Home / Rumah Tangga / VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU / Chapter 551 - Chapter 560

All Chapters of VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Chapter 551 - Chapter 560

614 Chapters

BAB 552. Hatiku panas.

“Kok, Mbak Wulan tertawa? Benar kan, Mbak?” tanya Susanti.“Iya, benar. Makanya Mas, kamu itu jadi orang lurus-lurus aja jadi enggak begini ceritanya.”“Sudah lurus itu kok, Mbak. Kan, sudah rindu istrinya. Biar si Roy juga mental Mas. Dia harus dibumi hanguskan. Orang seperti itu jangan dikasih panggung.”“Benar itu. Aku pun kesal sekali dengan si Roy itu. Amit-amit jabang bayi masa dia nangisin Mas Fawas sudah kayak nangisin bininya. Lebai badai,” jawab Wulan.Ooh, si Roy ini. Pantas saja Susanti negatif thinking terus padaku. Memang benar-benar itu b*nci satu harus kukasih pelajaran.“Aku ikut Pah, aku juga rindu pada Mamah,” sahut Jingga.“Pasti dong, Sayang! Nanti kita ke makam Mamah sama-sama, ya?” jawabku.Kasihan putri kecilku dari dulu belum pernah merasakan belaian seorang ibu. Hampir saja itu terjadi, tapi Sintia berkhianat dan meninggal. Aku jadi berpikir apakah wanita-wanita yang dekat denganku akan berakhir tragis. Meisya dan Sintia meninggal aku takut juga kalau dikasih
last updateLast Updated : 2022-12-04
Read more

BAB 553. Bad mood.

Pov Fawas.“Beneran, Mas. Kita panggil dokter, ya?” sahut Wulan.“Tidak, Lan, aku baik-baik saja,” tolakku.“Hem, bete banget di sini. Aku mau keluarlah , mau jalan-jalan ke taman depan,” ujar Susanti, dia beranjak dari sofa.“Ayo, Mbak, aku temani kita ajak anak-anak,” jawab Ilham. Duh, mulai deh, dia ambil kesempatan.“Aku juga bete. Sudikah kalian membawaku jalan-jalan ke depan situ. Biar aku lihat matahari,” kataku memelas. Sebenarnya aku hanya tidak ingin Susanti dan Ilham hanya jalan berdua. Dosa juga, kan?“Ya, sudah ayo, sekalian kita ajak Mas Fawas!”Ilham mengambil kursi roda dibantu Wulan memindahkanku ke sana.“Aku tunggu sini saja. Aku mau salat duha dulu,” ujar Wulan.Ilham mendorong kursi rodaku dan dia berjalan beriringan dengan Susanti.“Mas Ilham, memang tidak kerja kok, pagi-pagi ke sini?” tanya Susanti.“Enggak, aku kan, sudah ada yang bantu, jadi bebas mau ke mana saja,” jawab Ilham. Ya, iyalah, bos. Mega Property pula.“Mbak Susanti sendiri apa tidak kerja kok, p
last updateLast Updated : 2022-12-04
Read more

BAB 554. Aku galau.

POV Fawas. Ponsel Susanti berdering. Dia langsung menjawabnya. “Assalamu’alaikum Susanti!” sapa seseorang yang suaranya sangat aku kenal. Ya, itu Video Call dari Fatki. “Wa’alaikumsalam ... Mbak, aku kangen!” jawab Susanti. Sama, San, aku pun rindu pada Fatki. “Aku juga. Kamu masih di rumah sakit, San?” “Iya, Mbak. Ini Mas Ilham dan ini Mas Fawas.” Susanti mengarahkan kamera pada kami berdua. Ilham melambaikan tangannya sementara aku diam saja. Di belakang Fatki ada Fais mereka masih mengenakan pakaian salat. “Jam berapa di sana, Mbak?” “Jam 4 subuh, San. Di sini dingin sekali karena sedang musim dingin.” “Wah, so sweet, deh! Jadi makin syahdu ya, Mbak. Duh, aku jadi pingin juga honey moon di sana,” jawab Susanti. “Hust! Ngomong apaan kamu itu, San!” Mereka tertawa perasaan tidak ada yang lucu.” “Jadi Qaismu yang mana, nih, kanan atau kiri?” tanya Fatki lagi. “Ih, apaan sih, Mbak, kok, bilangnya gitu?” rajuk Susanti. “Apaan sih, enggak penting banget!” Kurebut ponsel Susa
last updateLast Updated : 2022-12-04
Read more

BAB 555. Bingung.

