All Chapters of KETIKA SEORANG ISTRI BERHENTI PEDULI: Chapter 11 - Chapter 20

134 Chapters

Bab 11

Qiera Awalnya keluarga Mas Yasa sangat baik padaku, terutama Bapak. Namun, semenjak kami pisah rumah, Mas Yasa mulai menunjukkan sikapnya. Suka marah-marah dalam segala hal, bahkan menyangkut hal kecil sekalipun. Hinaan dan kata-kata kasar menjadi makanan sehari-hari untukku. Ingin rasanya aku menyerah, tapi kembali ingat kalau setiap rumah tangga pasti akan ada ujian, apapun itu. Kalau tidak diuji keturunan, pasti ekonomi, kalau tidak keduanya, diuji dengan sikap suami dan anak-anak. Selama ini aku berusaha sabar, tapi sampai ketika Mas Yasa mengatakan ibunya dan adik ipar akan datang, aku menyerah. Aku memilih untuk pergi ke rumah orang tuaku dan bersantai sejenak dari kehidupan yang hanya aku lalui penuh luka dan air mata. "Jangan khawatir, Bapak tidak akan pernah membiarkan anak sebaik kamu terluka." Lelaki berusia lebih dari setengah abad itu berusaha untuk menguatkan aku. "Nanti kalau dia berbuat macam-macam lagi, laporkan segera sama Bapak," lanjutnya. Aku hanya menganggu
Read more

Bab 12

Qiera Aku benar-benar puas dengan cara Bapak mertua mendidik istri dan anak-anaknya. Sebagai kepala rumah tangga memang harus tegas seperti itu. Apalagi jika sikapnya begitu semua. Aku saja rasanya sangat pusing. Ingin marah, tapi coba kutahan. Karena bagaimanapun mereka adalah suami dan mertuaku. "Kita gak akan bisa bernapas dengan tenang kalau Bapak ada di ini!" Tidak sengaja aku mendengar Mas Yasa berbicara, tapi di mana, dan apa yang mereka bicarakan jam dua belas malam begini. Aku berjalan pelan ke arah sumber suara yang kupikir ada di sebelah kiri, berarti mereka di dapur. Tapi aku salah, ternyata di dapur tidak ada apapun. Aku kembali ke depan pintu kamar dan mencoba untuk tenang dulu sambil memastikan mereka ada di mana. "Justru kita semakin akan dimarahi Bapak kalau masih ada Qiera, jadi sebaiknya kita berikan Qiera pelajaran dulu. Kalau tidak kunjung jera, terpaksa kita gunakan cara terkahir," jelas seorang wanita yang aku tahu ini adalah suara Ibu. Spontan tangan
Read more

Bab 13

KSIBP 13 "Tin! Tin!" "Tin! Tin!" Bunyi klakson terdengar bersahutan ketika aku mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi seperti pembalap. Sebenarnya aku punya trauma, makanya gak berani ngebut, tapi karena anakku sedang dalam bahaya, rasa takut ikut lenyap seketika, dan tergantikan dengan rasa berani tidak takut mati yang penting anak semangat. Beberapa mobil pun pada akhirnya ikut ngebut seperti aku. Sekarang bukan hanya trauma yang hilang, tapi kantuk juga musnah. "Abang takut gak Mama ngebut gini?" tanyaku pada bocah yang selalu melakukan apapun yang aku inginkan. Katanya dia ingin menjadi orang pertama yang bertahta di hatiku, yang kedua baru Zihan, adiknya. Anak kecil itu malah tersenyum lebar, lalu tertawa kecil. "Kenapa, Bang? Kok, malah ketawa?" Ingin aku melihat ekspresinya lebih lama, tapi untuk sekarang jalanan lebih harus aku perhatikan. "Apa jangan-jangan Abang takut?" "Enggak, dong, Ma. Mana mungkin Abang takut kalau Mama saja gak takut. Lucu, Mama ini." Ziro
Read more

