Yasa Sebuah rumah yang hanya berpenghuni laki-laki? Tidak, mana mungkin Amelia berani melakukan ini. Walaupun "ya", aku yakin dia punya alasan kenapa melakukan ini ini. Benar, aku harus sabar menunggu penjelasannya karena Melia tidak mungkin melakukan hal-hal seperti yang ada di pikiranku. "Mel, kamu baru pulang?" Seorang pria berpostur tinggi dan besar muncul dari balik pintu. "Tiara nangis terus tuh dari tadi, kayaknya kangen sama mamanya." Pria itu tiba-tiba mendekat dan menarik tangan Melia. Untungnya tanganku refleks menjauhkan tangannya itu. "Maaf ya, Bang, jaga sikap." Aku memberanikan diri untuk bicara. "Jaga sikap?" Matanya yang tadi sipit, kini terbuka seluruhnya. Sungguh menakutkan. "Di sini dia melayani kami, kau siapa tiba-tiba datang dan meminta kami jaga sikap?" Melayani? Aku hanya fokus pada satu kata itu, lalu menatap Amelia dengan tajam untuk mendapatkan jawaban. "Em, maksudnya melayani makan, Mas. Di sini aku yang masak banyak makanan untuk semua orang yan
Read more