POV Susanti. “Wah, Susanti bakalan naik derajat, nih,” katanya lagi.Herannya aku biasa saja tidak ada niatan untuk membalas nyinyiran tetangga padahal biasanya aku tidak begini.“Subhanallah ... cantik sekali kamu, Mbak?” puji Mbak Wulan.“Iya, dong, hasil MUA profesional,” jawabku.“Hilih, begitu kok, cantik terus yang jelek seperti apa?” sahut Mas Fawas.“Seperti kamu!” jawabku dan Mbak Wulan kompak.“Sana, Mas, ih, kamu itu nimbrung saja sama perempuan. Kamu mau dekat-dekat Mbak Susanti terus, ya?” ledek Mbak Wulan.“Apaan, sih, enggak banget! Mau pindah ke mana lagi! Sudah tidak muat ini tempatnya di depan sudah penuh,” jawab Mas Fawas ketus.Iya, sih, benar juga. Di depan penuh. Orang Mas Ilham bawa rombongan banyak sih, aku kira hanya keluarga inti saja.“Ya, maklum saja rumah tipe SSS,” sahutku.“Enggak apa-apa Mbak. Dasar si, Mas Fawas aja mulutnya rombeng!” kata Mbak Wulan lagi.Ustaz yang dibawa keluarga Mas Ilham menjadi perantara proses ta’aruf ini.Banyak nasihat dari
Last Updated : 2022-12-07 Read more