Semua Bab VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Bab 511 - Bab 520

614 Bab

BAB 512. Mami germo.

Assalamualaikum selamat pagi semuanya Alhamdulillah Fatki sudah tayang lagi. Follow akunku, yuk! Jangan lupa komen dan likenya, ya? Well, happy reading everyone 💕 🌸🌸🌸 POV Fawas. “Aaa!” teriak Roy. “Cih, teriakan kamu itu mirip kucing kecemplung got!” sindir Susanti. Herannya dia masih santai menyantap mi rebusnya. Tak lama kemudian terdengar suara teriakan di luar saling bersahutan. Pasti itu Fais dan anak buahnya sudah sampai sini. “Roy! Amankan sandera!” titahku padanya. “Sanderanya mana, Mas?” tanya Roy. B*go memang dia itu. “Aku sanderanya, mau apa kamu!” bentak Susanti pada Roy. Letoi dibentak gitu aja langsung melempem. Baru saja kami hendak lari pintu sudah berhasil didobrak duluan. “Mami!” teriak Roy. Ya, Tuhan, aku kira Fais. Ternyata gengnya Roy. Mau apa mereka ke sini. Bikin orang jantungan saja. Anak buahku apa tumbang dibasmi anak buah Mami germo? Susanti Tetap santai dengan mie rebusnya, dia bahkan pindah posisi duduknya di sofa depan. “Mami, ada apa k
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-26
Baca selengkapnya

BAB 513. Susanti oh Susanti.

POV Fawas. “Baiklah kalau kamu kupinta baik-baik tidak mau memberi maka aku akan memintanya dengan kekerasan," jawabnya seraya menghembuskan asap rokoknya pada Susanti. Aku sungguh tidak mengerti jalan pikiran cewek absurd di depanku ini kenapa Susanti bisa sesantai ini? Padahal kami semua dalam keadaan genting bahkan bisa jadi terjadi baku hantam diantara kami. Dia malah asik menghabiskan mi rebusnya. Ya, Tuhan, apa dia tidak merasa takut atau merasa kepo pada kami? Kenapa dia diam saja? Bahkan terkesan seperti tidak ada orang lain di sini. “Eh, Ibu gendut! Kamu mau cepat-cepat dibacakan Surat Yasin sama dikirimin surat al-fatihah oleh orang-orang yang ada di sekitar kamu?" tanya Susanti pada mami germo. “Kamu siapa enggak usah ikut campur!" jawab mami, dia melihat Susanti dari atas sampai bawah lalu tersenyum senang. Aku tahu apa yang di otak Mami. Dia pasti melihat ladang emas di depannya. Aku tidak akan pernah biarkan dia membawa Susanti. Enak saja dia sanderaku jangan coba-c
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-26
Baca selengkapnya

BAB 514. Kabur.

Kulihat dia berjalan keluar. Aku dan Roy sudah dipegang kuat oleh anak buah germo itu Kalau sudah begini aku tidak bisa melawan mereka yang jumlahnya lebih banyak dariku lagi pula ini salahku karena sudah menyuruh anak buahku pergi dari sini dan menjaga perbatasan untuk memata-matai anak buah Fais. Berontak pun percuma karena badan anak buah germo itu lebih kekar dariku. Apalagi Roy, tidak bisa diandalkan. Manusia satu itu benar-benar menyusahkanku gara-gara dia si germo sialan ini tahu tempatku. “Susanti lari!" teriakku pada Santi yang masih berada di dapur. Aku yakin dia pasti akan bisa lolos karena Dia gadis yang cerdas. Tidak ada sahutan anak buah Mami germo pun tidak menemukan keberadaan Susanti. “Aaaa!” Terdengar teriakan dari arah depan buru-buru anak buah mami germo menyeret kami ke sumber suara. Ternyata itu ulah Susanti dia berhasil melumpuhkan si gendut itu aku bahkan takjub dengan tingkahnya Bagaimana tidak Susanti memukul kepala Mami gemuk menggunakan mangkok mie re
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-26
Baca selengkapnya

BAB 515. Sedikit terharu.

