Sebenarnya dulu pun, Bang Ardi tidak jelek, hanya saja aku memamg tak punya rasa kepadanya, karena sudah ada Bang Ridwan di sana. Jadi menurutku, Bang Arfi kalah tampan dari Bang Ridwan. "Iya, gak nyangka. Udah lama gak ketemu. Lagi mengunjungi Emak dan Bapak? Apa kabar mereka?" tanya Bang Ardi sembari tersenyum. "Alhamdulillah, Emak dan Bapak sehat, Bang," sahutku cepat."Oh, Alhamdulillah. Syukurlah. Titip salam untuk mereka ya. Sudah lama Abang tak berkunjung ke sana, Abang jadi tak enak. Dulu Abang sering ngobrol dengan Bapak. Tapi, sejak Abang pindah kerja, jadi tidak punya waktu untuk main ke rumah Emak," ujarnya lagi dengan senyum tak lekat dari bibir tipisnya. Janggut tipis di dagunya menegaskan kelaki-lakiannya. "Iya, Bang, nanti Risa sampaikan. Oh, ya, Bang. Risa mau minta tolong. Risa mau ambil biskuit, tapi gak sampai, ada di paling atas, di sana," ujarku sembari menunjuk keberadaan biskuit yang kumaksud. "Iya...iya, bisa. Ayo!" Bang Ardi berjalan menuju rak yang kutun
Read more