Share

Part5

Penulis: Oscar
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-12 15:30:23

Hari ini ada pertemuan orang tua murid di sekolah Alta. Sepulang dari membuat rekening tabungan, aku menyusul ke sekolah. Seperti aktifitas harian, pagi Mas Ilham yang mengantar ke sekolah. Siangnya aku yang menjemput dengan naik ojek online.

Para ibu-ibu sudah mulai berkumpul di tempat yang sudah di sepakati. Kami makan siang di sebuah foodcourt outdoor yang ada taman bermainnya. Sementara anak-anak sibuk bermain bersama. Tujuan perkumpulan kali ini untuk membentuk grup arisan dari wali murid kelas 1a, kelas dimana Alta belajar.

Sebenarnya aku malas ikut acara seperti ini, selain buang-buang waktu, juga membuang-buang uang. Tapi lagi-lagi Ratna menyuruhku untuk ikut, setidaknya hanya untuk hari ini saja.

Sebagai  barang bukti dan juga ada Alta sebagai saksi. Dasar Ratna, pintar sekali idenya kali ini. Tapi, apa mungkin kali ini juga akan berjalan lancar seperti kemarin? 

Kali ini Mas Ilham pulang cepat seperti dulu. Jam enam sore sudah sampai di rumah. Tumben sekali dia tidak pergi berkencan. Apa karena wanita murahan itu lagi ngambek, karena uang jatahnya berkurang gara-gara Mas Ilham memberikanku uang dua juta tadi pagi. 

Tapi uang itu tidak seberapa dibanding dengan jumlah tabungan Mas Ilham. Pernah secara tidak sengaja aku melihat sendiri jumlah saldo di Atmnya Mas Ilham. Saat itu Mas Ilham menarik uang ketika kami jalan-jalan ke Mall beberapa waktu yg lalu. Ada tiga digit angka di depannya. Cukup besar untuk dia simpan seorang diri. 

Tentu saja, sudah bertahun-tahun Mas Ilham bekerja di sana. Tentu gajinya tidak akan main-main. Belum lagi bonus yang dia dapat kalau penjualan sudah mencapai target. Setidaknya  begitulah yang dia ceritakan dulu padaku. Ya, dulu. Sebelum dia berhubungan dengan wanita itu.

Atau jangan-jangan wanita tersebut sedang datang bulan sehingga Mas Ilham akan merasa rugi menemuinya karena tidak akan mendapat jatah apa-apa. Menjijikkan sekali kalau harus membayangkannya, entah sudah berapa kali mereka tidur bersama. Aku juga sudah merasa jijik jika harus melayani Mas Ilham lagi. 

"Bagaimana tadi arisannya? Lancar?" tanya Mas Ilham. Aku hanya memasang wajah kecut, tak menjawab. 

"Kenapa, Nay? Bukannya kamu sendiri yang ingin ikut serta arisan sekolah Alta?"

"Senang sih senang, Mas. Tapi Nay malu," aku kembali merengek. 

"Malu kenapa? Apa mereka tahu kalau kamu bukan ibu kandungnya Alta?"

"Bukan soal itu, Mas. Sekalipun Nay tidak pernah mengatakan kalau Alta bukan anak kandung Nay."

"Terus kenapa Malu?"

"Anu, Mas," aku kembali tertunduk.

"Anu kenapa? Bilang saja. Atau arisan itu harus bayar iuran setiap bulan? Ya sudah, nanti Mas yang bayar," dia menawari. 

Memang kuakui, walau tidak memberikanku uang pegangan, namun Mas Ilham selalu cepat merespon soal pembayaran-pembayaran yang aku minta. 

Terkadang tanpa banyak bertanya secara detil apa-apa yang harus dibayar. Langsung tanya berapa jumlah total yang harus dibayar, kemudian dengan cepat memberikan uang dengan jumlah yang sama. 

Apa karena keroyalannya soal uang itu, makanya wanita itu menggoda Mas Ilham? Ah,  terserah soal siapa menggoda siapa. Toh Mas Ilham juga bersalah dengan meladeni perempuan murahan seperti itu. Sudah tahu punya anak dan istri, masih juga berani bermain dengan wanita lain. 

