Beranda / Romansa / TEROR BUNGA TASBIH HITAM / Part 48 Bermain Api

Share

Part 48 Bermain Api

Penulis: La Bianconera
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-10 18:12:38

"Apa yang ada di otakmu, Inno?" teriak laki-laki paruh baya itu dengan tatapan layaknya seekor singa.

Lalu, tatapan tajamnya beralih pada Viana yang berdiri kaku di samping Inno. Laki-laki itu bergerak mendekat dengan kedua telapak tangan berada di saku celananya.

"Nona Alviana Rebecca, silakan tinggalkan ruang kerja keponakan saya. Dan saya memutuskan tidak menerima kerjasama dengan Anda dalam bentuk apa pun. Silakan keluar!" Pak Dery berkata pelan namun tegas.

Viana tak menyahut. Dia sempat melirik ke arah Inno. Laki-laki itu menatapnya sekilas.

"Maaf, Vi. Maafkan atas kejadian tadi," sesalnya.

Pak Dery tersenyum sinis. Dia menatap Viana yang melangkah gontai keluar dari ruangan Inno. Wanita itu merutuk karena tidak bisa menahan diri. Seharusnya dia tidak melakukan hal itu di kantor. Jika dia berhasil mengajak Inno kerjasama, bukankah keduanya akan sering bertemu? Dan bukan tidak mungkin dia bisa merebut Inno dari Amelia secara perlahan. Namun, sekarang semua buyar dan musnah karena
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 49 Lepaskan Aku

    "I love you, Sayang. I love so much. Kamu istri yang sempurna, Sayang. Nggak ada yang perlu dimaafkan. Kalau ada yang harus meminta maaf itu aku. Aku sudah sering membuatmu kecewa."Suara Inno bergetar. Rasanya ingin sekali dia memutar waktu supaya tidak terjebak dengan pesona sesaat yang diberikan oleh Viana. Hati Inno tersayat sakit. Penuh penyesalan. Tidak sepantasnya dia berciuman dengan wanita lain, bahkan menggerayangi tubuh wanita tersebut. Dirinya telah memiliki kekasih halal. Dirinya seorang suami yang setiap saat didoakan dengan tulus oleh istrinya. Diurus semua keperluannya."Sudah, ah. Ayo kita shalat Dhuhur dulu, Mas.""Iya, Sayang."Senyum Inno tersungging menatap wajah cantik dalam balutan mukena itu. Amelia menunduk dan mencium tangan suaminya takzim."Assalamualaikum anak Papa, Mama," Inno menunduk sembari mengusap perut istrinya. "Habis ini kamu mau ke mana, Sayang?""Aku ingin di sini saja sampai sore. Nungguin Mas kerja," jawab Amelia sembari merapikan sajadah.In

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-11
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 50 Kepercayaan

    Tubuh Inno meluruh. Dia kembali berlutut di depan kekasih hatinya. Amelia mundur selangkah dan berbalik sembari mengusap kasar air matanya."Lakukan apa pun yang bisa menebus kesalahanku, Amelia. Asalkan kamu nggak meminta berpisah," lirih Inno memelas.Amelia menatap Inno dengan tatapan terluka. Dia kembali menghindar saat laki-laki itu hendak memegang tangannya. Inno memejamkan mata tidak kuasa melihat luka di mata wanita itu. Luka yang lebih dalam daripada mengetahui dirinya melakukan RISUG waktu itu."Sayang, please, maafkan aku..." mohon lelaki itu."Mas masih mencintainya? Mas nggak ingat aku dan anakmu saat melakukan itu? Seandainya nggak kepergok Om Dery apa kalian nggak berzina, Mas? Apa Mas nggak bisa menahan diri? Jawab aku, Mas. Kenapa diam?" cecar Amelia dengan suara bergetar.Air mata Inno pun runtuh ke pipi. Semua yang dikatakan istrinya benar. Dia tidak bisa menahan diri ketika Viana menciumnya, ketika Viana memeluk dan melakukan sesuatu yang lebih agresif. Bahkan mena