“HP-ku lowbat, Dan. Aku tadi tidak sempat mengisi baterainya,” jawabku. Hening, hanya terdengar suara hewan nocturnal. “Kalian ini ya, benar-benar tidak ada otak sudah dibilang suruh salat malah diam di tempat!” Entah kenapa justru sekarang aku menikmati omelan Susanti. “Aku belum mandi junub,” jawab Roy. “Apa! Gila kamu, junub sama siapa kamu? Om-om apa tante-tante? Kamu itu bukan hanya mandi junub, tapi juga mandi taubat, salat taubat. Ih, kesel banget aku ketemu sama mahkluk seperti kamu! Rasanya ingin kuenyahkan saja kamu dari muka bumi ini. Bawa si*l aja! Kalau kamu tadi enggak ke rumah Mas Fawas pasti si gendut sama anak buahnya itu tidak datang dan aku pasti sudah kembali ke rumahku. Resek emang kamu itu!” omel Susanti lagi. Roy diam saja. Dia pasti takut mau membalas omelan Susanti. “Ayo, Mas, kita pergi dari sini sebelum bahaya menghampiri kita. Kamu, gendong Mas Fawas!” “Aku gendong Mas Fawas?” “Iyalah, siapa lagi? Kamu kan, laki-laki. Sudah sana cepat!” titah Susanti
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-26
Baca selengkapnya

BAB 516. Keterlaluan.

POV Fawas E, buset ini perempuan tidak ikhlas sekali menolongku. Aku tarik lagi ucapanku yang merasa terharu padanya. “Kamu tunggu di sini ya, Mas, jangan ke mana-mana itu ada pohon pisang di depan aku mau ke sana ambil batang pohon pisang yang busuk untuk mengurangi demam kamu. Roy, ayo, bantu aku!” “Aa, iya! Ya, ampun jangan sakiti aku gitu napa, kok, aku jadi berasa ikut emak tiri,” protes Roy. Aku yakin Susanti memukulnya lagi. “Cepat, enggak usah banyak omong!” bentak Susanti. Kudengar langkah kaki mereka yang menjauh, tapi masih terdengar suara mereka berdua. Itu artinya memang mereka tidak jauh dari sini. “Bagaimana caranya, aku takut ada hantu poci, buruan!” teriak Roy. Dasar tulang lunak! “Ambil kayu, itu cepat!” pinta Susanti. “Terus, iya digorok-gorok begitu, sampai putus!” ucap Susanti lagi. “Aa, capek aku! Tenagaku tidak kuat!” “Harus bisa! Kamu itu laki, mau kutonjok mukamu!” Ancam Susanti. Jangan pingsan, jangan drop, ayolah, aku pasti bisa! “Mas, Mas, kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-26
Baca selengkapnya

BAB 517. Menyebalkan.

🌸🌸🌸 POV Susanti. Aku kesal kenapa Mbak Fatki dan Mas Fais tidak mencariku. Apa aku tidak berharga bagi mereka? Padahal aku membayangkan penyelamatan seperti yang Mas Fais lakukan ke Mbak Fatki waktu diculik dulu. Diselamatkan pakai helikopter gitu. Ini Borobudur pakai helikopter, pakai sepeda motor saja pun tidak. Huh, dasar nasib jadi asisten ya, begini. Apa iya, tidak ada yang merasa kehilangan aku? Sudah lebih dari 24 jam aku diculik Mas Fawas, tapi tidak ada tanda-tanda penyelamatan sama sekali. Kukira kemarin itu terjadi baku tembak antara anak buah Mas Fais dan Mas Fawas, tidak tahunya gerombolan germo yang nyariin si tulang lunak Roy. Ish, sial banget hidupku! Si tulang lunak ngapain juga ke sini segala. Heran dia bisa tahu keberadaan Mas Fawas seperti ada magnetnya tersendiri datang ke sini tanpa diundang dan pas banget tempatnya tanpa meleset seinci pun. Padahal aku butuh waktu lama untuk baca g****e map bahkan bisa nyasar kok, ini si tulang lunak tepat sasaran. Hu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-27
Baca selengkapnya

BAB 518. Drop.

POV Susanti. Benar juga sih, kenapa juga ya, aku lari? Ah, penyesalan memang selalu datang terlambat. Aku jadi yang disalahkan gara-gara ngajak mereka lari. “Santi! Cari jalan yang benar awas kamu kalau salah jalan lagi. Aku lelah dan perlu istirahat kalau tidak aku bisa drop!” bentak Mas Fawas. Oh, my God! Benar juga, Mas Fawas bisa drop. Dia kan, berbeda. Kenapa aku baru ingat sekarang? Kalau sampai terjadi sesuatu pada dia, aku bisa disalahkan. Bisa-bisa aku berakhir di penjara. Dia itu kan, sultan. Duh, apa yang dia mau pasti terkabul dan ini sangat tidak menguntungkan bagiku. “Kayaknya dia bisu, Mas, kesambet jin hutan ini. Masa dia jadi diam begitu enggak mau jawab pertanyaan kamu. Padahal tadi dia ngoceh terus!” ujar Roy lagi. Benar-benar ya, itu mulut sudah melebihi kapasitasnya alias lebih parah dari mulut perempuan. Perasaanku tadi aku hanya lari lurus tanpa belok-belok, tapi kenapa kembalinya susah sekali, ya? Malah nyasar begini. “Aku lelah, Mas, aku harus istirahat,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-27
Baca selengkapnya

BAB 519. Makin parah.

