Home / Rumah Tangga / VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU / Chapter 521 - Chapter 530

All Chapters of VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Chapter 521 - Chapter 530

614 Chapters

BAB 522. Siapa yang masuk kamar?

Assalamualaikum selamat pagi semua ... 🌸🌸🌸 POV KAYLA. “Kay, kamu dari mana dan itu apa?” tanya kakak iparku, Siwi, istri Bang Romi anak nomor dua emak mertuaku. Rupanya dia teliti juga melihat map coklat yang aku bawa dan juga kepo. Untuk apa dia berdiam diri di rumah mertuaku? Biasanya ke sini hanya kalau weekend saja dan itu pun numpang makan doang. Ada ke dua anak-anaknya juga apa mereka berniat menginap di sini. Bisa gagal rencanaku kalau sampai mereka ada di sini. Aku tidak bisa menunggu terlalu lama untuk menjalankan misiku karena semakin lama menunggu akan semakin susah mengendalikannya. Ada koper juga di ujung ruang tamu, duh, ini orang ya, bisaan banget cari muka di sini. Dia sudah tahu emak mertuaku membaik makanya buru-buru ke sini biar dikata dia menantu berbakti dan sayang mertua. “Ini dokumen penting, Kak. Biasalah untuk keperluan klinik,” jawabku berbohong. Meski, kami sama-sama menantu di rumah ini, tapi aku tidak mau kalau dia tahu urusanku di sini. Kak Siwi t
last updateLast Updated : 2022-11-28
Read more

BAB 523. Aku yang disalahkan.

POV kayla. Kalau tidak, Bang Dafa atau Risa sudah tahu ini dan aku tidak mau kalau mereka makin banyak pertanyaan. Bisa gagal semuanya. Semoga saja benar aku yang sudah lupa. Gegas aku buka lemariku dan kucek semuanya. Berantakan sekali baju-baju ini, tapi tidak ada yang hilang. Perhiasanku aman, dokumen-dokumen penting pun aman. Hanya ijazah dan surat izin klinik saja si, tapi ini aman di tempatnya. Lalu siapa yang mengacak-acak lemariku? Di sini memang tidak ada uang aku simpan, tapi ada perhiasan satu set lengkap kalau itu maling pasti ini dibawa kabur. Risa! Atau Kak Siwi? Kulihat ke pintu kuncinya pun aman tidak ada tanda-tanda dirusak berarti dia masuk kamarku dengan leluasa. Siapa yang punya kunci kamarku lagi selain aku? Apa Bang Dafa? Tapi untuk apa? Kalau iya, untuk apa Bang Dafa melakukan ini? Apa dia curiga padaku? Tunggu dulu aku harus mengecek semua sela di kamarku ini jangan sampai aku meninggalkan jejak yang mengarah dan menjadikanku tersangka. Kututup kembali pin
last updateLast Updated : 2022-11-28
Read more

BAB 524. Ulah siapa?

POV Kayla. Kumatikan telepon dan segera mengnonaktifkannya. Malas aku kalau disuruh-suruh begini. Azan Maghrib sudah berkumandang aku yakin Kak Siwi sudah selesai proses masak rendangnya tinggal nunggu matangnya saja. Setelah ini aku akan ke sana. Surat rumah ini tidak bisa aku simpan di sini. Rasanya tidak aman. Aku akan pulang ke rumah ibuku untuk menyimpannya. Ini saja kamarku sudah diacak-acak entah oleh siapa kalau sampai ini ditemukan orang lain pasti akan terjadi keributan. Emak kan, bikin sertifikat ini anak-anaknya tidak ada yang tahu. “Kay! Kayla!” Nah, kan, baru saja beres salat sudah ada yang manggil lagi sampai gedor-gedor jendela kamarku. Aku abaikan saja dan lebih baik nyantai di kamar. Rebahan dan menyusun rencana esok hari. “Kayla! Duh, ke manalah itu orang perginya. Lampu rumah tidak dihidupkan sudah seperti gudang saja. Mana aku sendirian lagi di rumah emak. Benar-benar itu anak ngerjain aku banget!” gerutu Kak Siwi. Rupanya dia takut. Dasar sudah emak-emak
last updateLast Updated : 2022-11-28
Read more

BAB 525. Ternyata Bang Romi.