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-12
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 51 Apem Kadaluarsa

    Windi melirik handphone-nya yang masih menyala. Dengan tidak enak hati, dia mematikan handphone tersebut. Lalu Windi kembali mendekat ke arah jendela. Dia menatap miris pada mobil Inno yang masih terparkir di dekat pagar rumah. Di sana, Inno menatap ke arah jendela kamar Windi sembari menarik napas panjang."Kembalilah, Sayang. Aku kangen kamu, Amelia," ucap Inno lirih.Kedua mata Inno terpejam. Hukuman yang diberikan oleh Amelia tidak sebanding dengan rasa sakit yang diterima wanita itu. "Mel, aku yakin deh. Mas Inno itu nggak mungkin mencintai Viana. Dia nggak mungkin begitu kalau nggak diduluin, Mel," ucap Windi hati-hati.Amelia tak menanggapi. Dia justru fokus pada aplikasi ungu di handphonenya. Windi beringsut mendekat dan melirik ke arah handphone sang sahabat."Siapa itu, Mel?" tanyanya ingin tahu. "Penggemar barumu?" lanjut Windi."Ini akun Mas Inno. Aku penasaran sama akun yang stalking postingan Mas Inno. Kok sepertinya, dia kenal banget, padahal Mas Inno nggak pernah pos

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-13
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 52 Jebakan

    "Win, itu suara siapa? Kayak...""Haachim ... huhu, huuhu!"Babeh keluar dari kamar sambil merapatkan jaketnya. Laki-laki tua itu berjalan menunduk. Amelia menggeser tubuh ke pinggir diikuti oleh Windi."Babeh, sakit? Flu?" tanya Amelia memperhatikan laki-laki itu.Babeh mengangguk samar dan membekap hidungnya. Sementara itu, Windi memegang dadanya sendiri sembari menarik napas lega. Gadis itu menghembuskan napas panjang melalui mulut.Di kamar tamu, Inno terkekeh mendengar interaksi ketiga orang yang berada di dapur. Laki-laki itu menutup hidungnya dengan sapu tangan. Kepalanya sedikit pusing."Ya sudah, kalian tidur lagi. Bawa air ke kamar, banyak minum biar nggak flu!" titah Babeh dengan suara dibuat sedikit serak.Babeh dan Windi saling pandang lalu Babeh mengedipkan sebelah mata. Dia menatap Amelia yang kembali naik ke lantai dua disusul oleh Windi."Maaf, Om. Jadi merepotkan. Maaf," ucap Inno tidak enak hati.Babeh terkekeh pelan sembari meletakkan segelas besar air putih di ata

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-14
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 53 Amelia vs Viana

    Viana mengikuti arah pandangan Amelia. Inno baru saja keluar dari dalam lift. Kening Inno berkerut, melihat perdebatan antara Amelia dan Viana. Laki-laki itu mempercepat langkah dan melewati Viana begitu saja, lalu menghampiri sang istri."Ada apa ini, Sayang? Kenapa kamu ada di sini, hm?" tanya Inno sembari meraih tangan sang istri.Amelia mendongak sekilas. Wanita itu menghempaskan tangan sang suami. Dia menatap sinis pada Viana sembari mengacungkan handphone ke arah suaminya."Aku yang memintanya ke sini. Nih, dia juga diam-diam mengirim pesan ke Mas Inno. Ngapain Mas ikut ke sini? Janjian sama dia, ya?" tuduhnya tanpa basa-basi.Inno berdecak. Dia melirik ke arah Windi. Gadis itu nyengir kecil. Amelia ikut menatap Windi yang langsung mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V."Aku yang nyuruh Mas Inno ke sini, Mel. Biar Mas Inno lihat sendiri, seperti apa perempuan yang sudah membuatmu terluka itu. Seorang wanita terhormat itu, nggak akan mau ya gais, diajak ketemuan sama suami o