"Soal iuran bulanan juga sih, Mas. Tapi, masalahnya bukan cuma itu."

"Iya, terus apa?"

"Nay malu. Karena mereka semua memakai banyak perhiasan. Sementara Nay hanya memakai cincin kawin satu ini saja," aku melirik mimik wajah Mas Ilham. 

Kulihat Mas Ilham menghela nafas. Apa mungkin kali ini aku sudah kelewatan? Dia pasti marah dan langsung menyuruhku untuk tidak usah jadi ikut. Uh, dasar Ratna. Kali ini rencananya pasti gagal. 

"Ya, sudah. Besok saat jam makan siang, kamu nyusul Mas ke kantor, ya. Kita beli perhiasan yang kamu mau. Biar kamu tidak malu lagi."

Hah, aku terkejut. Ternyata Mas Ilham mau menyanggupi permintaan konyolku ini. Ya, Allah. Apa sebenarnya yang terjadi? Di cerita yang aku baca, suaminya tiba-tiba berubah dan langsung bersikap pelit. Namun ini apa? 

Dia masih saja baik hati dan mau menuruti permintaanku. Bagaimana kalau ternyata semua foto-foto itu palsu dan Mas Ilham tidak pernah mengkhianatiku? 

Tidak, aku tidak boleh luluh. Mungkin ini hanya akal-akalannya Mas Ilham saja agar aku tidak mencurigainya. Mungkin jika dia berubah pelit, dia akan berpikir aku akan mulai menyelidikinya.

"Benar, Mas? Mas Ilham tidak bohongkan?"

"Iya, buat apa Mas bohong," sahutnya datar. 

Terserah lah, mau datar atau bulat yang penting cair. 

"Terima kasih ya, Mas," ucapku sambil dengan terpaksa memeluknya. Setidaknya aku harus menghilangkan rasa jijikku atas tubuhnya yang sudah nempel sana nempel sini sama wanita lain. 

Untung saja malam ini dia tidak minta yang macam-macam. Kalau tidak, entah bagaimana caraku menolak nya. Kamu sudah tidak bergairah lagi denganku, Mas? Sama, aku juga tidak sudi lagi disentuh olehmu. Kalau perlu sampai nanti kita berpisah, jangan lagi pernah ada hubungan suami istri diantara kita. 

Keesokan harinya, setelah menjemput Alta di sekolah, aku langsung menuju kantor Mas Ilham. Kami hanya menunggu di depan saja, karena sebentar lagi Mas Ilham akan segera keluar. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Alfin Ranawijaya
apakah mungkin yg kirim foto ke Naya cuma fitnah?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part6

    "Naya? Ngapain di sini?" suara seseorang menegurku dari dalam mobil. Diapun langsung turun menyapa kami. "Eh, Mas Rafi. Lagi nunggu Ayahnya Alta, Mas," sahutku sambil tersenyum. Mas Rafi adalah rekan kerjanya Mas Ilham. Kami sempat berkenalan di hari yang sama saat temanku mengenalkanku pada Mas Ilham. Ada perasaan heran di wajahnya. Memangnya tidak boleh aku mengunjungi kantor suamiku sendiri. "Mas Ilham tadi lagi telfonan di toilet," jawabnya tanpa aku bertanya. "Oh, Iya Mas. Tidak apa-apa. Nanti juga turun," sahutku kemudian. "Ya sudah kalau begitu. Mas duluan ya."Dia pun pergi meninggalkan kami. Tak lama Mas Ilham keluar dengan wajah murung. "Ada apa, Mas?" tanyaku heran. "Sudah, tidak apa-apa. Masuk saja," aku dan Alta mengikutinya masuk ke mobil. Kami berhenti di sebuah toko mas tak jauh dari kantor Mas Ilham. Dia dan Alta duduk menunggu di kursi luar sembari bolak balik mengecek gawainya. Terlihat raut wajah yang penuh kekhawatiran. Apa jangan-jangan dia bertengkar de

