Home / Romansa / TEROR BUNGA TASBIH HITAM / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of TEROR BUNGA TASBIH HITAM : Chapter 151 - Chapter 160

214 Chapters

Part 28 Cucu

"Amelia itu baik, ya, Ais? Pantesan Inno begitu cinta sama dia. Sudah berapa hari dia di Jogja?" pancing Brenda lirih.Aisyah mengangguk dan tersenyum sekilas. Gadis remaja itu masih fokus pelajaran Bahasa Korea. "Iya, Kak. Baik banget, malah. Padahal, aku pernah nyakitin dia, Kak," jawab Aisyah tanpa menghentikan coretan penanya.Brenda semakin ingin tahu. Dia memperhatikan Aisyah dan tulisan Aisyah bergantian. Semenjak Amelia pulang ke Yogyakarta, ini kali pertama Brenda datang ke rumah itu lagi. "Dulu Ais nggak suka sama Kak Amelia, Kak. Aku pikir yang Kak Inno nikahin itu teman aku, sepupunya Kak Amelia. Ternyata bukan. Tapi, Kak Amelia nggak marah begitu aku bilang jika suatu saat Kak Inno menikahi Haznia gimana, gitu. Buktinya, dia selalu baik sama Ais dan semua yang ada di rumah ini, Kak," ceritanya antusias.Brenda menaikkan sebelah alis. "Menikah lagi? Bukankah, mereka baru menikah itu pun siri?" tanyanya semakin penasaran.Aisyah berdehem lirih sambil mengangguk. Gadis itu
last updateLast Updated : 2023-04-12
Read more

Part 29 Rencana

Brenda meringis menahan ngilu di kakinya. Gadis itu memegangi lengan Inno dengan erat. Inno menunduk mengamati kaki Brenda. Dari jarak yang begitu dekat, Brenda bisa mencium wangi maskulin dari tubuh laki-laki tampan itu.Sejenak, Brenda memejamkan mata. Hatinya berdetak lebih cepat, apalagi Inno juga memegang bahunya berusaha membantu Brenda berjalan."Ah, sakit banget."Inno langsung menghentikan langkah. Dia kembali menunduk menatap ke arah kaki Brenda yang memerah.Laki-laki itu menatap Brenda dengan ragu. "Kak, mobilnya di mana?" tanyanya sambil menoleh kanan kiri."Di depan, No. Nggak apa-apa, kalau kamu buru-buru. Aku bisa sendiri," jawab Brenda lirih. Inno tidak menanggapi. Hatinya dilema. Dia merasa bersalah pada Amelia yang baru beberapa menit yang lalu memperingatkannya untuk tidak berdekatan dengan Brenda. Namun, membiarkan Brenda jalan sendirian ke mobil, sama saja dirinya menjadi laki-laki pengecut. Jarak mobil Brenda lumayan jauh. "Kak, aku antar ke rumah sakit. Mobil
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

Part 30 Kejutan

Irfan menyunggingkan senyum satu sudut. Pemuda tanggung itu memasukkan sebelah telapak tangan ke saku celana putih abu-abunya. sedangkan sebelahnya lagi memegang dahi kakaknya."Apaan, sih, nggak sopan!" sentak Amelia sambil menepis tangan sang adik."Yaelah, cuma ngecek doang, Mbak. Kirain panas dingin, ngebet ke Jakarta lagi," ejek Irfan tanpa beban.Amelia mencibir dan meninggalkan adiknya dengan hati dongkol. Irfan mensejajarkan diri di samping sang kakak. Dia memang punya kebiasaan jahil suka menggoda kakaknya itu."Kan, benar aku bilang juga apa. Jungkir balik beneran kan, jatuh cinta sama Mas Inno.""Hiiih, bisa diam, nggak!" Amelia kembali berkata ketus. Rasanya ingin sekali mengusap wajah cengengesan adiknya dengan bulu bambu. "Mau nggak antar aku ke bandara?" tanya Amelia lagi masih dengan nada ketus.Irfan mengangguk pelan. "Iya, mau, tapi nggak gratis, Mbak," ucapnya tanpa beban."Perhitungan banget sih, ke bandara doang. Mobil juga Abah yang beli bukan kamu.""He he he."
last updateLast Updated : 2023-04-14
Read more

