Yani berjalan santai ke arah dapur, duduk, dan mengambil gelas yang kemudian diisi setengah air dingin, dan setengah air panas. "Ah, memang perut hanya akan membaik kalau sudah minum air hangat," lirihnya sambil mengusap perut yang terasa lebih enteng. Ia masih belum menyadari kalau dirinya sedang diintai oleh Yasa. "Untung saja kalau jam segini tidak ada orang di rumah, kayaknya Ibu juga sedang belanja di luar. Syukurlah, aku jadi pulang dengan keadaan selamat," gumamnya lagi dengan sangat bahagia.Yani berjalan dengan riang, tapi langkahnya langsung terhenti ketika melihat orang yang sangat dikenalnya, bahkan ia takuti ada tepat di depan pintu kamarnya. Yani melangkah mundur, tapi sebelum bisa berlari, tangan itu sudah menarik tubuhnya, dan menghempaskan tubuhnya ke lantai. "Sakit, Mas," rintihnya bersikap seperti tidak salah apapun. "Sakit kau bilang?" Yasa tersenyum menyeringai, dia berjalan ke arah lemari sepatu, dan mengambil sesuatu dari sana. "Dengan mudah kau katakan sak
Read more