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-15
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 54 Memendam Rasa Lelah

    "Em, maaf ya, Mel. Karena aku harus ke kantor, jadi, aku nggak bisa ikut antar kamu pulang. Kan sudah ada Pak Su yang sayangnya ke kamu seribu derajat. Sudah, Mel, marahnya. Tahu nggak, Mas Inno rela tidur di mobil meskipun hujan deras dan petir. Pas aku samperin yang ditanyain pertama kali itu keadaan kamu..." Windi terus mengoceh. Inno yang tengah memasukkan berkas dari rumah sakit ke dalam ransel menggeleng samar. "Buka saja semuanya, Win. Nggak bisa main rahasia nih, gadis," sindirnya.Bukannya tersinggung, Windi malah tertawa lepas. Windi mencondongkan tubuh ke arah Amelia yang bersikap tak acuh. Ingin rasanya, Amelia menenggelamkan sahabat "pengkhianatnya" itu."Tahu nggak, pas kamu tidur, Mas Inno minta izin ke aku lihat kamu sebentar. Dia cuma pengin bilang cinta ke kamu walaupun kamu tidur. Sweet banget, deh!""Ehem! Sudah, pulang saja, Win. Nanti gajimu dipotong kalau kebanyakan melipir!" canda Inno.Windi mengangguk dan memeluk Amelia dengan erat. "Ya sudah, sehat-sehat ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-16
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 55 Kembali Ke Milan.

    "Kamu harus banyak sabar, Nak. Orang hamil itu sensitif. Sepertinya anakmu laki-laki, jadi ingat waktu Ibu hamil kamu, No. Sering bikin kesel Papa kamu." Bu Rini terkekeh ketika ingat peristiwa 25 tahun lalu itu.Laki-laki? Inno sendiri tidak mempermasalahkan jenis kelamin anaknya nanti. Yang jadi masalah, mengapa sikap ibu dan istrinya hampir sama ketika hamil?"Berarti secara nggak langsung, Ibu bilang aku nyebelin gitu? Dan sekarang nular ke anakku?" protes Inno tak terima."Tepat!'' Amelia menyahut dari ambang pintu.Alis Inno naik sebelah mendengar ledekan sang istri. Lalu pandangan laki-laki itu tertuju pada gelas es bubble."Kamu beli cuma satu? Suaminya nggak dibelikan?" todong Inno.Amelia sedikit mengangkat benda tersebut. "Ya, kan, aku nggak tahu kalau Mas Inno mau juga," jawabnya santai.Bu Rini langsung tertawa. Sedangkan Inno berwajah masam. Laki-laki itu mengikuti Amelia yang duduk di depannya dengan pandangannya."Mas mau?" tawar Amelia lagi. "Kok nggak dimakan sotonya

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-21
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 56 Kehidupan Baru

    Dengan malas dan tentu sambil menggerutu, Inno mengambil celananya yang tergeletak di bawah tempat tidur. Laki-laki itu mengacak rambutnya kasar dan membuka pintu kamar.Di depan pintu, Matteo memindai sepupunya yang shirtless itu dengan jahil. Inno langsung menutup pintu kamar, tak ingin pandangan jahil Matteo mengintip ke dalam sana."Katakan, ada apa? Ganggu saja!" sungut Inno dengan wajah masam.Matteo menarik lengan adik sepupunya untuk sedikit menjauh. Dia menyodorkan handphone yang layarnya masih menyala. Inno meraih benda itu dengan malas."Ya, biarin saja dia kembali ke Venezia. Kan rumahnya di Venezia," jawab Inno santai setelah menatap sekilas foto seorang gadis di sosial media milik Matteo. "Nggak penting, Matt. Kamu memanggilku hanya ingin memberikan kabar receh ini? Awas, kalau kamu komunikasi sama dia membahas tentang aku!" ancamnya kemudian.Matteo nyengir kecil. Masih dengan sikap jahil, dia mengusap dada dan perut telanjang adik sepupunya. Inno mendelik sembari menep

