Semua Bab Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain: Bab 1 - Bab 10

132 Bab

Part1

"Aku mau minta cerai saja, Rat," curhatku pada sahabatku Ratna. "Memangnya apa yang terjadi?" Ratna mencoba menenangkanku yang sedang menangis. "Mas Ilham selingkuh, Rat. Beberapa hari ini ada nomor tak dikenal yang mengirimkan foto-foto Mas Ilham keluar masuk hotel dengan seorang wanita.""Serius kamu? Bukan editan? Siapa tahu ada yang sengaja ingin merusak rumah tangga kamu," bantah Ratna."Tidak, Rat. Itu foto asli. Aku bisa memastikan kalau baju yang dipakai Mas Ilham di foto-foto tersebut adalah pakaian yang selalu aku siapkan sebelum Mas Ilham pergi ke kantor," aku meyakinkan. "Yang sabar ya, Nay," Ratna mengusap pundakku. "Makasih, Rat. Malam ini juga aku akan minta Mas Ilham menceraikan aku. Biar anaknya diurus sama selingkuhannya itu.""Kamu ini lugu atau oon sih, Nay," Ratna mengataiku. Dahiku mengernyit. "Maksud kamu apa?""Makanya kalau dikasi suami hape canggih itu dimanfaatkan. Jangan cuma buat nelpon sama selpi aja.""Bicara yang jelas, Rat. Serius aku tidak tahu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part2

"Mas sudah makan? Naya siapin, ya?""Tidak usah. Mas sudah makan tadi sama klien," jawabnya masih dengan ucapan yang lemah lembut. Mas Ilham pun langsung bergegas pergi mandi. Ya, Allah. Ini untuk kesekian kalinya Mas Ilham tidak makan malam di rumah. Selalu pulang larut malam dan setiap mandi selalu keramas. Hatiku semakin yakin, kalau dia benar-benar sudah tidak mencintaiku lagi. Selesai mandi, dia langsung membaringkan diri di ranjang. Tak ada lagi obrolan-obrolan sebelum tidur denganku. Baik itu perihal pekerjaan di kantor ataupun tentang sekolah Alta, putri tunggalnya..Keesokan paginya aku kembali menemui Ratna, untuk bertukar pikiran. Entah kenapa sehabis curhat dengannya aku selalu merasa tenang dan kembali bersemangat. "Jadi apa yang harus aku lakukan, Rat? Kebanyakan yang aku baca dari cerita tersebut semua istrinya putri konglomerat, dan suami yang berselingkuh itu malah numpang hidup sama istrinya. Ya mudah saja untuk memberi pelajaran kepada suami dan selingkuhannya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part3

"Mas," sapaku saat dia sedang berbaring sambil memainkan gawainya. Tumben sekali malam ini dia cepat pulang. Sebenarnya tidak terlalu cepat juga. Jam tujuh, sementara yang aku tahu dulu dia selesai bekerja jam lima sore dan sampai di rumah jam enam, itupun sudah terkena macet. Karena jarak dari rumah kami ke kantor tidaklah terlalu jauh. Sebenarnya aku sudah malas memasang wajah manis di hadapannya.Tapi demi melancarkan aksi yang disebutkan Ratna, aku harus berpura-pura tidak terjadi apa-apa. "Ada apa, Nay?" jawab Mas Ilham lembut tanpa mengalihkan pandangan dari gawainya. Entah apa yang membuat dia tersenyum-senyum sendiri.Apa mungkin dia berani berbalas pesan whatsapp dengan selingkuhannya walaupun ada aku di sini? Keterlaluan sekali kamu, Mas. Selama ini aku memang tidak pernah berani atau segan membuka gawai Mas Ilham. Bukan karena takut atau dilarang olehnya, hanya saja aku ingin diantara kami memiliki rasa kepercayaan sebagai suami istri. Toh selama ini Mas Ilham selalu me
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part4

