dari sosok pria idaman. "Apa anda menyesal telah masuk ke keluarga ini?" Riko mendekat ke arah Amelia dan berbisik dengan nada benci. "Apa kau pikir dulu istrinya diperlakukan seperti ratu, makanya kau masuk ke dalam kehidupan kamu?" Amelia menatap Riko dengan kesal. "Siapa yang menyuruh supir sepertimu untuk berbicara begitu tidak sopan? Kau di sini dibayar untuk kerja, bukan ustaz, ataupun orang yang menasehati." "Kenapa? Anda keberatan kalau saya panggil anda pelakor? Padahal kenyataannya memang begitu." Riko terkekeh. Menurutnya mimpi Amelia terlalu tinggi sampai menghancurkan rumah tangga orang lain. Namun, jika mengingat pernyataan sepupunya beberapa waktu lalu, ia sangat bahagia. "Cukup, ak
Read more

Bab 42

KSIBP 42 Ibu masuk ke kamarnya dengan kemarahan yang memuncak. Belum masalah yang satu ini selesai, masalah yang lain kembali menghampiri. Padahal ia sama sekali tidak berniat untuk kembali kabur dari suaminya, tapi melihat anak-anaknya seperti ini, ia sepertinya tidak punya pilihan lain selain tidak menunjukkan wajah di depan suaminya. "Bu!" Yani memasuki kamar, tidak lama disusul Yasa. "Apa yang mau Ibu bicara sebenarnya?" tanya Yasa membuat emosi Ibu meningkat beberapa kali. "Jelaskan apa maksudnya kamu dan Qiera berpisah?" tanya Ibu sambil menahan emosinya. "Tentu saja seperti yang Ibu dan Yani inginkan." "Apa kamu sudah siap dengan konsekwensi yang akan ditanggung nanti?" tanya Ibu lagi sambil berusaha menahan emosinya. Yasa lalu menjelaskan perjanjiannya dengan Om Dion sebelum setuju dengan semuanya, tapi hal itu tidak membuat Ibu tenang. Justru malah semakin gelisah dan khawatir. "Kenapa, Bu, apa yang aku lakukan salah?" tanya Yasa heran, karena perpisahannya dengan
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status