POV Susanti. Cup!âCium sajalah, Bapak enggak tega nyubit emak,â ucap bapak. Pipi emak langsung merah jambu, tuh, kan, emak ge-er padahal sudah menikah bertahun-tahun juga.âAh, Bapak bisa aja, deh!â jawab emak malu-malu.âGimana Mak, nyata enggak ciuman bapak?â selaku sebelum terjadi drama di antara ke duanya lagi.âNyata, ini pipi Mak bau jigong bapakmu. Eh, tapi, ini bukan akal bulusmu untuk mendamaikan Emak dan bapak kan, San? Itu bukan foto artis, kan?â tanya emak penuh selidik, tapi aku senang ini berhasil membuat ke dua orang tuaku baikan lagi. Sumpah enggak enak banget kalau mereka berdua bertengkar.âBukanlah, Mak. Ini lihat yang kirim Mbak Wulan.â Orang tuaku berâoh ria.âOrang mana, San, ini gimana ceritanya kok, dia mau nikahin kamu? Apa kamu genit-genit dengan dia?ââApaan sih, Mak, enggak banget, deh! Jadi Mak, dia itu dijodohkan denganku atas rekomendasi dari keluarga Mas Fawas dan Mas Fais. Em, tapi itu, Mak ....â Bagian ini aku sulit sekali mengatakannya pada emak pe
POV Susanti. âPasti itu, Mak. Kan, memang itu wajib ada dalam proses taâaruf.ââKalau jadi apa akan perkenalan di rumah ini, Nak. Apa tidak di rumah baru saja?ââTidak, Mak, menurut Bapak di sini saja biar mereka tahu kondisi kita sebenarnya. Bapak tidak mau ada yang ditutup-tutupi. Kita adanya begini kalau mau Alhamdulillah dan kalau pun tidak mau ya, tidak apa-apa belum rezeki dan jodohnya Susanti,â sahut bapak dan aku setuju.âEm, ada lagi Mak, Pak. Aku dan Mas Ilham selisihnya 15 tahun. Dia sudah dewasa dan berkali-kali gagal menikah mungkin karena kekurangannya itu jadi dia gagal punya istri, makanya keluarga besar mereka berinisiatif menjodohkanku dengan dia.ââTidak apa-apa. Malahan bisa momong kamu yang sering enggak jelas begitu. Umur tidak jadi penghalang, Nak, kalau kata Allah berjodoh ya, jodoh,â jawab emak.âSiapa tadi namanya, Nak, itu tunarungu bawaan lahir atau gimana?â tanya bapak.âIlham, Pak. Katanya sih, kecelakaan waktu kecil, tapi aku tidak tanya detailnya. Eng
POV Susanti. âAku balikin ya, Mas, bunganya?ââYa, jangan, dong? Sudahlah aku sibuk. Aku mau siap -siap hari ini mau jemput Biru dan Jingga.ââTunggu dulu! Memang Mas Fawas sudah pulang?ââSudah tadi pagi.ââPagi kapan, Mas? Ini masih pagi aku saja belum mandi.ââHeh, Markonah ini sudah siang, sudah hampir jam 11 siang. Jorok banget jadi cewek. Kalau Ilham tahu pasti dia langsung ilfil. Dia itu tidak suka dengan perempuan jorok.âKulirik jam di atas meja belajarku. Benar saja sudah siang. Perasaan tadi aku ngobrol dengan emak masih jam 9 pagi. Kok, cepat sekali waktu ini berlalu.âSilakan saja sana bilang, Mas. Aku tidak peduli. Kalau memang mau sama aku ya, Mas Ilham bakalan terima aku apa adanya.ââHem!ââMas, jangan repot-repot kirim bunga segala ya, aku enggak enak sama yang lain.ââHem. Ya, sudah ya, San. Aku sibuk!â Tuutt!Yah, mati, padahal aku belum bilang terima kasih. Pasti ini mahal. Bunganya bagus banget sudah gitu wangi sekali.Kubuka Mbah Google untuk menanyakan apa mak