POV Fawas 🌸🌸🌸K~uSewaktu aku bangun ada Susanti di sofa rupanya dia ada di sini kukira tadi sore dia langsung pulang. Mungkin dia kelelahan habis shopping seharian dengan Wulan. Sekarang sudah jam 7 malam. Apa Susanti tidak pulang kalau dicari orang tuanya gimana? Atau menunggu Wulan, tapi Wulan pun tidur di samping Susanti.Saat aku mau membangunkannya ibu datang bersama bulekku dan juga anaknya Ilham. Aku tiba-tiba saja kesal sekali dengan Ilham masa iya, dia mau dijodohkan dengan Susanti?Padahal Ilham baru pulang tadi sore kok, ini sudah datang lagi. Dasar enggak jelas.“Bu, apa mereka tidak salat? Kok enggak dibangunkan?” tanyaku. Eh, iya, aku baru ingat Susanti lagi M. Waktu itu aku kan, yang beli pembalutnya. Duh, sungguh memalukan! Jangan sampai keluargaku tahu mau ditaruh mana mukaku ini.“Wulan lagi tidak salat, Nak. Biar Ibu yang bangunkan mereka.”“Biar Susanti pulang naik taksi saja, Mah, kalau kita yang antar tidak enak nanti dikiranya kita terlalu gimana-giman
last updateLast Updated : 2022-12-04
Read more

BAB 556. Memberi tahu orang tua.

Assalamualaikum selamat pagi semuanya semoga sehat dan bahagia selalu. Bantu follow akunku, ya?Happy reading 💕🌸🌸🌸POV Susanti."Mak, masih marahkah sama bapak?” tanyaku pada emak yang sedang asyik nonton TV sementara bapak duduk di ruang tamu. Semenjak dapat sembako satu kamar dari Bu Hajjah aku minta pada emak untuk tidak bekerja cuci gosok lagi kasihan emak sudah belasan tahun menjalani profesi itu apalagi ditambah uang semalam dari Mas Fawas itu sudah lebih dari cuku untuk bekal kami bayar angsuran rumah baruku. Belum mulai sih, baru ACC.“Kenapa emangnya? Kamu belum menikah jadi belum tahu bagaimana rasanya lihat laki sendiri bermesraan dengan perempuan lain apa lagi perempuan itu janda genit,” jawab emak.Duh, emak ini lebai, deh! Padahal bapak itu tidak bermesraan orang aku lihat sendiri, kok.“Mak, kasihan bapak kalau Mak cemberut begitu terus. Nanti bisa menghambat rezeki. Kan, kalau istri ridho rezeki suami lancar,” kataku lagi. Semoga saja aku tidak salah omongan.“T
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more

BAB 557. Setuju.

POV Susanti. Cup!“Cium sajalah, Bapak enggak tega nyubit emak,” ucap bapak. Pipi emak langsung merah jambu, tuh, kan, emak ge-er padahal sudah menikah bertahun-tahun juga.“Ah, Bapak bisa aja, deh!” jawab emak malu-malu.“Gimana Mak, nyata enggak ciuman bapak?” selaku sebelum terjadi drama di antara ke duanya lagi.“Nyata, ini pipi Mak bau jigong bapakmu. Eh, tapi, ini bukan akal bulusmu untuk mendamaikan Emak dan bapak kan, San? Itu bukan foto artis, kan?” tanya emak penuh selidik, tapi aku senang ini berhasil membuat ke dua orang tuaku baikan lagi. Sumpah enggak enak banget kalau mereka berdua bertengkar.“Bukanlah, Mak. Ini lihat yang kirim Mbak Wulan.” Orang tuaku ber’oh ria.“Orang mana, San, ini gimana ceritanya kok, dia mau nikahin kamu? Apa kamu genit-genit dengan dia?”“Apaan sih, Mak, enggak banget, deh! Jadi Mak, dia itu dijodohkan denganku atas rekomendasi dari keluarga Mas Fawas dan Mas Fais. Em, tapi itu, Mak ....” Bagian ini aku sulit sekali mengatakannya pada emak pe
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more

BAB 558. Fawas datang.

POV Susanti. “Pasti itu, Mak. Kan, memang itu wajib ada dalam proses ta’aruf.”“Kalau jadi apa akan perkenalan di rumah ini, Nak. Apa tidak di rumah baru saja?”“Tidak, Mak, menurut Bapak di sini saja biar mereka tahu kondisi kita sebenarnya. Bapak tidak mau ada yang ditutup-tutupi. Kita adanya begini kalau mau Alhamdulillah dan kalau pun tidak mau ya, tidak apa-apa belum rezeki dan jodohnya Susanti,” sahut bapak dan aku setuju.“Em, ada lagi Mak, Pak. Aku dan Mas Ilham selisihnya 15 tahun. Dia sudah dewasa dan berkali-kali gagal menikah mungkin karena kekurangannya itu jadi dia gagal punya istri, makanya keluarga besar mereka berinisiatif menjodohkanku dengan dia.”“Tidak apa-apa. Malahan bisa momong kamu yang sering enggak jelas begitu. Umur tidak jadi penghalang, Nak, kalau kata Allah berjodoh ya, jodoh,” jawab emak.“Siapa tadi namanya, Nak, itu tunarungu bawaan lahir atau gimana?” tanya bapak.“Ilham, Pak. Katanya sih, kecelakaan waktu kecil, tapi aku tidak tanya detailnya. Eng
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more

BAB 559. Fawas membuntuti Susanti.