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part7

    Malam ini aku akan melancarkan aksiku selanjutnya. Setelah menemani Alta belajar dan bermain sebentar, aku mengantarkan Alta untuk tidur di kamarnya. Jam sudah menunjukkan hampir jam sepuluh malam. Tak lama lagi Mas Ilham akan pulang sesuai dengan pesan whatsapp nya tadi. Malam ini aku juga harus melancarkan aksiku lagi. Sudah tidak tahan rasanya menghadapi hal seperti ini terus menerus. Baru tadi siang mereka asik-asikan indehoy di mobil, sekarangpun serasa tidak puas hingga sampai malam baru pulang. Ternyata Mas Ilham benar-benar sudah kepincut sama wanita murahan tersebut. Sampai-sampai tidak ingat lagi sama anak dan istri di rumah. Tunggu saja Mas, tunggu sampai aku tahu siapa sebenarnya wanita itu. Tak lama terdengar suara mobil dari halaman depan. Itu pasti Mas Ilham. Dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit kesabaran, akhirnya aku membukakan pintu dengan senyuman termanisku. Dengan takzim aku mencium punggung tangannya, seolah-olah dia masih pantas untuk diperlakukan dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part8

    Aku sudah membaca seluruh isi percakapan mereka. Aku juga sudah mengcopy dan mengirimkannya ke gawaiku sebagai barang bukti yang akan kupergunakan nantinya. Setelah membersihkan semua jejak, aku kembali meletakkan gawai di tempatnya semula. Sekarang giliran lemari yang jadi sasaranku. Dengan mudah aku mengambil sertifikat rumah dan menggantinya dengan sertifikat palsu yang sudah kusiapkan sebelumnya. Tentu saja ini juga adalah anjuran dari Ratna. Aku saja tidak berfikir sampai sejauh ini. Berbahayakah nantinya kalau semua ini ketahuan? Apakah ini termasuk sebuah pencurian, walaupun aku mengambilnya di rumahku sendiri? Ah, entahlah. Rasa benci dan juga muak telah membuatku tidak bisa berpikir jernih lagi. Dengan rasa takut dan tangan yang gemetaran aku memindahkan dokumen tersebut ke bawah kasur di samping Mas Ilham untuk kuamankan besok pagi. Semoga kali ini nasib baik masih berpihak padaku. .Kulihat Mas Ilham bangun pagi dengan wajah yang segar. Mungkin karena tidurnya sangat ny

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part9

    Kemudian dia melangkah mundur, lalu berjalan meninggalkan kami. Aku dan Ratna saling berpandangan dengan wajah yang khawatir. Seketika aku bangkit dan mengejarnya. "Mas Rafi," aku meraih lengannya. Dia menghentikan langkahnya, kemudian menatap tanganku yang masih memegangi lengannya. Setelah sadar, aku buru-buru melepaskannya. "Maaf, Mas. Nay lancang," ucapku. "Tidak apa-apa. Kalau mau, pegang saja sepuasnya," godanya. Aku tertunduk malu dengan ucapannya barusan. "Mas Rafi, soal tadi...""Jangan buat alasan kalau Mas salah dengar, ya. Mas tidak budeg," sergahnya sebelum aku mengutarakan ucapanku. Lagi-lagi aku tertunduk diam. Merasa kalau permainan ini sudah berakhir dan harus menerima kalau Mas Ilham akan membuat perhitungan denganku. Bukankah Mas Rafi dan Mas Ilham adalah teman sekantor? Tentu dia akan lebih membela temannya dari pada aku yang jarang-jarang bertemu dengannya. Apalagi kalau sampai dia juga termasuk salah satu lelaki yang juga suka main perempuan. Pastilah

