“Ha ha ... baru begitu saja kamu, sudah ketakutan. Apa kamu lupa bagaimana takutnya kami dulu? Kini saatnya pembalasan. Tunggulah kematianmu,” ucap abangku lagi. “Heh, kamu siapa! Tidak usah macam-macam, ya! Pasti kamu salah sasaran, salah sambung! Aku peringatkan, ya, jangan coba-coba untuk mengganggu emak mertuaku lagi!” teriakku pura-pura membela emak. Kumatikan telepon tepat saat Suster datang. “Ada apa, Mbak?” tanyanya. “Selang infus Emak mertuaku lepas Sus, tolong dibenerin,” pintaku. “Loh, kok, bisa begini?” Aku menggeleng tidak tahu. Sebenarnya aku pun bisa memasangkannya sendiri, tapi aku tidak lakukan itu. Aku tidak sudi membantu nenek peyot ini lagi. “Nah, sudah aman. Bu, tolong ya, selang infusnya jangan dilepas lagi. Ini berbahaya apalagi kalau sampai tidak ketahuan begini.” Emak mengangguk. Telepon kembali berdering. Emak melarang ku mengangkatnyabahkan emak sampai melempar bantal ke arahku. “Mak, kok, marahnya padaku, sih? Aku ini kan, sedang berusaha melindungi
Terakhir Diperbarui : 2022-11-23 Baca selengkapnya