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-25

Bab terbaru

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 90 End

    3 bulan kemudian...Venezia, ItaliaMusim panas digunakan sebagian masyarakat Italia untuk menikmati hangatnya sinar matahari. Seperti biasa, pantai di timur kota Venezia itu sangat ramai. Di bawah payung-payung berjejer kursi untuk berjemur.Beberapa ratus meter dari mereka, seorang anak berusia dua tahun sibuk bermain pasir. Dia bertepuk tangan riang ketika istana pasir buatannya telah berdiri sempurna."Yeee, Papa, Mama, look at this!" serunya.Amelia yang duduk tidak jauh dari anak dan suaminya, tersenyum lebar. Dia sesekali mengabadikan momen itu dengan kamera handphone. Inno menatap istrinya beberapa detik kemudian mendekat."Masih pusing, Sayang?" tanyanya khawatir.Amelia menggeleng pelan. Dia mengusap pasir yang menempel di lengan suaminya. Inno menunduk dan mengusap perut sang istri."Baik-baik ya, Dek," ucap Inno lalu menatap istrinya. "Kalau kamu pusing, bilang ya, kita pulang," lanjutnya, lalu mencium kepala Amelia.Wanita berhijab itu mengangguk, lalu menunjuk ke arah Ga

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 89 Jodoh Terakhir

    "Masih berlaku tuh, syarat?" tanya Inno."Ya, berlaku. Juga beberapa hal yang aku ingin tahu," jawab Amelia.Inno menaikkan sebelah alis. Laki-laki itu terpaksa mengangguk. "Tapi aku nggak mau kalau syaratnya bakalan merusak mood kita hari ini!" tegasnya. "Aku ingin menikmati hari bahagia ini bersama kalian semua," imbuh Inno.Sebelum Amelia menyahut, tiba-tiba Irfan menyeruak di tengah-tengah Inno dan Amelia. Pemuda yang baru saja menjadi wali nikah kakaknya itu tersenyum jahil."Baru kali ini aku lihat Mbak Amelia benar-benar jungkir balik karena cintanya Mas Inno. Huhu!" ledek Irfan kemudian berlalu sambil menggendong Gabriele.Amelia tertunduk malu, apalagi Inno menatapnya begitu lekat. Ternyata Inno tidak hanya membuat acara di masjid. Laki-laki itu juga mengadakan resepsi di ballroom hotel berbintang. Acara di hotel dihadiri ratusan undangan. Amelia menoleh pada Inno, ketika Elena menghampirinya sambil memberikan serangkai bunga mawar. "Tante, apa Tante Ambar juga sayang sama

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 88 Simpul Halal

    Masjid Al Arif, dipilih Danu sebagai tempat akad nikah. Para santri dan pengurus pondok telah menunggu peristiwa sakral itu. Tenda juga telah dipasang dengan hiasan bunga-bunga.Amelia didampingi Umi dan Haznia berjalan sambil menunduk. Amelia benar-benar memasrahkan semua perjalanan hidupnya pada Allah. Meskipun ada keraguan, dia pantang mempermalukan orang lain. Danu adalah laki-laki yang sangat baik. Amelia berjanji dalam hati, akan menjadi istri yang baik untuk Danu dan ibu untuk Elena.Wanita itu tidak melihat keberadaan Gabriele. Amelia mengeryit ketika seorang santriwati mendekat sambil memberikan serangkai bunga mawar bercampur anyelir. Amelia tahu, bunga itu dari Inno.Haznia mengambil selembar kertas kecil yang terselip di antara bunga-bunga itu. Lalu menyodorkan pada Amelia.["Aku kembalikan Gabriele. Terima kasih sudah bersabar menghadapi sikapku. Bismillah ya, Sayang. Jangan menangis lagi, Amelia."]"Mas Inno," gumam Amelia tercekat. Dia memindai sekitar, namun tidak mene

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 87 Menikah?