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part10

    "Ngomong-ngomong, Mas Rafi ngapain pagi-pagi ke sini? Siapa yang sakit?" tanyaku memecah keheningan."Mama, darah tingginya kambuh lagi. Jadi hari ini Mas tidak masuk ke kantor. Jagain Mama," sahutnya. "Oh, begitu. Mas Rafi anak yang baik, ya," pujiku "Kalau ada riwayat darah tinggi, Mamanya jangab dikasi mikir yang berat-berat, Mas. Kasi berita baik saja setiap hari.""Gimana tidak banyak pikiran, Nay. Anak laki-laki satu-satunya belum menikah sampai sekarang," keluhnya. "Lho, nikah yang tinggal nikah to, Mas. Masa Mas Rafi belum punya calon.""Memang belum. Calon yang Mas mau, dulu sudah di gondol maling," ujarnya. "Kok bisa? Bodoh sekali wanita yang menolak Mas Rafi demi laki-laki lain.""iya, Nay. Dia memang bodoh," imbuh Mas Rafi. Kamipun tertawa, seolah ketegangan dan ketakutanku tadi berangsur hilang. Mas Rafi mengeluarkan gawai dari kantong celananya, kemudian ada notifikasi pesan whatsapp dari gawaiku. "Itu nomornya Mas. Simpan ya, kalau Mas hubungi harus diangkat. Janga

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part11

    Wanita tersebut tampak salah tingkah juga karena kini mereka tertangkap basah sedang jalan berdua. "Mas ilham yang sedang apa di sini? Bukannya seharusnya Mas Ilham berada di kantor? Siapa wanita ini, Mas?" aku pura-pura tidak tahu, ingin mendengar alasan apa yang akan diberikannya padaku. "Anu, Nay. Ini dulu teman sekantornya Mas sama Mas Rafi juga. Tapi sekarang dia sudah tidak bekerja di sana lagi," aku melirik Mas Rafi, dan dia mengangguk membenarkan ucapan Mas Ilham. "Terus, kenapa Mas Ilham bisa pergi berdua sama dia?" kemudian Mas Ilham menarik lenganku menjauh dari mereka. Entah kebohongan apa yang akan dikatakannya. "Mas datang sendiri ke sini. Tadi dapat ijin dari kantor, mewakili untuk menjenguk Ibunya Rafi. Terus tidak sengaja ketemu sama Viona di pintu masuk. Katanya dia juga mau menjenguk juga. Bagaimanapun juga, kan dia juga pernah bekerja sama dengan Rafi," Mas Ilham masih beralasan dengan kebohongannya. Bertemu tanpa sengaja? Omong kosong. Dasar pembohong. Dia pi

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part12

    Pagi ini aku sudah bertekad untuk menggadaikan surat rumah. Aku merasa sudah tidak tahan lagi tinggal serumah dengan Mas Ilham. Apalagi tadi malam dia mulai bersikap nakal dan mencoba meminta haknya sebagai suami. Menjijikkan sekali jika aku harus berbagi dengan wanita lain. Sudah menggauli yang sana, masih juga mau menggauliku. Bukan tanpa sebab dia meminta haknya, sepertinya ada rasa cemburu dihatinya melihat pertemuanku dengan Mas Rafi kemarin. "Kalau bisa kamu jangan sering-sering bertemu dengan si Rafi itu, Nay. Mas tidak suka," ujarnya. "Lho, memangnya kenapa, Mas?""Tidak suka saja.""Itukan temannya Mas Ilham sendiri. Lagipula Nay juga tidak sengaja ketemu sama Mas Rafi. Nay juga tidak mungkin macam-macam dengan Mas Rafi. Mas kan tau sendiri Nay Bagaimana. Selama ini apa pernah Mas lihat Nay aneh-aneh sama laki-laki lain?" bantahku sekaligus memberikan sindiran kepadanya. Mas Ilham terlihat salah tingkah. Mungkin malu karena kemarin baru kepergok jalan berdua dengan wanit