Part 31 Drama Ikat Rambut

"Aisyah, ganggu saja, ada orang lagi enak-enak," ucap Inno sambil tertawa lirih. Amelia ikut tertawa, dia menatap sayu pada sang suami yang memperlakukannya dengan lembut dan hati-hati. Selanjutnya, hanya suara telivisi yang menyatu dengan desahan lirih mereka di kamar tersebut."Mas, aku belum makan, lapar," ucap Amelia manja sambil memeluk tubuh Inno yang berbaring di sampingnya.Inno mengusap dan merapikan rambut sang istri yang berantakan. Laki-laki itu menunduk, kemudian mencium bibir Amelia singkat."Ya, sudah, ayo makan.""Nggak mandi dulu?" tanya Amelia sembari bangkit dan menyambar handuk untuk membalut tubuh polosnya."Mandi dulu kalau di dalam ada ulangan gimana?" goda Inno.Amelia mencibir. Dia tidak ingin menanggapi ucapan sang suami yang seperti tengah mengejar target. Inno tertawa kecil melihat wajah cemberut menggemaskan istrinya. "Besok kamu temani aku kondangan," ucap Inno sambil mengulurkan sendok ke bibir istrinya. Amelia mengangguk. "Nanti sebelum pulang, kita k
last updateLast Updated : 2023-04-15
Read more

Part 32 Keputusan Inno

"Ini Kak, ikat rambutnya," ucap Amelia sambil memberikan benda tersebut. Dengan gerakan kaku, Brenda mengambilnya."Maaf, ya, Mbak. Aku nggak tahu kalau jatuh, habisnya ngerasain kaki sakit banget," terangnya.Amelia mengangguk samar. "Nggak apa-apa, Mas Inno sudah jelasin, kok," jawabnya.Tak ingin berlama-lama berinteraksi dengan wanita itu, Amelia bergegas menuju car port. Brenda meremas tali rambut dalam genggamannya. Dalam hati dia mengumpat berkali-kali. Dia tidak menyangka jika Amelia kembali lagi secepat ini."Kalau masih belum sehat benar, ya nggak usah maksain ngajar, Nak," ucap Bu Rini.Bu Rini bisa merasakan jika Brenda nyaman berada di rumah ini, apalagi jika ada Inno. Wanita paruh baya itu menarik napas pelan. Dia juga tidak ingin anak dan menantunya itu ada percekcokan. "Sudah baikan kok, Tante. Hanya terkilir," jawab Brenda sambil nyengir.Selama dua jam mengajar Aisyah, pikiran Brenda kembali melayang ke arah Inno. Entah mengapa, gadis itu begitu terobsesi pada Inno,
last updateLast Updated : 2023-04-17
Read more

Part 33 Ikhlas

"Hei, what happened?" tanya Matteo sembari menatap intens pada Amelia.Amelia menggeleng pelan, kemudian mengusap pipinya cepat. Dia menunduk sambil menggenggam kuat handphonenya. Matteo mengikuti pergerakan tangan wanita itu dan mengambil pelan benda tersebut."Kakek tidak pernah menyarankan kamu menikah secepat ini, Inno. Jadi, terima konsekuensinya! Kami sudah mengingatkan berkali-kali, selesaikan dulu studi dan pekerjaanmu. Kamu keras kepala!"Matteo menatap Amelia dengan tatapan penuh arti kemudian tersenyum. "You misunderstand. Actually that's not how it happened. We received you with open arms, but there was indeed an agreement between Inno and Grandpa not to take you to Italy at this time. You'll find out later, Amelia," ucap lelaki itu pelan.Amelia mengangguk dan menangkupkan telapak tangan di depan dadanya. "Ya, i know," jawabnya singkat, kemudian meninggalkan depan kamar tempat Kakek Inno menginap.Pemandangan laut pantai selatan memang begitu memukau dengan ombaknya yang
last updateLast Updated : 2023-04-18
Read more

Part 34 Menguak Rahasia

"Amelia, Amelia! Kamu kenapa?" Amelia tak menjawab. Dia malah meninggalkan Inno keluar kamar. Inno mengekor dan sampailah di taman samping rumah. Inno mengambil tempat duduk di samping Amelia.Amelia melirik kesal pada Inno sembari menarik napas kasar. "Ngapain ikut? Memang booking perempuan gitu nggak bayar, ya?" tanyanya ketus.Inno menggaruk pelipis dengan alis naik sebelah. "Namanya booking ya, bayar lah. Yang nggak bayar itu kalau sama pacar, gratis. Sama istri juga gratis tapi enaknya dobel-dobel." Inno menjawab jujur walaupun dia tidak pernah merasakan berhubungan dengan selain istrinya.Laki-laki itu ingin terlihat mengerti di hadapan sang istri, tanpa disadari bahwa itu blunder baginya. Mendengar jawaban Inno, Amelia semakin jengkel. Dia memukul lengan atas Inno berkali-kali."Lha, lha, aku kan jawab jujur, kenapa ngamuk?" Inno memegang lengan Amelia sambil tertawa. Amelia menatap ke arahnya dengan tatapan tajam kemudian kedua matanya terpejam. Sedetik kemudian, setetes air
last updateLast Updated : 2023-04-19
Read more

