Acara syukuran sepasaran bayi Tiara dan Hadi selesai, aku pamit pulang. "Rum, ini tolong bawakan kue untuk Tio. Ibu kok kelingan Tio," ucap ibu mertuaku saat aku berkemas untuk pulang. "Walah, Bu, Bu! Ngapain sih inget bocah itu? Orang tuanya aja nggak mudeng, kok!" seloroh Hadi, nada bicaranya kesal. Wajah ibu nampak guratan sedihnya. "Le, biar gimanapun juga, Tio cucu Ibu, Nak. Biarlah orangtuanya nggak mbeneh sama kita, tapi ... ibu yakin, hati Tio itu masih bisa dibimbing." Mata ibu mulai berkaca-kaca. Kuhela napas kasar. Hem, ibu benar! Tio hatinya masih bisa dibimbing, beda sekali dengan ibu bapaknya itu. "Ya, Rum, tolong ini kasihkan Tio." Ibu memohon. Tentu saja aku nggak kuasa menolaknya. "Ya, Bu! Nanti, ini ku kasihkan Tio." Aku tersenyum. Setelah semuanya siap, aku pamit pulang. "Nang, jaga istrimu baik-baik. Kalo ada apa-apa, kabari Mbak, ya! Jangan sungkan." Aku tersenyum sambil menggendong jagoan kecil ini, Raka namanya. "Raka, nggak boleh nakal, ya! Bude pulang
Terakhir Diperbarui : 2024-10-29 Baca selengkapnya