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part13

    "Kita mau kemana ini, Mas?" tanyaku. Dia masih diam saja. Jangan-jangan dia mau membawaku ke kantor lagi. Waduh, gawat ini. Malah sekarang sertifikat rumah lagi aku pegang. Bagaimana kalau Mas Ilham nanti menggeledah seluruh isi tas dan juga gawaiku? "Mas Rafi!" bentakku. " Kita mau kemana?" lagi-lagi aku kesal dengan kediamannya. "Ih," karena kesal aku memukul lengannya yang sedang fokus menyetir. Tak lama dia meminggirkan mobil dan berhenti di jalanan yang cukup sepi. Ada apa ini? Apa dia marah karena barusan aku memukulnya? Apa dia akan membalasku dengan perbuatan yang tidak-tidak? Padahal kan pukulan tadi tidak terlalu kuat. Tidak mungkin dia merasa sakit hanya karena sentuhan seperti itu. Dia menatap tajam ke arahku. Apa dia benar-benar marah? "Kenapa nomor hape Mas kamu blokir? Bukankah kita sudah melakukan kesepakatan kemarin?" Mas Rafi terlihat gusar. Benar saja, kemarin tak lama setelah Mas Ilham mengantarku pulang dari rumah sakit, Mas Rafi menghubungiku beberapa kali

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12

Bab terbaru

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part131

    Kamipun sampai di sebuah klinik yang tidak jauh dari rumah aku bersama Mas Rafi. Sengaja aku tak ingin pergi ke rumah sakit besar, selain malas untuk mengantri, kurasa penyakitku ini tidak terlalu parah dan juga berbahaya."Selamat ya, buat Ibu dan juga Bapak," seru seorang Dokter setelah tadi memeriksaku dengan senyuman."Selamat apa ya, Dok?" Mas Rafi bergantian memandangi kami."istri Bapak saat ini sedang mengandung. Usia kandungan sudah memasuki usia lima minggu. Selamat, karena sebentar lagi Bapak akan menjadi seorang Ayah."Kulihat binar matanya memancarkan kebahagiaan. Matanya berkaca-kaca, merasa antara percaya dan tidak percaya. Di tatapnya wajahku secara seksama, kemudian kembali ke arah Dokter itu."Benar Dokter? Istri saya hamil?" dia meyakinkan. Dokter muda itu pun mengangguk sambil tersenyum."Alhamdulillah... " ucap aku dan Mas Rafi bersamaan..Mas Rafi tak henti-hentinya menggenggam tanganku. Merasa berbahagia karena telah berhasil mengandung dari buah cinta kami. Kin

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part130

    Aku duduk di sofa ruang tamu lantai dua. Ruangan ini menjadi lebih luas setelah menyelesaikan renovasi. Bangunan yang tadinya bersekat tembok yang tinggi, kini telah menyatu dan menjadi luas. Karyawan di lantai bawah pun sudah bertambah dua orang lagi, sehingga mengurangi lelahnya Ibu dalam mengurus toko."Ibu masak bubur kacang hijau lho, Nay," ujar Ibu. "Pakai durian lagi. Sengaja Ibu buatkan makanan kesukaan kamu," lanjutnya lagi."Nanti Nay ambil sendiri saja, Bu," ucapku yang agak malas untuk bangkit, tanpa kutahu tiba-tiba saja Ibu sudah berjalan membawa nampan berisi mangkuk.Mendadak aku pusing, tenggorokanku rasanya penuh, hingga memaksaku untuk bergegas ke kamar mandi untuk mengeluarkan segala yang kumakan pagi tadi."Nay, kamu kenapa?" kudengar panggilan Ibu sambil mengetuk pintu. Aku terus saja memuntahkan apa yang ada, hingga tubuh ini jadi seperti tak bertenaga."Tidak tahu, Buk. Mungkin masuk angin," aku berjalan kembali ke sofa setelah membukakan pintu. Kulihat Ibu ber

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part129

    Akhirnya hari bahagia itu datang juga. Seperti sebuah mimpi, kini aku benar-benar telah mengakhiri masa kesendirianku. Status yang masih menjadi momok yang menakutkan bagiku itu, terlepas sudah. Entah bagaimana caraku mengungkapkannya.Pagi tadi, dengan menggenggam erat tangan Bapak, Mas Rafi mengucapkan lafaz dengan begitu lantang, hanya dengan satu tarikan nafas saja. Membuat semua yang hadir mengucapkan Alhamdulillah dengan begitu antusias dan bersemangat.Sebuah pesta sederhana dilanjutkan dengan sebuah hiburan berupa musik dari orkestra yang biasa diadakan di kampung kami.Aku tidak perduli bagaimana dengan tanggapan keluarga Mas Rafi nantinya, yang selalu terbiasa dengan musik-musik nan elegan yang sering aku lihat di pesta-pesta kalangan orang kaya. Itupun aku tonton dari infotainment para artis.Tapi, sempat kulihat tangan Papa mertua ikut bergoyang juga, menikmati musik dangdut yang dinyanyikan sang biduan.Para sanak famili dan juga sahabat hampir semuanya hadir. Tak terkecu