    Amelia menepis tangan Haznia kemudian beranjak. Wanita itu bertemu pandang dengan Danu di depan pintu. Amelia langsung memalingkan pandangan. Dia berlari ke rumahnya, lalu memasuki kamar.Dia menumpahkan tangis di situ. Tidak peduli dengan panggilan Haznia, Danu, dan Evan. "Mel, buka pintunya sebentar. Aku ingin bicara, Sayang!" bujuk Danu pelan.Amelia mengusap kasar air matanya. "Mas Danu juga tahu hal ini, kan? Kenapa kalian semua jahat?" teriaknya dari dalam kamar."Makanya, buka pintu dulu." Danu terus membujuk, namun Amelia tidak peduli.Dia benar-benar kecewa pada semua orang. Semuanya! Jika Evan dan Haznia tahu alasan Inno selingkuh dengan Daniela, tentu Umi, dan Irfan juga tahu. Begitu juga orang tua Inno.Tubuh Amelia meluruh di tepi ranjang. Dia memeluk lutut dan membenamkan wajah di sela-sela lutut. "Kenapa kamu lakukan ini, Mas? Kenapa? Apa begini cara Mas Inno melindungi aku dan Gabriele? Bagaimana kalau seandainya Mas nggak kembali?" Di depan pintu, Evan menatap Danu

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 86 Menyalahi Kesepakatan

    Laki-laki itu masih belum mau beranjak dari tempatnya. Telapak tangannya mengusap-usap kepala seekor kucing. Dia mengambil kucing itu dan memangkunya."Lho, Nak Danu, kok nggak masuk? Malah duduk di sini?" tanya Bu Rini.Danu tersenyum, kemudian menoleh ke arah Inno yang masih bercengkerama dengan Gabriele. Rupanya Inno belum menyadari kedatangan Danu. Dia masih asyik menjelaskan beberapa hal pada puteranya itu."Inno, ada Nak Danu, malah di situ!" panggil Bu Rini.Sontak Inno menoleh. Laki-laki itu menatap Danu dan tersenyum canggung. Gabriele berdiri di samping Inno sambil berpegangan bahu papanya."Zio Danu!" "Hai, Ganteng. Kamu lagi main apa sih, asyik banget?"Gabriele nyengir kecil. Dia menoleh pada papanya. Inno langsung bangkit dan menuntun Gabriele mendekati Danu."Silakan masuk, Mas. Maaf nggak denger," ucap Inno datar.Danu mengangguk mengerti. Laki-laki itu menunduk dan mengusap kepala Gabriele. Kemudian pandangan kedua orang yang sama-sama berjuang mendapatkan Amelia itu

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 85 POV Inno

    "Inno, bertahanlah Inno. Ingat, Gabriele menunggumu di Indonesia. Jemput kembali anak dan istrimu, Inno! Devi sopravvivere. Hai sentito Nonno? Non lasciare che cio che facciamo invano!" ( Kamu harus bertahan. Apa kamu dengar Kakek? Jangan sampai apa yang kita lakukan sia-sia!)Suara samar-samar itu perlahan semakin jelas. Ketika aku membuka mata, senyum Kakek dan Nenek langsung menyambutku. Hampir tiga bulan aku tidur di atas brankar rumah sakit. Bahkan aku sendiri tidak tahu jika sampai berada di fase itu.Yang aku ingat, dua kali tembakan menembus bahu dan lengan atasku. Dokter mengatakan, salah satu peluru mengenai pembuluh darah yang terhubung ke paru-paru. Aku juga sempat koma. Hal itu pula yang membuat pihak rumah sakit dan keluargaku menutup semua akses informasi.Aku juga tidak tahu bagaimana nasib anak dan mantan istriku. Apa mereka aman? Tunggu, mantan istri? Menyebut kata itu, hatiku sakit. Aku tidak pernah mengira, apa yang kami lakukan akan membuat istriku menggugat cerai

