Home / Romansa / TEROR BUNGA TASBIH HITAM / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of TEROR BUNGA TASBIH HITAM : Chapter 171 - Chapter 180

214 Chapters

Part 47 Lupa Diri

Pintu lift berhenti di lantai 6. Mendengar langkah kaki mendekat, Lisa dan Viana kompak mendongak. Inno dengan pakaian semi formalnya tampak begitu tampan. Laki-laki itu menatap bergantian pada Lisa dan Viana yang tertegun. Gadis itu menatap tak berkedip mantan kekasihnya yang jauh lebih tampan dari beberapa tahun lalu."Viana, kamu di sini?" tanya suara baritone itu.Sontak Viana bangkit dan mendekati Inno. "Eh, i-iya. Maaf kalau nggak kasih tahu karena aku pikir aku sudah bilang sama kamu kemarin sore." Viana berkata sambil melirik ke arah Lisa.Inno mengangguk samar kemudian menatap Lisa lagi. "Baiklah. Lisa, bisa antar Bu Viana ke ruang meeting?" tanya laki-laki itu, kemudian bergegas menuju ke pintu ruang kerjanya."Tapi, Pak. Di ruang meeting ada Pak Lorenzo dan Pak Dery. Mereka sedang ada tamu," beritahu Lisa dengan ragu.Inno mengurangkan niatnya membuka pintu di depannya. Laki-laki itu tampak berpikir sejenak."Oh, gitu ya?""Aku sudah bertemu Om Dery dan Pak Lorenzo. Aku j
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more

Part 48 Bermain Api

"Apa yang ada di otakmu, Inno?" teriak laki-laki paruh baya itu dengan tatapan layaknya seekor singa.Lalu, tatapan tajamnya beralih pada Viana yang berdiri kaku di samping Inno. Laki-laki itu bergerak mendekat dengan kedua telapak tangan berada di saku celananya."Nona Alviana Rebecca, silakan tinggalkan ruang kerja keponakan saya. Dan saya memutuskan tidak menerima kerjasama dengan Anda dalam bentuk apa pun. Silakan keluar!" Pak Dery berkata pelan namun tegas.Viana tak menyahut. Dia sempat melirik ke arah Inno. Laki-laki itu menatapnya sekilas."Maaf, Vi. Maafkan atas kejadian tadi," sesalnya.Pak Dery tersenyum sinis. Dia menatap Viana yang melangkah gontai keluar dari ruangan Inno. Wanita itu merutuk karena tidak bisa menahan diri. Seharusnya dia tidak melakukan hal itu di kantor. Jika dia berhasil mengajak Inno kerjasama, bukankah keduanya akan sering bertemu? Dan bukan tidak mungkin dia bisa merebut Inno dari Amelia secara perlahan. Namun, sekarang semua buyar dan musnah karena
last updateLast Updated : 2023-05-10
Read more

Part 49 Lepaskan Aku

"I love you, Sayang. I love so much. Kamu istri yang sempurna, Sayang. Nggak ada yang perlu dimaafkan. Kalau ada yang harus meminta maaf itu aku. Aku sudah sering membuatmu kecewa."Suara Inno bergetar. Rasanya ingin sekali dia memutar waktu supaya tidak terjebak dengan pesona sesaat yang diberikan oleh Viana. Hati Inno tersayat sakit. Penuh penyesalan. Tidak sepantasnya dia berciuman dengan wanita lain, bahkan menggerayangi tubuh wanita tersebut. Dirinya telah memiliki kekasih halal. Dirinya seorang suami yang setiap saat didoakan dengan tulus oleh istrinya. Diurus semua keperluannya."Sudah, ah. Ayo kita shalat Dhuhur dulu, Mas.""Iya, Sayang."Senyum Inno tersungging menatap wajah cantik dalam balutan mukena itu. Amelia menunduk dan mencium tangan suaminya takzim."Assalamualaikum anak Papa, Mama," Inno menunduk sembari mengusap perut istrinya. "Habis ini kamu mau ke mana, Sayang?""Aku ingin di sini saja sampai sore. Nungguin Mas kerja," jawab Amelia sembari merapikan sajadah.In
last updateLast Updated : 2023-05-11
Read more