Bab 14

Qiera Kupikir selama ini aku sudah menjadi istri yang baik untuk suamiku. Istri yang patuh karena aku melakukan semuanya sendiri sesuai perintahnya, istri yang baik karena tidak menuntut suamiku untuk membantu pekerjaan yang kulakukan. Tapi ternyata ... tetap saja aku hanya seonggok daging yang tidak penting baginya. Bahkan untuk ibu dan adiknya pun, aku adalah lalat pengganggu yang akan menghancurkan kualitas makanan mereka. Tidak hanya aku, mereka pun menilai anak-anakku sama. Apa salah mereka? Apa salah anak-anak yang tidak berdosa itu sampai-sampai mereka mengincar nyawanya? Jika mereka membenciku, itu bukanlah masalah. Karena boleh jadi aku belum baik untuk mereka, tapi tidak ketika mereka mulai menembus batas kesabaranku dengan mencoba untuk menghancurkan ketenangan anak-anakku. Semut memang selalu diam, tapi dia akan mulai menggigit ketika kenyamanannya diganggu, dan ketika keluarganya dilukai. Begitupun denganku. Mana ada seorang ibu yang hanya diam ketika melihat dan m
Read more

Bab 15

YasaTubuh merinding ketika Om Dino berbisik demikian, kenapa semuanya menjadi seperti ini? Padahal aku memang sama sekali tidak ada niat untuk berpisah dengan Qiera, aku hanya suka menakutinya saja. "Bagaimana, kau siap kan untuk berpisah?" Lelaki itu kembali berbisik, tapi aku memilih diam, dan berpura-pura tidak mendengar semuanya. Bukan ini yang aku inginkan sejak awal, aku hanya ingin Qiera pintar menjaga rumah, anak-anak, juga mengelola uang dengan baik. Jiak dia tidak kunjung menurut, maka aku akan membuatnya menurut dengan luka yang akan aku torehkan lewat obat yang lama-kelamaan akan membuatnya kehilangan kesadaran, tapi bukan perceraian. "Kau nerima ataupun tidak, kalian tetap harus berpisah. Lagipula tidak mungkin aku membiarkan keponakanku untuk bersama dengan lelaki ular seperti kamu," ucapnya lagi. Tanganku mengepal semakin kuat, ingin rasanya aku meluncurkan bogem mentah ke arahnya, tapi tidak bisa. Di sini ada banyak orang, bahkan bapak dan mertuaku juga ada di sin
Read more

Bab 16

Qiera Semilir angin sayup-sayup menerpa wajahku yang berdiri di balkon tepat di depan kamar. Ada rasa yang tidak biasa menyeruak begitu saja. Entah itu rindu kepada anak-anak atau memang aku sedang resah. Jika yang kurasakan kini memang rindu kepada anak-anak, tentu saja itu sangat wajar. Terlebih di sini aku sudah tinggal beberapa hari hanya untuk menjalankan misi demi kebahagiaan buah hati. Meski sebenarnya bisa saja bagiku untuk pergi tanpa pamit, tapi tidak mungkin aku bisa melakukan hal itu. Bagaimanapun Mas Yasa adalah suamiku dan aku harus pergi dengan izinnya. Ingin rasanya aku melakukan hal itu sama seperti kebanyakan wanita, tapi nuraniku menolaknya. Bahkan hatiku tercabik ketika teringat keinginan itu. Dari enam tahun lalu, aku memang selalu ingin duduk di sini sambil menikmati indahnya malam, dan sejuknya angin yang berhembus. Namun, kesibukan membuatku lupa segalanya. Termasuk kebahagiaanku sendiri. "Qiera!" Terdengar suara Mas Yasa memanggil lirih, tapi entah ke
Read more

Bab 17

KSIBP 18 Ketenangan Sementara "Aku tidak melakukan apapun!" teriak Bu Yeni membuat Pak Hasan--suaminya geram. "Kenapa kau lebih percaya kepada menantu yang tidak tahu diri itu daripada percaya padaku?" Bu Yeni terus saja berteriak, sementara Yani hanya terdiam sambil menangis meratapi nasib yang jauh dari keindahan yang ada di khayalan. Pembicaraan tentang racun dan niat jahatnya membunuh Qiera dilapori ke pihak berwajib dan membuat mereka langsung dimasukkan ke dalam jeruji besi, juga dikenakan pasal berlapis. Sementara Yasa hanya bisa diam membisu. Ia sama sekali tidak bisa melakukan apapun karena ada Om Dino yang mencegat semua usahanya. "Kalau kau mau berubah dan menginginkan Ibu serta adikmu berubah menjadi manusia yang baik, kau harus relakan mereka berada di tempat yang sudah disiapkan. Tidak lama, paling hanya satu tahun," jelas Om Dion sebelum Pak Hasan menyerahkan istri dan anaknya ke kantor polisi.Dengan sikapnya ini, penahan Bu Yeni dan Yani berkurang empat bulan d
Read more

