Home / Rumah Tangga / VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU / Chapter 531 - Chapter 540

All Chapters of VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Chapter 531 - Chapter 540

614 Chapters

BAB 532. Mungkinkah kakakku minder?

Assalamualaikum selamat pagi semuanya .... Hari ini double up lagi, ya?Bagi yang belum follow akunku yuk, bantu follow biar aku semakin semangat lagi. Follow YouTube dan tik tokku juga, ya? Kencana Ungu.Well happy reading everyone 💕🌸🌸🌸Aku bergegas menyiapkan keperluan yang akan kubawa, juga keperluan suamiku. Tak henti aku melebarkan senyum bahagia, hendak bulan madu ke negara yang aku impikan. Paris, adalah City of Love. Aku tahu itu dari baca majalah. Ibu kota Perancis itu sangat terkenal dengan keromantisan. Juga pusat mode dunia, maka kota itu menjadi dambaan para wisatawan termasuk suamiku. Kalau aku sih, hanya ikut saja apa kata suami. Kata Mas Fais biar aku tahu mode yang sedang menjadi tren di sana. Itu dia lakukan karena aku seorang penjahit. Mas Fais ingin aku menjadi penjahit dan disigner profesional. Rencananya nanti aku akan sekolah itu."Senang tidak kamu, Dinda?""Tentu, Mas, terima kasih, ya?" Kupeluk suamiku. Dielus kepalaku dengan sangat lembut dan penuh
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more

BAB 533. Firasat ibu.

“Tetap saja Mas, aku khawatir.”“Sudah jangan khawatir begitu aku tidak mau nanti di sana kamu malah pikirannya ke mana-mana. Kita telepon Tupai saja.” Aku setuju. Pasti dia akan kasih informasi yang tepat akurat.Aku sejujurnya lebih khawatir kalau Susanti diapa-pain oleh anak buahnya Mas Fawas. Sekuat-kuatnya Susanti berontak dia itu seorang wanita pasti tenaganya akan kalah dari para lelaki.“Dinda, ini Tupai kirim video.”Kulihat Video itu ternyata Susanti sedang lari bersama Mas Fawas dan Roy di belakang mereka yang menarik perhatian kami adalah Susanti menggandeng tangan Mas Fawas. Sampai Mas Fais melirik padaku seolah dia pun tidak percaya dengan apa yang kami lihat.“Gokil, memang Susanti. Dia pasti dikejar orang-orang tadi yang datang,” ujar Mas Fais.“Aman, Mas?”“Insya Allah aman, Dinda. Kan, ada Tupai dan Elang. Mereka bisa diandalkan,” ucap Mas Fais meyakinkan. Aku mengangguk setuju. Semoga saja setelah ini Susanti bisa dibawa pulang oleh mereka pasti Susanti
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more

BAB 534. Sampai Paris.

“Serahkan semuanya sama Allah ya, Bu. Kita doakan anak-anak kita selamat sampai tujuan dan bisa berkumpul dengan kita lagi. Mereka ini kan, mau senang-senang, jadi Ibu jangan khawatir begitu,” sahut mamah mertuaku.“Iya, benar, Bu. Apa yang dibilang Mamah. Sudah ah, aku pamit ya, Bu.” Ibu mengangguk lemah. Sorot matanya beda. Duh, aku jadi cemas juga. Takut pesawat yang kutumpangi meledak, eh! Astagfirullah. Tidak-tidak aku harus berpikir yang bagus-bagus.Setelah kami pamit pada semua keluarga, kami berangkat ke bandara. Kami dua jam lebih cepat datang ke bandara karena boarding pass kami jam 10.00 wib.Hatiku sangat bahagia tiada terkira, tak hentinya aku mengucap syukur. Seketika rasa cemasku tadi sirna. Dalam perjalanan terus saja mengucapkan terima kasih pada suamiku karena sudah mengajakku untuk pergi honeymoon sejauh ini. Bermimpi pun aku tidak berani, tapi sekarang aku pergi ke sana.“Mas, terima kasih banyak,” ucapku. Mas Fais menatapku penuh cinta. Diciumnya tanganku berkal
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more

BAB 535. Ibu khawatir.