Part 50 Kepercayaan

Tubuh Inno meluruh. Dia kembali berlutut di depan kekasih hatinya. Amelia mundur selangkah dan berbalik sembari mengusap kasar air matanya."Lakukan apa pun yang bisa menebus kesalahanku, Amelia. Asalkan kamu nggak meminta berpisah," lirih Inno memelas.Amelia menatap Inno dengan tatapan terluka. Dia kembali menghindar saat laki-laki itu hendak memegang tangannya. Inno memejamkan mata tidak kuasa melihat luka di mata wanita itu. Luka yang lebih dalam daripada mengetahui dirinya melakukan RISUG waktu itu."Sayang, please, maafkan aku..." mohon lelaki itu."Mas masih mencintainya? Mas nggak ingat aku dan anakmu saat melakukan itu? Seandainya nggak kepergok Om Dery apa kalian nggak berzina, Mas? Apa Mas nggak bisa menahan diri? Jawab aku, Mas. Kenapa diam?" cecar Amelia dengan suara bergetar.Air mata Inno pun runtuh ke pipi. Semua yang dikatakan istrinya benar. Dia tidak bisa menahan diri ketika Viana menciumnya, ketika Viana memeluk dan melakukan sesuatu yang lebih agresif. Bahkan mena
last updateLast Updated : 2023-05-12
Read more

Part 51 Apem Kadaluarsa

Windi melirik handphone-nya yang masih menyala. Dengan tidak enak hati, dia mematikan handphone tersebut. Lalu Windi kembali mendekat ke arah jendela. Dia menatap miris pada mobil Inno yang masih terparkir di dekat pagar rumah. Di sana, Inno menatap ke arah jendela kamar Windi sembari menarik napas panjang."Kembalilah, Sayang. Aku kangen kamu, Amelia," ucap Inno lirih.Kedua mata Inno terpejam. Hukuman yang diberikan oleh Amelia tidak sebanding dengan rasa sakit yang diterima wanita itu. "Mel, aku yakin deh. Mas Inno itu nggak mungkin mencintai Viana. Dia nggak mungkin begitu kalau nggak diduluin, Mel," ucap Windi hati-hati.Amelia tak menanggapi. Dia justru fokus pada aplikasi ungu di handphonenya. Windi beringsut mendekat dan melirik ke arah handphone sang sahabat."Siapa itu, Mel?" tanyanya ingin tahu. "Penggemar barumu?" lanjut Windi."Ini akun Mas Inno. Aku penasaran sama akun yang stalking postingan Mas Inno. Kok sepertinya, dia kenal banget, padahal Mas Inno nggak pernah pos
last updateLast Updated : 2023-05-13
Read more

Part 52 Jebakan

"Win, itu suara siapa? Kayak...""Haachim ... huhu, huuhu!"Babeh keluar dari kamar sambil merapatkan jaketnya. Laki-laki tua itu berjalan menunduk. Amelia menggeser tubuh ke pinggir diikuti oleh Windi."Babeh, sakit? Flu?" tanya Amelia memperhatikan laki-laki itu.Babeh mengangguk samar dan membekap hidungnya. Sementara itu, Windi memegang dadanya sendiri sembari menarik napas lega. Gadis itu menghembuskan napas panjang melalui mulut.Di kamar tamu, Inno terkekeh mendengar interaksi ketiga orang yang berada di dapur. Laki-laki itu menutup hidungnya dengan sapu tangan. Kepalanya sedikit pusing."Ya sudah, kalian tidur lagi. Bawa air ke kamar, banyak minum biar nggak flu!" titah Babeh dengan suara dibuat sedikit serak.Babeh dan Windi saling pandang lalu Babeh mengedipkan sebelah mata. Dia menatap Amelia yang kembali naik ke lantai dua disusul oleh Windi."Maaf, Om. Jadi merepotkan. Maaf," ucap Inno tidak enak hati.Babeh terkekeh pelan sembari meletakkan segelas besar air putih di ata
last updateLast Updated : 2023-05-14
Read more

Part 53 Amelia vs Viana

Viana mengikuti arah pandangan Amelia. Inno baru saja keluar dari dalam lift. Kening Inno berkerut, melihat perdebatan antara Amelia dan Viana. Laki-laki itu mempercepat langkah dan melewati Viana begitu saja, lalu menghampiri sang istri."Ada apa ini, Sayang? Kenapa kamu ada di sini, hm?" tanya Inno sembari meraih tangan sang istri.Amelia mendongak sekilas. Wanita itu menghempaskan tangan sang suami. Dia menatap sinis pada Viana sembari mengacungkan handphone ke arah suaminya."Aku yang memintanya ke sini. Nih, dia juga diam-diam mengirim pesan ke Mas Inno. Ngapain Mas ikut ke sini? Janjian sama dia, ya?" tuduhnya tanpa basa-basi.Inno berdecak. Dia melirik ke arah Windi. Gadis itu nyengir kecil. Amelia ikut menatap Windi yang langsung mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V."Aku yang nyuruh Mas Inno ke sini, Mel. Biar Mas Inno lihat sendiri, seperti apa perempuan yang sudah membuatmu terluka itu. Seorang wanita terhormat itu, nggak akan mau ya gais, diajak ketemuan sama suami o
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