POV Susanti. âMas, kamu dari mana sih, kok, bisa-bisanya ada di sini? Kamu ngikutin aku, ya?â tebakku.âKurang kerjaan ngikutin kamu. Noh, lihat di luar ada Wulan dan ibu. Mereka habis transaksi kerjaan. Aku bete di rumah, jadi ikut saja. Kebetulan toko ini buka ya, dari pada aku nunggu di mobil lebih baik aku masuk saja.ââOo, kirain kamu ngikutin aku. Anak-anak mana Mas, katanya kamu tadi jemput mereka?ââItukan tadi, Santi. Mereka sama pengasuhnyalah. Ngapain kamu di situ sudah seperti satpam saja.â Aku memang tidak masuk ke dalam dan memilih duduk di pintu. Takut terjadi sesuatu karena kami hanya berdua.âOoh, aku tahu pasti kamu berpikir aku akan aneh-aneh kan, sama kamu? Tenang saja, San. Aku tidak bernafsu padamu. Badan kurus kering tepis macam teripleks begitu tidak ada bagus-bagusnya,â hina Mas Fawas. Aku sedang mode kalem jadi malas ribut.âMas, bisa diam enggak sih, mulut kamu itu. Kamu enggak capek apa kalau ketemu aku ngajak ribut mulu! Aku di sini karena sedang nunggu g
POV Kayla.âKay, Mak bilang, Bang Romi yang masuk rumah kita dan itu tahu dari kamu?â tanya Bang Dafa. Kami sedang makan malam bertiga. Saat ini kami sudah di rumah.âIya, benar,â jawabku acuh. Aku malas sekali bicara dengan Bang Dafa apalagi Risa dari tadi bosi sekali semua-semuanya aku yang menyiapkan untung saja Kak Siwi sudah masak rendang kemarin.âKamu yakin, Kay? Palingan kalian berdua ada ituâtu?â Risa menjeda ucapannya.âApaan?â tanyaku lagi.âYa, itulah, apalagi kamu kan, sudah lama tidak disentuh oleh Bang Dafa. Siapa tahu kan, kamu merindukan sentuhan lelaki,â jelas Risa.Bang Dafa menggebrak meja kuat sekali sementara Risa tersenyum sinis padaku.âBiasa saja, Bang. Ini meja makan banyak makanan di sini kalau kamu masih percaya ucapan murahan dari mulut busuknya Risa ya, terserah saja yang penting aku tidak begitu. Ada Emak dan Kak Siwi saksinya,â kataku santai. Risa melotot padaku.âAku itu Bang, kalau mau berpaling dari kamu gampang. Mantan pacarku banyak dari masih sing
POV Kayla. âKalau tidak mau cepat habiskan! Bukankah memang kamu sukanya sisaan? Apalagi ini sisaan kamu sendiri?ââKeterlaluan kamu ya, udik! Aku tidak sudi kamu suruh-suruh,â bantah Risa.âTerserah saja. Aku pun tidak memaksamu untuk mau. Semua pilihan ada padamu. Makan habiskan atau selamanya jangan sentuh makanan apa pun di rumah ini terutama jika aku yang masak dan beli.â Risa terlihat sekali marah dia mengepalkan telapak tangannya.âSayang, aku mandi dulu ya, aku tunggu kamu di kamar,â ucap Risa dan mengabaikanku.âTidak bisa! Bang Dafa sudah bersamamu tiga hari ini sekarang saatnya dia bersamaku dan kamu Bang, kalau kamu masih menuruti kemauan Risa, maka aku akan adukan ke emak. Biar emak kamu tambah sakit.ââMana bisa begitu? Bang Dafa ini milikku, jadi dia hanya boleh bersamaku,â sahut Risa.âTerserah saja asalkan kamu mau terima konsekuensinya.ââHalah, emak juga bakalan tahu kan, kami masih masa-masa pengantin baru. Kami harus kerja ekstra biar cepat dapat momongan,â ujar
POV Kayla. âOo, jadi Bang Romi menuduhku dan mengalihkan isu? Main serong dengan istri adiknya sendiri kok, bisa-bisanya ngomong ke mana-mana.â Risa tidak terima dituduh.âAku tidak menuduh. Kalau kamu merasa ya, baguslah. Sekarang kembalikan semuanya.ââGila kamu, Bang!â jawab Risa.âHeh, Ris! Suamiku itu tipe laki-laki setia tidak seperti Dafa. Lagi pula kalau mau dengan cewek ngapain juga sama ipar sendiri di luar sana banyak perempuan cantik dan single. Suamiku tidak doyan bekasan orang lain!â timpal Kak Siwi.âBenar yang dikatakan Siwi. Aku semata- mata mencurigai mereka berdua. Pasti salah satu dari mereka komplotan pencuri itu,â kata Bang Romi lagi.âBang, jangan bicara yang tidak-tidak. Istri-istriku ini bukan maling. Aku lebih tahu mereka. Sudahlah Bang, jangan mengarang cerita. Katakan saja sejujurnya ada apa Abang menyelinap masuk ke rumah kami?â sahut Bang Dafa, dia sudah mulai tersulut emosinya.âTidak ada hanya itu saja dan yang dibicarakan tadi di rumah sakit dengan b