Notifikasi panggilan di ponselku berbunyi. Ops, mengganggu saja!"Assalamu'alaikum," sapa salam diujung telpon."Waalaikumsalam, Ibu." Aku menjawab salam ibu."Sudah sampai, Nak?""Sudah, Bu, satu jam yang lalu. Alhamdulillah.”"Alhamdulillah, kok, tidak mengabari Ibu?” rajuk ibu.“Em, ini baru saja niatnya mau telepon Ibu. Eh, Ibu sudah telepon duluan. Aku dan Mas Fais sedang melihat keindahan kota Paris dari kamar kami, Bu.” jawabku berasalan. Duh, maaf ya, Bu. Aku berbohong. Tadi mau kabari ibu, tapi terpesona dengan kecantikan kota Paris dari atas sini.“Iya, tidak apa-apa istirahat ya, jangan lupa salatnya.”"Iya, Ibu juga jaga kesehatan, ya?”“Iya, Nak, pasti itu. Assalamu’alaikum ....”“Wa’alaikumsalam, Bu.”Klik, sambungan telepon terputus. Kurebahkan badan ke atas kasur empuk di hotel. Lalu diikuti oleh suamiku. Kami saling pandang, Mas Fais meraih tanganku. Ia meremas jemariku hangat, kembali dia dekatkan wajahnya hendak menciumku."Aku pengen lihat menara Eifel, Mas," renge
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more

BAB 536. Indah sekali.

“Ogah! Sudah bosan ke sana, Mas. Kita mau ke Norwegia yang tidak ada malamnya biar puas mainnya,” jawab Zahra.“Sudah ah, berangkat kasih kami keponakan lucu, Dik. Sudah ya, kita mau cus! Dah, bawel!” Mas Fais langsung menutup telepon.“Mas, enggak sopan, loh!” rajukku.Aku telepon kembali Mamah mertuaku.“Mah, maaf ya, itu Mas Fais iseng!” kataku tak enak.“Santai aja, Nak. Ya, sudah kalau mau jalan-jalan. Keburu siang. Di sana masih pagi, kan?” Aku megangguk.“Asslamu’alaikum, Mah, salam untuk ibuku dan yang lainnya, ya?”“Iya, Nak. Wa’alaikumsalam ....” Kututup telepon dan siap jalan-jalan ke menara Eiffel.“Mas, ayok, berangkat kok, malah belum siap, sih?”“Nanti saja, aku mau jalan di sini dulu berdua dengan kamu.”Aku dan Mas Fais mengurungkan pergi keluar karena di luar pun sedang turun salju, meski tidak deras.Waktu merangkak naik dengan cepatnya seolah diburu angin yang tiada berjeda.Ting!Ponselku kembali berdering. Lagi-lagi nomor asing. Aku senang membukanya karena berh
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more

BAB 537. Ganteng sekali.

POV Susanti.🌸🌸🌸Astoge, kol, brokoli, tempe! Ini Bu Hajjah bisa-bisanya mau ta’arufin aku. Perhatian banget ya, beliau.Aku mencoba tersenyum, meski sebenarnya aku bingung. Kata emak hadapi semuanya dengan senyuman. Oke, awal mula aku harus senyum dulu.“Bagaimana, Nak, mau?” tanya beliau lagi.“Ta’aruf itu kan, yang mau nikah itu ya, Bu Hajjah?” tanyaku lagi. Sebenarnya aku tahu sih, cuma bingung mau nanggepinnya gimana.“Bukan! Ta’aruf itu campuran teh sama sama susu! Gitu aja pura-pura tidak tahu!” sahut Mas Fawas. Ya, elah, itu mulut nyahut segala. Padahal aku enggak tanya sama dia.“Kalau tidak ditanya jangan sok bijak jawab deh, Mas. Mana jawabanmu salah pula. Sudah sana kamu ngomong saja sama tembok!” jawabku kesal.“Iya, Susanti. Kamu, mau?” sela Bu Hajjah.“Calon suaminya siapa?” tanyaku sumringah.Bu Hajjah Halimah melirik ke arah Mas Fawas. Duh, kok, sepertinya jawabannya bakalan enggak enak, nih. Aku tidak sudi kalau dijodohkan dengan Mas Fawas, meski dia sultan, tapi
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more

BAB 538. Ada kekurangan di balik kesempurnaan.

Oh, jadi namanya Ilham. Kalau ada Mbak Fatki pasti aku sudah jingkrak-jingkrak dan meluk dia, tapi berhubung ini bukan circleku, jadi aku sok jaim. Meski, sebenarnya hatiku senang sekali. Bagaimana tidak, cowok ini adalah laki-laki yang aku lihat di acara pernikahan Mbak Fatki di kampung. Sepupunya Mas Fais. Ganteng banget dan mirip opa-opa Korea.“Aku yang tidak pede Mbak, biasanya cowok ganteng begitu seleranya tinggi sudah begitu yang berada juga. Apalah aku ini hanya remahan rengginang saja tidak punya apa-apa,” jawabku seelegan mungkin. Aku tidak mau terbawa suasana. Meski, jujur aku pun bahagia dijodohkan dengan anak sultan, tapi aku sadar tidak mau berharap lebih.“Mending sama aku aja sudah pasti kan, itu Ilham perjaka tua!” celetuk Mas Fawas. Lagi-lagi dia sambil makan kerupuk kemplang tadi yang dilemparkannya padaku.“Apa!” Aku dan Mbak Wulan teriak bersamaan. Mbak Wulan tertawa terbahak-bahak begitu juga Bu Hajjah. Sedang aku ingin sekali jitak kepalanya.“Kamu skip dulu, M
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more

BAB 539. Bertengkar dengan Mas Fawas.