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 84 Rencana Licik

    Antara kesal dan gemas karena sikap seenaknya Inno, itulah yang dirasakan Amelia. Sepertinya, Inno sengaja mencari keributan. Amelia tidak habis mengerti, semakin tua, Inno malah semakin menyebalkan.Amelia meminjam handphone Umi untuk menghubungi Inno. Danu memperhatikan tingkah panik Amelia, hanya menggaruk pelipis sembari tersenyum penuh arti."Hallo, assalamualaikum, Umi!" sapa Inno di seberang sana."Waalaikumsalam salam. Mas bawa Gabriele ke mana? Mas sengaja culik Gabriele, ya?" tuduh Amelia seenaknya.Terdengar decakan lirih dari sana. "Ngapain nyulik anak sendiri? Lagian emaknya enak-enakan pacaran, nggak mikirin anak di rumah. Salah gitu, aku bawa jalan-jalan anakku?" balas Inno sembari terkekeh. Amelia langsung mendengus kasar. Tak jauh darinya, Danu menggelengkan kepala samar mendengar perdebatan kedua orang itu."Ya sudah, cepat bawa pulang!" titah Amelia tegas.Di seberang sana, Inno justru tertawa. "Suka-suka aku dong, mau cepat pulang atau nggak. Sudah, nggak usah gang

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 83 Calon Istriku

    Amelia memberontak. Dia mendorong kasar tubuh Inno sehingga pelukan laki-laki itu terlepas. Amelia menatap tajam pada Inno yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah.Kurang ajar sekali mantan suaminya ini. Namun anehnya, tanpa disadari, Amelia juga membalas ciuman itu. Merasa menang, Inno menyunggingkan senyum satu sudut. Hanya sekilas.Amelia menutup wajahnya dengan telapak tangan. Dia mengutuk dirinya sendiri yang tanpa sadar mengikuti kemauan Inno. Dan dia mengutuk kekurangajaran laki-laki tampan itu."Pergi Mas, pergi!" usir Amelia sambil menangis.Inno tidak menggubris. Laki-laki itu menangkupkan telapak tangan di depan dada. Dia tidak ingin mengulangi kesalahan lagi jika tidak mau Amelia semakin muak padanya."Maafkan aku, Sayang. Habisnya kamu nggak mau diam, sih. Makanya, kalau suami ngomong itu dengerin dulu!" ucap Inno santai."Mantan, ingat itu!" sentak Amelia marah. "Dan buang jauh-jauh panggilan itu. Mas nggak berhak lagi memanggilku begitu!" lanjutnya dengan suara

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 82 Ingin Seperti Dulu

    "Mas Inno..." Amelia memanggil lirih nama mantan suaminya itu.Danu mengikuti arah pandangan Amelia. Kedua laki-laki itu saling pandang dalam diam. Danu bisa melihat luka di mata Inno. Selanjutnya, Inno menatap Amelia dengan dada terasa sesak. Wanita tercintanya, dilamar laki-laki lain di depan mata. Begini rasanya? Teramat sangat sakit. Itulah yang dirasakan Amelia ketika melihat sang suami tidur dan berciuman dengan Daniela.Inno melangkah maju dan berdiri tepat di depan Amelia. Wanita itu langsung memalingkan pandangan. Luka di hati wanita itu kembali basah."Gabriele di rumah, Mas!" ucap Amelia lirih tanpa mau menatap wajah mantan suaminya.Inno tidak menjawab. Laki-laki itu masih menatap Amelia penuh arti, kemudian menatap Danu. Dia tersenyum kaku pada Danu."Selamat, Mas. Bahagiakan Amelia," ucap Inno parau.Danu masih bergeming. Inno kembali menatap Amelia, hanya beberapa detik, kemudian membalikkan badan. Tenggorokan Amelia tercekat melihat langkah Inno yang menjauh. Rasa sak

DMCA.com Protection Status