"Mas kalo sampe nginep, sampean telpon aja Bu Aisyah, bilang kita masih ngurus Tio. Nanti, takut Bu Aisyah nungguin uang nimbang karet. Besok 'kan jadwal nimbang karet punya sodara Bu Aisyah." Sebenarnya malas sekali berurusan dengan semua ini. Tapi, kalau bukan aku dan Mas Rahman yang ngalah, kasihan Tio. Pengen protes, dengan semuanya, tapi ... hatiku pilu melihat derita Tio didepan mata ini. Entahlah Mbak Meri benar-benar depresi, tertekan, atau memang mau lepas tangan. Heran deh, sayang banget sama uang. Kalau memang harus keluar duit, ya gimana lagi. Apa ini namanya karma? "Dik, kamu kenapa, kok diem gitu?" Mas Rahman membuyarkan lamunanku. "Eh, em, enggak, Mas. Nggak papa. Aku mikirin pemulihan Tio ini berapa lama, ya? Kasihan kalo lama. Sekolah Tio gimana?" Kutoleh Tio yang masih meringis menahan sakit. "Kalo nggak parah, biasanya penyembuhan itu cepat, dua bulan bisa pulih. Tapi, terapi beberapa kali urut sih, Mbak." Pak Imam menyahut. "Em, biayanya berapa ya, Pak Imam?"
Huling Na-update : 2024-10-29 Magbasa pa