Benar apa yang dikatakan Ratna. Jaman sekarang, jadi istri tidak boleh lagi lemah. Harus kuat dan mandiri. Dan yang terpenting harus pintar dan sedikit 'licik'. Ini baru awalnya saja, Mas. Tunggu saja sampai semua uangmu berpindah ke tanganku. Aku tidak akan sudi lagi tinggal satu atap denganmu. Bahkan melihat wajahmu saja pun aku tak akan pernah mau. "Alta sarapan dulu ya, sayang," ucapku dengan penuh senyuman kepada anak sambungku tersebut. "Bunda sudah siapkan roti bakar coklat kesukaan Alta.""Terima kasih, Bunda," jawab gadis kecil yang sekarang masih duduk di kelas satu sd tersebut. "Soal Alta, biar tetap Mas saja yang mengantar. Tidak usah beli motor. Nanti kalau jatuh lagi bagaimana?" protes Mas Ilham. "Memang Bunda mau ngatar Alta naik motor?" tanya Alta sambil mengunyah roti bakarnya. "Maunya sih, begitu. Biar Ayah tidak repot bolak-balik mengantar Alta," aku beralasan. "Alta mau kok, Bunda. Teman-teman Alta juga banyak yang diantar naik motor sama Mamahnya.""Alta, Bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part5

Hari ini ada pertemuan orang tua murid di sekolah Alta. Sepulang dari membuat rekening tabungan, aku menyusul ke sekolah. Seperti aktifitas harian, pagi Mas Ilham yang mengantar ke sekolah. Siangnya aku yang menjemput dengan naik ojek online.Para ibu-ibu sudah mulai berkumpul di tempat yang sudah di sepakati. Kami makan siang di sebuah foodcourt outdoor yang ada taman bermainnya. Sementara anak-anak sibuk bermain bersama. Tujuan perkumpulan kali ini untuk membentuk grup arisan dari wali murid kelas 1a, kelas dimana Alta belajar.Sebenarnya aku malas ikut acara seperti ini, selain buang-buang waktu, juga membuang-buang uang. Tapi lagi-lagi Ratna menyuruhku untuk ikut, setidaknya hanya untuk hari ini saja.Sebagai barang bukti dan juga ada Alta sebagai saksi. Dasar Ratna, pintar sekali idenya kali ini. Tapi, apa mungkin kali ini juga akan berjalan lancar seperti kemarin? Kali ini Mas Ilham pulang cepat seperti dulu. Jam enam sore sudah sampai di rumah. Tumben sekali dia tidak pergi b
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part6

"Naya? Ngapain di sini?" suara seseorang menegurku dari dalam mobil. Diapun langsung turun menyapa kami. "Eh, Mas Rafi. Lagi nunggu Ayahnya Alta, Mas," sahutku sambil tersenyum. Mas Rafi adalah rekan kerjanya Mas Ilham. Kami sempat berkenalan di hari yang sama saat temanku mengenalkanku pada Mas Ilham. Ada perasaan heran di wajahnya. Memangnya tidak boleh aku mengunjungi kantor suamiku sendiri. "Mas Ilham tadi lagi telfonan di toilet," jawabnya tanpa aku bertanya. "Oh, Iya Mas. Tidak apa-apa. Nanti juga turun," sahutku kemudian. "Ya sudah kalau begitu. Mas duluan ya."Dia pun pergi meninggalkan kami. Tak lama Mas Ilham keluar dengan wajah murung. "Ada apa, Mas?" tanyaku heran. "Sudah, tidak apa-apa. Masuk saja," aku dan Alta mengikutinya masuk ke mobil. Kami berhenti di sebuah toko mas tak jauh dari kantor Mas Ilham. Dia dan Alta duduk menunggu di kursi luar sembari bolak balik mengecek gawainya. Terlihat raut wajah yang penuh kekhawatiran. Apa jangan-jangan dia bertengkar de
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part7

Malam ini aku akan melancarkan aksiku selanjutnya. Setelah menemani Alta belajar dan bermain sebentar, aku mengantarkan Alta untuk tidur di kamarnya. Jam sudah menunjukkan hampir jam sepuluh malam. Tak lama lagi Mas Ilham akan pulang sesuai dengan pesan whatsapp nya tadi. Malam ini aku juga harus melancarkan aksiku lagi. Sudah tidak tahan rasanya menghadapi hal seperti ini terus menerus. Baru tadi siang mereka asik-asikan indehoy di mobil, sekarangpun serasa tidak puas hingga sampai malam baru pulang. Ternyata Mas Ilham benar-benar sudah kepincut sama wanita murahan tersebut. Sampai-sampai tidak ingat lagi sama anak dan istri di rumah. Tunggu saja Mas, tunggu sampai aku tahu siapa sebenarnya wanita itu. Tak lama terdengar suara mobil dari halaman depan. Itu pasti Mas Ilham. Dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit kesabaran, akhirnya aku membukakan pintu dengan senyuman termanisku. Dengan takzim aku mencium punggung tangannya, seolah-olah dia masih pantas untuk diperlakukan dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part8