POV Susanti. Duh, gamis mahalku. Kamu terpaksa aku korbankan. Semoga saja aku bisa beli lagi yang lebih bagus. Aku tidak bisa mengandalkan Mas Fawas karena kuyakin dia akan koit. Eh, astaghfirullah! Mas Fawas melototiku, terserah saja aku tidak takut. Sekali sepak dia pasti k.o kan, masih sakit. “Mas, lemah banget sih, kamu jadi orang masa dikit-dikit sakit!” kataku lagi. “Kamu tidak paham sakitku makanya bilang seperti itu. Aku pun tidak mau punya kelainan bawaan seperti ini. Tuhan memang tidak adil pada hidupku,” jawabnya. Eh, malah curhat dia. “Bukan Tuhan yang tidak adil, Mas, tapi kamunya yang tidak pandai bersyukur. Kamu tahu di luar sana banyak orang lebih menderita dari kamu, tapi mereka kuat, tidak seperti kamu ini. Lemah!” kataku kesal. “Au, aw! Pelan-pelan, dong! Ini sakit! Kamu enggak ikhlas banget sih, bantu aku!” protesnya. “Enggak ikhlas gimana! Gamisku saja sampai aku sobek mana mahal begini!” jawabku tak kalah kesal. Lalu kulap lagi jidat dia, ketiak dia, dan ju
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-27
Baca selengkapnya

BAB 520. Siapa yang buat ulah, siapa pula yang menyesal?

POV Susanti. “Mas, beneran kamu serasa tidak punya tulang?” tanyaku serius. Mas Fawas mengangguk lemah. “Coba lihat Mas, tanganmu gerakan begini,” pintaku seraya mempraktikkan gerakan tangan ke atas dan ke bawah. Mas Fawas menggeleng lemah. “Duuuh, Mas. Jangan buat aku panik dong, jangan innalilahi waInnailaihiroji’uun dulu,” kataku lagi. Aku segera memindahkan posisi Mas Fawas yang tadinya dia rebahan aku suruh sandaran di pohon entah apa ini di belakang kami agar Mas Fawas leluasa mengambil nafas. “Mas, sabar ya, bertahan ya, sampai kita pulang ke rumah kamu. Setelah itu terserah deh, kamu mau innalilahi kek, mau koma kek, tidak apa-apa yang penting jangan di sini,” kataku lagi. Kali ini Mas Fawas tersenyum simpul. Nah, kalau senyum gitu kan, enak dilihat jadi tidak seseram tadi. “Mas, apa ada permintaan terakhir? Nanti aku sampaikan ke keluargamu,” tanyaku lagi. “Ada,” jawabnya lemah. “Apa, Mas? Katakan saja aku akan sampaikan ke keluargamu.” “Membunuhmu! Kamu sudah bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-27
Baca selengkapnya

BAB 521. Ditemukan.

POV Susanti. “Jelaslah berisik dan hanya iblis yang bilang berisik kalau dinasihati.” “Kamu katakan aku iblis?” tanya Mas Fawas tak terima. “Situ merasa? Baguslah, jadi aku tidak perlu lagi menjelaskan!” jawabku telak. Mas Fawas mendengus kesal. “Nih, ya, Mas, meski aku hanya tukang jahit yang kerja sama orang, tapi aku tahu hukumnya orang berbelok itu seperti apa jadinya. Dosa dan kena azab. Kaum Nabi Luth saja dihujani batu, buminya dibalik sampai nimpa mereka dan mati di tempat kok, kamu mau mengulang sejarah kelam itu? Mikir, dong! Kamu itu punya anak, punya pewaris tahta kalau anak-anak kamu tahu kelakuan kamu belok arah, mereka pasti malu dan tidak mau lagi anggap kamu bapak. Kamu mau begitu? Dijauhi anak-anakmu? Terus kamu kena azab seperti umatnya Nabi Luth? Mau, Mas! Kalau mau lanjutkan saja!” “Kok, kamu bawel banget sih, sudah seperti emak-emak kompleks saja. Berisik! Kalau enggak mau diam juga aku pukul kepalamu pakai ini!” Mas Fawas menunjuk ke arah kakinya yang dibalu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5051525354
...
62
DMCA.com Protection Status