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part128

    "Banyak rekan-rekan yang sudah melapor sama Mas, kalau akun Mas diretas orang. Mas curiga itu Viona.jadi, kamu jangan sampai terkecoh jika ada pesan-pesan seperti itu, ya. Mas tidak akan mungkin tega meminta uang sama kamu dengan jalan seperti itu. Melihat kamu menjaga Alta sebaik ini saja, Mas sudah sangat berterima kasih." Ucapannya terdengar tulus dan tidak mengada-ada. Alhamdulillah, ternyata jawaban dari semua beban pikiranku sudah terjawab tuntas tanpa aku menanyakannya.Ternyata Mas Rafi benar juga, bahwa mimpi itu cerminan dari hati dan pikiran..Mobil kembali melaju pelan. Kulihat Alta sudah kembali akrab dengan Mas Rafi. Seakan-akan kejadian malam tadi tidak pernah terjadi. Atau mungkin dia bahagia karena sudah bertemu dengan ayahnya."Mas, tadi Mas Rafi ngomong apa saja sama Mas Ilham, kok jadi akrab?" Aku memberanikan diri untuk bertanya. Sebelum pulang tadi, kulihat Mas Rafi berbicara empat mata dengan Mas Ilham dan diakhiri dengan berjabat tangan dan... berpelukan. Ane

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part127

    Aku menceritakan semua apa yang kulihat dalam mimpi tersebut. Tentang semua kejadian yang erat sekali berkaitan dengan dirinya. Mas Rafi terlihat serius dalam mendengarkan ceritaku. Malu juga sebenarnya.tapi, karena Mas Rafi terus memaksa, akhirnya aku bersikap jujur saja. Lagipula, kami sudah sepakat akan terbuka satu sama lain seperti janji kami tempo hari. Mas Rafi tersenyum sambil meraih jemariku. Menggenggamnya dengan berusaha untuk menenangkan. "Itu artinya, kamu takut kehilangan Alta dan juga Mas. Iya, kan?" senyumnya semakin mengembang. Terlihat manis dan juga mendebarkan. Eh? Kenapa pipiku jadi panas?"Mas Rafi ge er, ya!" Aku berusaha mengelak dengan menepiskan genggamannya. Mencoba menyamarkan rasa gugup dan debaran di dada. "Biasanya mimpi itu cerminan dari hati, Nay. Saat hati kita bersih, maka mimpi baiklah yang kita lihat. Tapi saat hati kita kotor dan ketakutan, maka mimpi buruk lah yang akan datang. Bukankah hati itu seperti cermin?" Mas Rafi terlihat serius. Tak b

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part126

    Hari masih terlalu pagi, Ibu sudah menggedor-gedor pintu kamarku. Jantung ini rasanya mau copot saja, bertanya-tanya apa gerangan yang sedang terjadi di luar sana. Bergegas aku beranjak dari tempat tidur, dan segera membukakan pintu untuknya. "Nay, Nak Rafi sedang menunggu di bawah itu. Katanya mau mengajak kamu dan Alta ke pantai." Sejenak aku berpikir. Masih pagi begini, Mas Rafi datang dan tiba-tiba mengajak pergi. Ada apa gerangan. "Ouh, Iya, Buk. Sebentar lagi, Nay turun." Aku menghela nafas. Baru ingat pesan whatsapp yang dikirimkan Mas Rafi malam tadi. Aku hanya sempat membaca, belum ada niatan untuk membalas dan mengiyakan ajakannya. "Memangnya kalian sudah janjian mau kepantai?" terlihat wajah Ibu sedikit cemas.Mungkin merasa khawatir kalau aku tidak sedang baik-baik saja untuk saat ini. Apalagi dia belum menanyakan mimpi apa yang menghantuiku malam tadi. "Nay sendiri lupa, Buk. Mungkin Mas Rafi mau bayar janjinya kemarin sama Alta," terangku yang hanya menduga-duga sa