Aku sudah membaca seluruh isi percakapan mereka. Aku juga sudah mengcopy dan mengirimkannya ke gawaiku sebagai barang bukti yang akan kupergunakan nantinya. Setelah membersihkan semua jejak, aku kembali meletakkan gawai di tempatnya semula. Sekarang giliran lemari yang jadi sasaranku. Dengan mudah aku mengambil sertifikat rumah dan menggantinya dengan sertifikat palsu yang sudah kusiapkan sebelumnya. Tentu saja ini juga adalah anjuran dari Ratna. Aku saja tidak berfikir sampai sejauh ini. Berbahayakah nantinya kalau semua ini ketahuan? Apakah ini termasuk sebuah pencurian, walaupun aku mengambilnya di rumahku sendiri? Ah, entahlah. Rasa benci dan juga muak telah membuatku tidak bisa berpikir jernih lagi. Dengan rasa takut dan tangan yang gemetaran aku memindahkan dokumen tersebut ke bawah kasur di samping Mas Ilham untuk kuamankan besok pagi. Semoga kali ini nasib baik masih berpihak padaku. .Kulihat Mas Ilham bangun pagi dengan wajah yang segar. Mungkin karena tidurnya sangat ny
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part9

Kemudian dia melangkah mundur, lalu berjalan meninggalkan kami. Aku dan Ratna saling berpandangan dengan wajah yang khawatir. Seketika aku bangkit dan mengejarnya. "Mas Rafi," aku meraih lengannya. Dia menghentikan langkahnya, kemudian menatap tanganku yang masih memegangi lengannya. Setelah sadar, aku buru-buru melepaskannya. "Maaf, Mas. Nay lancang," ucapku. "Tidak apa-apa. Kalau mau, pegang saja sepuasnya," godanya. Aku tertunduk malu dengan ucapannya barusan. "Mas Rafi, soal tadi...""Jangan buat alasan kalau Mas salah dengar, ya. Mas tidak budeg," sergahnya sebelum aku mengutarakan ucapanku. Lagi-lagi aku tertunduk diam. Merasa kalau permainan ini sudah berakhir dan harus menerima kalau Mas Ilham akan membuat perhitungan denganku. Bukankah Mas Rafi dan Mas Ilham adalah teman sekantor? Tentu dia akan lebih membela temannya dari pada aku yang jarang-jarang bertemu dengannya. Apalagi kalau sampai dia juga termasuk salah satu lelaki yang juga suka main perempuan. Pastilah
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part10

"Ngomong-ngomong, Mas Rafi ngapain pagi-pagi ke sini? Siapa yang sakit?" tanyaku memecah keheningan."Mama, darah tingginya kambuh lagi. Jadi hari ini Mas tidak masuk ke kantor. Jagain Mama," sahutnya. "Oh, begitu. Mas Rafi anak yang baik, ya," pujiku "Kalau ada riwayat darah tinggi, Mamanya jangab dikasi mikir yang berat-berat, Mas. Kasi berita baik saja setiap hari.""Gimana tidak banyak pikiran, Nay. Anak laki-laki satu-satunya belum menikah sampai sekarang," keluhnya. "Lho, nikah yang tinggal nikah to, Mas. Masa Mas Rafi belum punya calon.""Memang belum. Calon yang Mas mau, dulu sudah di gondol maling," ujarnya. "Kok bisa? Bodoh sekali wanita yang menolak Mas Rafi demi laki-laki lain.""iya, Nay. Dia memang bodoh," imbuh Mas Rafi. Kamipun tertawa, seolah ketegangan dan ketakutanku tadi berangsur hilang. Mas Rafi mengeluarkan gawai dari kantong celananya, kemudian ada notifikasi pesan whatsapp dari gawaiku. "Itu nomornya Mas. Simpan ya, kalau Mas hubungi harus diangkat. Janga
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status