POV Susanti. “Aku balikin ya, Mas, bunganya?”“Ya, jangan, dong? Sudahlah aku sibuk. Aku mau siap -siap hari ini mau jemput Biru dan Jingga.”“Tunggu dulu! Memang Mas Fawas sudah pulang?”“Sudah tadi pagi.”“Pagi kapan, Mas? Ini masih pagi aku saja belum mandi.”“Heh, Markonah ini sudah siang, sudah hampir jam 11 siang. Jorok banget jadi cewek. Kalau Ilham tahu pasti dia langsung ilfil. Dia itu tidak suka dengan perempuan jorok.”Kulirik jam di atas meja belajarku. Benar saja sudah siang. Perasaan tadi aku ngobrol dengan emak masih jam 9 pagi. Kok, cepat sekali waktu ini berlalu.“Silakan saja sana bilang, Mas. Aku tidak peduli. Kalau memang mau sama aku ya, Mas Ilham bakalan terima aku apa adanya.”“Hem!”“Mas, jangan repot-repot kirim bunga segala ya, aku enggak enak sama yang lain.”“Hem. Ya, sudah ya, San. Aku sibuk!” Tuutt!Yah, mati, padahal aku belum bilang terima kasih. Pasti ini mahal. Bunganya bagus banget sudah gitu wangi sekali.Kubuka Mbah Google untuk menanyakan apa mak
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more

BAB 560. Keputusanku.

POV Susanti. “Mas, kamu dari mana sih, kok, bisa-bisanya ada di sini? Kamu ngikutin aku, ya?” tebakku.“Kurang kerjaan ngikutin kamu. Noh, lihat di luar ada Wulan dan ibu. Mereka habis transaksi kerjaan. Aku bete di rumah, jadi ikut saja. Kebetulan toko ini buka ya, dari pada aku nunggu di mobil lebih baik aku masuk saja.”“Oo, kirain kamu ngikutin aku. Anak-anak mana Mas, katanya kamu tadi jemput mereka?”“Itukan tadi, Santi. Mereka sama pengasuhnyalah. Ngapain kamu di situ sudah seperti satpam saja.” Aku memang tidak masuk ke dalam dan memilih duduk di pintu. Takut terjadi sesuatu karena kami hanya berdua.“Ooh, aku tahu pasti kamu berpikir aku akan aneh-aneh kan, sama kamu? Tenang saja, San. Aku tidak bernafsu padamu. Badan kurus kering tepis macam teripleks begitu tidak ada bagus-bagusnya,” hina Mas Fawas. Aku sedang mode kalem jadi malas ribut.“Mas, bisa diam enggak sih, mulut kamu itu. Kamu enggak capek apa kalau ketemu aku ngajak ribut mulu! Aku di sini karena sedang nunggu g
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more

BAB 561. Perang dengan Risa.

POV Kayla.“Kay, Mak bilang, Bang Romi yang masuk rumah kita dan itu tahu dari kamu?” tanya Bang Dafa. Kami sedang makan malam bertiga. Saat ini kami sudah di rumah.“Iya, benar,” jawabku acuh. Aku malas sekali bicara dengan Bang Dafa apalagi Risa dari tadi bosi sekali semua-semuanya aku yang menyiapkan untung saja Kak Siwi sudah masak rendang kemarin.“Kamu yakin, Kay? Palingan kalian berdua ada itu—tu?” Risa menjeda ucapannya.“Apaan?” tanyaku lagi.“Ya, itulah, apalagi kamu kan, sudah lama tidak disentuh oleh Bang Dafa. Siapa tahu kan, kamu merindukan sentuhan lelaki,” jelas Risa.Bang Dafa menggebrak meja kuat sekali sementara Risa tersenyum sinis padaku.“Biasa saja, Bang. Ini meja makan banyak makanan di sini kalau kamu masih percaya ucapan murahan dari mulut busuknya Risa ya, terserah saja yang penting aku tidak begitu. Ada Emak dan Kak Siwi saksinya,” kataku santai. Risa melotot padaku.“Aku itu Bang, kalau mau berpaling dari kamu gampang. Mantan pacarku banyak dari masih sing
last updateLast Updated : 2022-12-06
Read more
PREV
1
...
5455565758
...
62
DMCA.com Protection Status