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part125

    Degh.... Jantungku serasa mau copot. Saat menyadari orang yang ada di sebelah mas Rafi ialah Viona. Mereka sedang mengawasi Diana_anaknya Viona_bermain. Darahku serasa mendidih. Kenapa Viona lagi-lagi hadir dalam hidupku. Setelah Mas Ilham, sekarang dia ingin merebut Mas Rafi juga dariku. Oh,tidak semudah itu Ferguso. Dengan berapi-api, aku langsung menghampiri mereka berdua. Entah kekuatan apa yang mendorong tubuhku untuk segera memberi pelajaran pada wanita tidak tahu diri itu. Apa Dia pikir Aku ini lemah, dan ingin mencuri apapun yang kumiliki. Oh, aku benar-benar marah dan tak bisa lagi mengendalikan diri. Emosiku kini telah menggunung hingga keubun-ubun. "Mas, sedang apa di sini? " Aku langsung menegur Mas Rafi. Mungkin dia belum menyadari kehadiranku di sini. "Nay? Kamu kenapa di sini? Tadi kamu bilang Alta sudah tidur." Jawabnya gugup. "Jadi ini, alasan Mas Rafi membatalkan acara kita?" Aku langsung memotong pembicaraannya.Tak ingin mendengar alasan apapun yang ingin dia

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part124

    "Sudah Nay, biarkan saja dulu. Mungkin Alta terlalu kecewa sampai merajuk seperti itu," Ibu mencoba menenangkanku. "Namanya juga Anak kecil. Paling nanti baik sendiri." Ibu menimpali ucapannya. Setengah jam kami menunggu, pintu tak kunjung terbuka. Akhirnya Bapak berinisiatif untuk mendobrak paksa dari luar. Walaupun sudah diusia lanjut, Namun Bapak masih memiliki tenaga yang cukup kuat jika hanya untuk mendobrak sebuah pintu. "Apa Bapak kuat mendobraknya sendiri Bu. Kalau tidak kuat, biar Nay minta tolong sama Dokter Indra saja biar ikut membantu." Aku meminta izin pada Ibu.Siapa lagi yang bisa kami mintai tolong selain Dokter Indra. Sebab, dialah satu-satunya tetangga di sekitar sini yang selalu siap menawari bantuan untuk kami. "Tidak usah nay, Bapak sudah ahli dan banyak tehnik nya juga. Iya kan, Pak?" Ibu memberi semangat kepada Bapak. Mungkin ibu juga segan jika terus menerus minta bantuan kepada Dokter Indra. "Iya, kalau cuma begini, ya kecil, Nay." Bapak terlihat yakin da

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part123

    Malam ini, Mas Rafi berjanji akan menjemput kami dan membawa kami jalan-jalan keliling kota. Dia melakukan itu mengingat beberapa hari lagi, kami sekeluarga akan pulang ke kampung halaman untuk mempersiapkan acara pesta di sana. Hari dan tanggal sudah kami tentukan. Beberapa surat undanganpun sudah disebar luaskan. Jadi, malam ini kami sekalian ingin mencari pernak-pernik ucapan terimakasih untuk para tamu undangan besok. "Om Rafi kok lama ya, Bunda." Alta terlihat gelisah dan bolak-balik bertanya. "Bukan Om Rafinya yang lama, Tapi Alta yang kecepatan berhiasnya, sayang." Aku menariknya ke dalam dekapan. Sedari tadi Alta sudah sibuk berhias. Dia tak mau kalah dari bundanya agar terlihat cantik di depan mata Mas Rafi. Dia juga memilihkan baju yang pas untuk kupakai. Baju yang senada dengan warna bajunya. Kulirik jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Namun tanda-tanda Mas Rafi datang belum juga terlihat. Ada rasa cemas dan khawatir menghantui. Kenapa gawainya tidak bisa dihubung

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status