Bab 18

Amelia yang tahu kalau Yasa masih berusaha mengingatnya pun segera berlari sejauh mungkin, tapi Yasa juga ikut berlari mengejarnya."Melia! Tunggu!" teriak Yasa.Yasa bukan hanya memanggilnya, tapi menggunakan nama spesial yang mereka gunakan dulu.Amelia adalah wanita yang membuat Yasa berhasil luluh dan melupakan banyak wanita, tapi takdir tidak membuat mereka bersama, dan terpaksa harus berpisah meksipun hati sudah terikat dengan kuat.Amelia bersembunyi di balik sebuah mobil besar yang bisa menghalangi badannya dari pandangan Yasa. "Melia!""Melia!"Beberapa kali Yasa memanggil, tapi Amelia memilih untuk tidak menampakkan diri di depan lelaki yang hanya bisa menjadi kenangan saja. Ia sadar kalau di antara mereka hanya ada masa lalu, tapi tidak dengan masa depan karena kini dua-duanya sudah punya keluarga masing-masing.Amelia sungguh tidak ingin hadir kembali di kehidupan Yasa. Andai dia punya pilihan, ia akan memilih pergi dari lingkungan itu, dan berlari sekencangnya untuk menj
Read more

Bab 19 Menata Hati

Pak Diko terdiam sejenak sambil memperhatikan bekal yang tadi pagi diberikan Yasa. Ia sungguh heran dengan sikap karyawannya itu yang mudah sekali berubah-ubah."Kamu di rumah pun gitu, ya, selalu berubah-ubah?" tanyanya tadi pagi kepada Yasa, tapi yang ditanya langsung pergi tanpa meninggalkan satu patah kata pun.Pak Diko sangat yakin kalau ada yang salah dengan Yasa dan istrinya yang akan sangat terluka dengan perubahannya ini.Makanya kali ini ia kembali meminta Yasa untuk datang ke ruangannya agar bisa berbicara dari hati ke hati. Bukan apa-apa, tapi akhir-akhir ini semenjak berubah lagi, Yasa lebih banyak diam. Pekerjaan pun tidak diselesaikan dengan baik dan banyak anggota tim Yasa yang mengeluhkan sikap atasannya ini."Kenapa, Bos? Perasaan saya gak ada salah." Yasa langsung duduk dan berbicara tanpa diperintah.Pak Diko menghela napas panjang. "Sepertinya anak ini sudah mulai ngelunjak karena aku memperlakukannya dengan sangat baik. Padahal aku begini karena dia adalah kepon
Read more

Bab 20 Luka Hati Wanita

"Tidak mungkin, itu adalah hal yang dilarang." Qiera menolak ide yang diberikan Mala. Ia bangkit dari duduknya dan kembali menangis. "Jadi kau lebih memilih terluka sendiri daripada mengungkapkan isi hati? Ingatlah Qiera, hidup adalah pilihan, dan hanya satu kali." Mala kembali menyakinkan."Justru karena hidup hanya satu kali, aku ingin berada di sisi suamiku, dan mengabdi padanya. Justru karena hidup hanya satu kali luka yang aku rasakan pun nanti akan berakhir dan akan kutemukan kebahagiaan yang sebenarnya di akhirat." Qiera tetap memberikan kata demi kata penolakan. "Jadi kau membiarkan hatimu terluka, terbakar, dan hancur hanya untuk lelaki yang menjadikan kamu tempat pulang sementara? Kamu ingin melihat anak-anakmu menyaksikan papanya datang ke rumah dengan wanita lain?" Mala masih berusaha memberikan gambaran. Meksipun meminta cerai adalah cara yang tidak dibenarkan, tapi tetap saja Mala tidak sanggup jika harus membiarkan sahabatnya tenggelam di dalam luka kekecewaan. Qie
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status