POV Kayla. Hufft sesak sekali rasanya dada ini jika ingat semuanya. Aku sudah berusaha menghapus jejak itu dari otak dan hatiku, tapi hingga kini aku tidak berhasil. Aku yang lumpuh karena perbuatan juragan yang tidak lain bapak mertuaku sendiri dan di depan mata kepalaku pula ke dua orang tuaku dibantai habis-habisan. Jika itu terjadi pada hidup orang lain pasti mereka tidak akan bisa berdiri tegak sampai dewasa seperti aku. Nenek bilang, perang itu menang kalah jadi abu dan arang, tapi entah kenapa pokoknya aku harus membalaskan rasa sakit hatiku. Aku harus bisa membuat juragan paham bahwa yang namanya perbuatan baik buruknya pasti akan ada balasannya. Jika menunggu azab dari Tuhan terlalu lama baginya. Bayangkan saja sudah 20 tahun lebih dia tetap bisa hidup dengan bebas dan juga enak. Sedang aku tersiksa lahir batin. Kalau tidak aku balas, anak keturunannya bisa-bisa mewarisi perbuatannya. Uang memang bukan segalanya, tapi dengan uang segalanya bisa dibeli dan itulah yang terj
last updateLast Updated : 2022-11-28
Read more

BAB 526. Ketakutan.

POV Kayla. “Siapa mereka, Mak?” tanyaku sok polos. “Ka—mu beneran dapat foto ini dari tumpukan baju, Mak?” Aku mengangguk. “Ini, siapa Mak, kok, sepertinya Emak kaget gitu? Apa saudara Emak?” “O, i—ni, Emak tidak tahu, Kay. Kenapa bisa ada di lemari baju, Mak?” kata Mak lagi. Bola matanya tidak fokus, tangannya gemetaran. Kusentuh tangan tua yang sedang tremor itu. Dingin karena berkeringat. Hem, emak baru Kutunjukkan foto ini saja sudah seperti melihat malaikat pencabut nyawa. Apalagi kalau sampai tahu bahwa bocah perempuan di foto itu adalah aku. Mungkin akan langsung terkena serangan jantung. “Nanti aku tanyakan pada Bapak, ya, Mak?” Mak langsung menggeleng. “Ja—ngan, Kay. Itu barangkali foto saudara adik iparnya Emak yang tertinggal. Emak ingat dulu dia pernah cari-cari foto, tapi tidak ketemu,” jawab Mak ketakutan. “Tapi, Mak, coba lihat deh, ada tulisannya di balik foto ini.” Emak hendak merebut foto di tanganku, tapi kalah cepat denganku yang menarik foto itu. “A—pa b
last updateLast Updated : 2022-11-28
Read more

BAB 527. Cerita Mbak Fatki.

POV Susanti 🌸🌸🌸 Kemarin pagi sampai rumah aku langsung disambut haru oleh orang tuaku dan juga adik-adikku. Kemarin aku diantar anak buah Mas Fawas. Aku belum bertemu keluarga Mas Fawas karena mereka pun sangat panik melihat keadaan Mas Fawas. Alhamdulillah aku sampai rumah dengan selamat. Meski di jalan aku bertengkar lagi dengan Mas Fawas, heran lagi sekarat kok, masih ingat sama aku ya, aku marahin lagi dia. Kutabok mulutnya. Eh, herannya kok, anak buahnya Mas Fawas tidak ada yang melerai saat kami ribut hanya si Roy saja yang ikut-ikutan membela Mas Fawas. Tapi, aku puas juga bisa mukul Roy sampai jontor bibirnya. Biar dia tahu rasa biar tidak selalu ikut campur urusan orang lain. "Assalamualaikum ... Susantiku yang baik hati." Kubaca selembar surat yang ada di meja kamarku. Hem, manis sekali pembukaannya, sepertinya bau-bau tidak enak nih, dasar Mbak Fatki ... tinggal bilang langsung saja pakai surat-surat segala. "Jika surat ini sudah berada di tanganmu itu berarti a
last updateLast Updated : 2022-11-29
Read more

BAB 528. Dapat iPhone.

POV Susanti. Oo, jadi mereka tahu aku nyuruh-nyuruh Mas Fawas? Eh, tapi apa ini tidak merusak imageku, ya? Apalagi aku sudah melukai Mas Fawas sampai berdarah. Duh, bagian ini tahu atau tidak, ya? Susah juga ternyata hidup dalam lingkaran Sultan, dalam keadaan apa pun diawasi seperti ada kamera hidup. Akan tetapi jujur aku pun sangat puas bisa mengerjai Mas Fawas. Sebenarnya aku melakukan itu pun karena tidak disengaja. Mungkin kalau aku tidak haid, aku tidak menyuruh Mas Fawas seperti itu. Memang, ya, segala sesuatu pasti ada hikmahnya. Aku haid hikmahnya bisa jadiin Mas Fawas sang Sultan Mega Property sebagai anak buahku sementara waktu. Benar kata Mbak Fatki ternyata aku ini hebat. Prestasi membanggakan sebagai asisten dia. “Kamu tahu Susanti, bahkan keluarga Mas Fawas pun tidak menyangkanya. Mereka sangat heran pada kelakuan kamu. Setelah mengirimkan video kamu sedang makan mie instan, aku langsung menulis surat ini untuk kamu karena kami harus segera berangkat. Susanti, bukalah
last updateLast Updated : 2022-11-29
Read more

BAB 529. Bahagia.

