"Maaf, ya, Mas, Mbak! Kalian jadi harus melihat kelakuan suamiku," ucapku sedikit menyesal. Berulang kali aku membungkukkan badan karena benar-benar tidak enak hati."Tidak apa-apa, Mbak." Mbak Nurma menanggapi dengan santai dan masih bisa tersenyum."Jangan panggil aku Mbak, Mbak, karena kalian lebih tua dariku. Panggil Nirmala saja," kataku. Mbak Nurma sudah duduk kembali setelah ibu-ibu yang tadi datang bersama Mas Arga pergi. Aku melihat memang Mas Raga dan juga Mbak Nurma usianya di atasku. Mungkin selisihnya dua tahun sampai empat tahun. Rasanya tidak enak jika aku dipanggil Mbak oleh orang yang lebih tua."Kalian sudah saya anggap saudara, Mbak. Berkali-kali Mbak Nurma dan Mas Raga membantuku. Aku tak bisa membalasnya. Aku hanya bisa mendoakan semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan juga rejeki yang melimpah untuk kalian berdua," ucapku."Aamiin!" balas mereka serempak."Gimana dengan tawaranku, La? Mas Raga juga tidak keberatan, kan?" Mbak Nurma menoleh ke arah Mas R
Baca selengkapnya