Part 35 Anak

"Bernardo, bukankah dia polisi yang pernah menangani kasus penyelundupan kokain itu? Lalu, apa motifnya dia diduga terlibat kecelakaan tersebut?" Inno meremas kertas tersebut menjadi tak berbentuk. Kedua tangannya terkepal kuat. Rahangnya mengeras, mengingat peristiwa sekitar 11 tahun yang lalu."Madre, kenapa Papa tidur terus di dalam situ? Aku ingin lihat Papa! Aku ingin mengajak Papa bermain pesawat. Kenapa Papa bohongi Inno?" teriak Inno kecil. Tangan mungilnya bergerak-gerak berusaha membuka peti mati yang tertutup rapat. Inno hanya bisa menangis histeris ketika peti mati itu diturunkan ke liang lahat. Tubuh kecilnya terus meronta dalam gendongan Zamal Abdel, suami Claudio Morelli. Bu Rini mematung tak menghiraukan tangisan Inno kecil karena dia sendiri masih syok. Bahkan, wanita itu sempat pingsan ketika peti mati suaminya ditimbun tanah.Kalau boleh jujur, setiap mengingat peristiwa itu, Inno belum bisa merelakan kepergian papanya. Semakin dirinya tumbuh dewasa, rasa kehilang
last updateLast Updated : 2023-04-23
Read more

Part 36 Sardinia

Amelia terdiam. Dia mengusap-usap matanya yang berembun. Di layar handphone, Inno menatapnya sembari menunggu jawaban."Kenapa nggak jawab, Amelia? Seandainya aku yang nggak subur, apa kamu nggak mau nerima itu? Apa tujuan pernikahan kita hanya karena ingin punya anak saja?" ulangnya.Amelia menggeleng tegas. Dia mengerucutkan bibirnya. Inno menarik napas pelan. Jujur, dia juga takut jika dirinya yang ditakdirkan mandul, lalu Amelia pergi darinya."Syukurlah. Jadi, nggak ada alasan untuk ngomongin hal ini. Kalau ada orang tanya sudah hamil belum? Tinggal jawab. Jangan sedih gini. Aneh malahan kalau aku di sini, terus kamu hamil.""Nauzubillah min dzalik! Memangnya, aku perempuan apa an? Enak saja!" sahut Amelia tidak terima.Inno terkekeh pelan. "Aku nggak nuduh juga nggak berharap. Eh, nanti kalau aku libur kamu minta dibelikan apa? Mau tas, sepatu, atau..." rayunya.Amelia menyahut cepat, "Nggak! Aku minta Mas cepat selesaikan kuliah biar kita nggak berpisah lagi." Dia menatap suamin
last updateLast Updated : 2023-04-24
Read more

Part 37 Michelle Daniel

Indonesia. Nama yang sangat tidak asing bagi laki-laki muda tersebut. Ada kenangan perih tak tergambarkan jika mengingat nama negara tersebut. Kedua tangannya mencengkram erat setir mobil."Jadi, dia tinggal di Indonesia? Apa ini hanya kebetulan saja?" gumamnya lagi. Informasi biodata singkat tentang Inno sangat mengejutkan dirinya. Laki-laki itu mengira, Marcio Morelli hanya memiliki satu cucu laki-laki, yakni Matteo Morelli. Tidak disangka jika keberadaan Marvinno Morelli justru sangat vital berada di dalam keluarga kaya raya itu. Dia baru menyadari jika Marvinno adalah putera mahkota pemilik warisan kekayaan dari Agosto Morelli.Laki-laki muda dengan dandanan elegan itu kembali menyunggingkan senyum misterius. Indonesia. Sekali lagi, dia menggumamkan nama tersebut sembari menyusun rencana. *Kisah laki-laki ini sudah selesai di TEROR BUNGA TASBIH HITAM season 1, di sini cuma aku tulis sedikit saja. Yang mengikuti season 1 pasti tahu, dia siapa. Sedih dan kasihan pokoknya.*😕*Ven
last updateLast Updated : 2023-04-25
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
22
DMCA.com Protection Status