POV Susanti.“Aku ikut boleh?” pintaku.“Kamu bukan anak-anak. Kamu tante-tante. Dilarang ikut!” sahut Mas Fawas lagi. Emang dasar dia ini biang kerok!“Boleh, kalau mau ikut, ayok!” jawab Mbak Wulan.“Aku ke toilet dulu ya, Mbak. Mau pipis.” “Jangan lama-lama ya, Tante!” seru Jingga. Aku segera masuk kamar mandi dan menuntaskan hajatku.Ya, ampun ini kamar mandi bagus sekali! Dulu aku pas dirawat di rumah sakit kamar mandinya tidak seperti ini. Kami menggunakannya bersama-sama sudah gitu bau pesing. Kamar mandi ini seperti kamar mandi hotel tempat aku menginap waktu nikahan Mbak Fatki.Memang ya, beda kelas beda juga fasilitas. Enaknya jadi orang kaya sakit pun masih bisa hidup enak. Kalau kayak aku sakit masih mikirin bagaimana bisa makan untuk besok jadi cepat sembuh.Klek!Begitu kubuka pintu dan keluar ternyata semua sudah pergi tinggal Mas Fawas sendiri yang sedang main HP.“Mas, kok, mereka tiggalin aku, sih?” protesku.“Gimana tidak ditinggal. Kamu di kamar mandinya lama bang
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more

BAB 540. Kuhajar Mas Fawas.

POV Susanti. Aku duduk di sofa melihat acara TV yang makin hari makin enggak jelas menurutku.Trk!Tek!Kepalaku dilempari kulit kacang oleh Mas Fawas. Ini orang cari perhatian banget pokoknya aku tidak akan mau menoleh ke arahnya. Jual mahal, dong!Ya, Allah, mana kulit kacangnya berantakan gini di lantai. Pasti nanti aku yang disalahkan oleh Mbak Wulan.“Ha ha ha ....”Tiba-tiba Mas Fawas tertawa terbahak-bahak.“Kesambet jin rumah sakit ini kamu, Mas?” “Sembarangan kalau ngomong. Lihat itu lucu banget!” tunjuk Mas Fawas ke arah TV.Eh, iya, benar juga. Lucu! Film Tom and Jerry. Acara favorit aku dari zaman SD dulu. Ternyata masih ada. Aku tadi asal pencet pindah channel sih, enggak tahunya nemu tayangan zaman kecil.“Hehh, kamu ngapain di sini! Awas sana-sana!” Usir Mas Fawas.Astagfirullah iya, juga, kenapa aku tiba-tiba sudah duduk di samping Mas Fawas sambil makan kacang kulit. Duh, keasyikan nonton jadi lupa daratan.“Jangan cari kesempatan dalam kesempitan ya, San. Mentang-
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more

BAB 541. Kritis.

POV Susanti. “Assalamu’alaikum ....” Suara Biru dan Jingga memekakan telinga. Mereka datang tepat saat aku sudah melepaskan jambakanku.“Ya, Allah ... berantakan sekali. Pasti ini ulah Papah. Ya, kan?” ujar Jingga, Mas Fawas mengangguk.“Papah, ih, jorok, deh!” gerutu Jingga. Dia memunguti kulit kacang yang berserakan.“Kebangetan kamu, Mas. Kan, bisa di masukan ke plastik kulitnya ini jangan karena sakit jadi seenak sendiri!” omel Wulan. Mas Fawas diam saja. Dia berkali-kali mengerjapkan matanya. Haduh, jangan-jangan dia beneran kesakitan. Gawat, nih!“Mbak Susanti kenapa diam saja? Kamu kenapa? Apa kakakku ini buat masalah padamu?” tanya Mbak Wulan. Aku mengangguk. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa sedih sekali rasanya mengingat ucapan Mas Fawas tadi.“Huuwaa!” Aku menangis sejadi-jadinya sampai mereka semua bingung.“Mbak, kenapa nangis gitu! Mas Fawas, kamu apain dia!” teriak Mbak Wulan. Dia pasti cemas sekali.“Tante kenapa? Apanya yang sakit sini biar Biru obatin!” ucap Biru. A
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more
PREV
1
...
5253545556
...
62
DMCA.com Protection Status