Part 54 Memendam Rasa Lelah

"Em, maaf ya, Mel. Karena aku harus ke kantor, jadi, aku nggak bisa ikut antar kamu pulang. Kan sudah ada Pak Su yang sayangnya ke kamu seribu derajat. Sudah, Mel, marahnya. Tahu nggak, Mas Inno rela tidur di mobil meskipun hujan deras dan petir. Pas aku samperin yang ditanyain pertama kali itu keadaan kamu..." Windi terus mengoceh. Inno yang tengah memasukkan berkas dari rumah sakit ke dalam ransel menggeleng samar. "Buka saja semuanya, Win. Nggak bisa main rahasia nih, gadis," sindirnya.Bukannya tersinggung, Windi malah tertawa lepas. Windi mencondongkan tubuh ke arah Amelia yang bersikap tak acuh. Ingin rasanya, Amelia menenggelamkan sahabat "pengkhianatnya" itu."Tahu nggak, pas kamu tidur, Mas Inno minta izin ke aku lihat kamu sebentar. Dia cuma pengin bilang cinta ke kamu walaupun kamu tidur. Sweet banget, deh!""Ehem! Sudah, pulang saja, Win. Nanti gajimu dipotong kalau kebanyakan melipir!" canda Inno.Windi mengangguk dan memeluk Amelia dengan erat. "Ya sudah, sehat-sehat ya
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more

Part 55 Kembali Ke Milan.

"Kamu harus banyak sabar, Nak. Orang hamil itu sensitif. Sepertinya anakmu laki-laki, jadi ingat waktu Ibu hamil kamu, No. Sering bikin kesel Papa kamu." Bu Rini terkekeh ketika ingat peristiwa 25 tahun lalu itu.Laki-laki? Inno sendiri tidak mempermasalahkan jenis kelamin anaknya nanti. Yang jadi masalah, mengapa sikap ibu dan istrinya hampir sama ketika hamil?"Berarti secara nggak langsung, Ibu bilang aku nyebelin gitu? Dan sekarang nular ke anakku?" protes Inno tak terima."Tepat!'' Amelia menyahut dari ambang pintu.Alis Inno naik sebelah mendengar ledekan sang istri. Lalu pandangan laki-laki itu tertuju pada gelas es bubble."Kamu beli cuma satu? Suaminya nggak dibelikan?" todong Inno.Amelia sedikit mengangkat benda tersebut. "Ya, kan, aku nggak tahu kalau Mas Inno mau juga," jawabnya santai.Bu Rini langsung tertawa. Sedangkan Inno berwajah masam. Laki-laki itu mengikuti Amelia yang duduk di depannya dengan pandangannya."Mas mau?" tawar Amelia lagi. "Kok nggak dimakan sotonya
last updateLast Updated : 2023-05-21
Read more

Part 56 Kehidupan Baru

Dengan malas dan tentu sambil menggerutu, Inno mengambil celananya yang tergeletak di bawah tempat tidur. Laki-laki itu mengacak rambutnya kasar dan membuka pintu kamar.Di depan pintu, Matteo memindai sepupunya yang shirtless itu dengan jahil. Inno langsung menutup pintu kamar, tak ingin pandangan jahil Matteo mengintip ke dalam sana."Katakan, ada apa? Ganggu saja!" sungut Inno dengan wajah masam.Matteo menarik lengan adik sepupunya untuk sedikit menjauh. Dia menyodorkan handphone yang layarnya masih menyala. Inno meraih benda itu dengan malas."Ya, biarin saja dia kembali ke Venezia. Kan rumahnya di Venezia," jawab Inno santai setelah menatap sekilas foto seorang gadis di sosial media milik Matteo. "Nggak penting, Matt. Kamu memanggilku hanya ingin memberikan kabar receh ini? Awas, kalau kamu komunikasi sama dia membahas tentang aku!" ancamnya kemudian.Matteo nyengir kecil. Masih dengan sikap jahil, dia mengusap dada dan perut telanjang adik sepupunya. Inno mendelik sembari menep
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
22
DMCA.com Protection Status