POV Susanti. Emak ini enggak ngerti banget anaknya sedang bahagia. Baru juga pulang dari diculik sudah dimarah-marah begitu. Aku jadi curiga kalau aku ini bukan anak kandung emak, deh! Eh, tapi kok, aku mirip banget sama emak. Sama-sama pesek dan juga cantik. “Eyalah, ini bocah gendeng! Dibilangin baik-baik kok, malah senyum-senyum tidak jelas begitu! Apa kamu kesambet jin alas itu! Jangan buat Makmu ini khawatir Susanti! Kamu masih gadis, masih muda, kalau sampai kamu kesambet jin alas itu bisa hilang harapan Makmu ini pindah dari rumah ini ke rumah kita yang bagus nanti!” seru emak. Diusap-usapnya wajahku pakai tangan emak yang kasar itu. Ya, ampun emak takut kehilangan anak gara-gara takut tidak jadi pindahan ke rumah yang baru. Jahat sekali! “Mak, ih, apaan sih, jahat banget! Masa takut kita enggak bisa pindah! Emak enggak sayang sama aku, ya? Jangan-jangan firsatku benar kalau aku ini bukan anak kandung Emak?” kataku kesal. Kutepis tangan emak agar menjauh dari wajahku yang s
last updateLast Updated : 2022-11-29
Read more

BAB 530. Kesal dengan Fawas.

POV Susanti. “Mak, terima kasih, ya, sudah jadi ibu terbaik di dunia ini untukku. Aku sayang Emak.” “Emak juga sayang kamu, Nak. Sudah sana mandi. Tadi Mbak Wulan telepon Emak katanya mau jemput kamu.” “Loh, kok, memang Mbak Wulan tahu nomor HP Emak?” tanyaku heran. Aku sebenarnya malas kalau berurusan dengan Mas Fawas lagi. Pasti itu orang bakalan menyusahkan. “Ya, tahu, waktu kamu kemarin disandera itu keluarga Mbak Wulan ke sini dan minta nomor HP Emak. Sering telepon Emak juga kasih semangat ke Emak dan meyakinkan Emak bahwa kamu baik-baik saja. Mereka juga minta maaf sama Emak. Itu sembako satu ruangan kamar adikmu ya, dari keluarga Mbak Wulan. Alhamdulillah rezeki, San. Jadi uang kita bisa untuk bayar angsuran rumahmu.” Kupeluk emak lagi. Ya, Allah ... bahkan mereka peduli pada keluargaku sampai ngasih sembako seperti mau buka warung. “Kapan Mbak Wulan teleponnya, Mak?” “Tadi ini belum lama. Mak langsung nyamperin kamu ke kamar. Eh, kamu lagi loncat-loncat.” “Kata Emak, a
last updateLast Updated : 2022-11-29
Read more

BAB 531. Takut dijodohkan.

POV Susanti. “Eh, iya, anu itu Bu Hajjah. Badanku rasanya ngerememeh sakit semua. Bayangkan saja aku harus keliling hutan cari pelepah pisang busuk plus cari air untuk ngompres itu yang lagi menghadap ke tembok!” jawabku jujur campur kesal. Seketika semua orang langsung melihat ke arah Mas Fawas. Mbak Wulan cekikikan ditaboknya pantat Mas Fawas sampai dia teriak kesakitan. “Woi, ada tamu itu yang sopan! Malah dipantatin!” ucap Mbak Wulan. Mas Fawas langsung menghadap ke arah kami. “Mana tamu?” tanyanya. “Lah, itu Mbak Susanti,” jawab Mbak Wulan. “Dia bukan tamu, tapi biang kerok!” jawab Mas Fawas. Andai saja ini bukan daerah kekuasaannya sudah kutabok mulut dia pakai kerupuk kemplang yang kubawa ini. “Fawas! Tidak boleh begitu! Susanti ini berjasa dalam hidupmu, dia loh, sudah berusaha menyelamatkan kamu!” bentak Bu Hajjah. “Emang dasar itu Mas Fawas menyebalkan. Air susu dibalas air tuba. Bu Hajjah dulu ngidam apa sih, pas hamil dia! Kok, amit-amit jabang kodok kelakuannya,
last updateLast Updated : 2022-11-29
Read more
PREV
1
...
5152535455
...
62
DMCA.com Protection Status