Usai kejadian masak-masak itu, bude Sri semakin benci terhadapku, setiap bertemu, dia enggan menyapa. Biarlah, aku nggak papa, masih banyak orang yang ramah kepadaku. "Rum, besok ibu mau pulang. Ibu naik trepel aja, ya." Ibu melipat baju yang telah kering. "Lho, kok pake trepel, Bu? Biar dianterin Mas Rahman aja lah!" Aku juga melipat baju ini. "Kasihan Rahman, Rum. Dia capek. Kerja dikebun, ngarit untuk pakan wedus, udah ibu naik trepel aja." Ibu menatapku serius. Aku yakin, pasti Mas Rahman juga nggak akan ngijinin ibu pulang naik trepel. "Diantar Mas Rahman aja, ya, Bu. Aku lebih percaya ibu dianterin Mas Rahman. Kalo naik trepel biasanya lama, Bu. Ngetem dulu cari penumpang. Kalo pake motor 'kan lebih cepet. Berangkat pagi, jam sembilan udah nyampe rumah Ibu." Kubujuk Ibuku ini. "Ya wes, Ibu manut aja." Ibu mengusap tanganku. "Rum, kamu disini, yang baik sama tetangga, kamu jauh dari bapak sama ibu, Nduk. Orang seperti Bu Sri, jangan diambil pusing. Dimana pun ada orang mode
Last Updated : 2024-10-29 Read more