POV Kayla. âTerima kasih, Suster.ââSama-sama, Mbak. Saya permisi.âKuhampiri Emak dan duduk tepat di sebelahnya. Kupegang ke dua pundak emak dan kutempelkan pipiku ke pipinya.âMak, lihatin apa kok, sampai nangis gitu?ââTidal lihat apa-apa, Kay. Emak hanya ingat sesuatu saja. Rasanya dada emak ini sakit sekali,â jawabnya.âCeritakan padaku, Mak. Biar hati Mak plong,â pintaku.Mak menatapku dalam-dalam. Matanya sendu aku tidak bisa menggambarkannya.âDulu, ada yang kerja sama Mak sudah seperti saudara sendiri dan Mak anggap adik, tapi ....â Mak sepertinya mau menceritakan keluargaku. Tiba-tiba saja ritme jantungku berdegup kencang.âDulu kapan, Mak?â tanyaku penasaran barang kali emak mau menceritakan tentang orang lain.âDulu 20 tahun yang lalu,â jawab Mak lirih, beliau mengusap air matanya.âMemang apa hubungannya dengan, Mak?ââDia sudah menghancurkan segalanya,â jawab Mak. Bibirnya gemetaran mengatakan itu.âMaâsud Mak, gimana?ââAh, sudah lupakan. Mak tidak bisa menceritakanny
POV Kayla. Setelah pemakaman bapak keluarga pun segera mengurus perempuan yang mengaku sebagai istri mudanya bapak. Ternyata perempuan itu tidak mengharapkan harta seperti yang dituduhkan Kak Siwi. Perempuan itu benar-benar tulus pada bapak.Mereka benar-benar ke sini untuk memberikan penghormatan terakhir. Melihat ketulusan itu bang Dafa dan Bang Romi mengakui anak remaja itu sebagai adiknya dan berjanji akan memberikan biaya pendidikan sampai jenjang tinggi.Emak jangan ditanya perempuan itu terus mengerang pasti emak tidak terima atas keputusan dua putranya bahkan tadi Emak sempat kejang.âAbang mau bicara dengamu, Kay. Ini serius! Ayo, ikut Abang. Aku yang masih duduk di atas sajadahku setelah salat ashar langsung mengikuti Bang Daffa untuk berkumpul di ruang tamu. Di sana sudah banyak berkumpul saudara-saudara Bang Dafa ada paman, Kak Siwi, Risa, dan banyak lagi, tapi tunggu dulu ada satu orang yang menarik perhatianku siapa dia aku seperti pernah melihatnya? Ya, kini aku ingat
POV Kayla. âKamu siapa? Kenapa kamu datang ke sini, hah?! Kami tidak punya keluarga seperti kamu dan kami tidak mengundang siapa pun yang tidak kami kenal. Cepat pergi!â usir Kak Siwi. Aku yakin sekali kalau Kak Siwi mengenali wanita itu âkan kemarin dia sudah melihatnya di ponselku sedangkan emak hanya meliriik saja. Emak terus saja menangis. Ah ... ini masih babak baru pasti setelah ini akan terjadi keributan besar.âCepat sana, pergi! Cepat! Kami tidak punya kerabat seperti kamu!â usir Kak Siwi lagi seraya mendorong-dorong tubuh wanita itu.âLepaskan Ibuku jangan kau sentuh Ibuku!â bela anak bujangnya. Wah ternyata punya nyali juga dia. Aku kira dia hanya anak ingusan yang sembunyi di ketiak ibunya ternyata dia jagoan yang berani membela ibunya dari terkaman harimau.âKamu siapa? Nggak usah ikut campur anak kecil! Cepetan sana pergi kalian! Pergi! Rumah ini tidak menerima orang yang tidak kami kenal!â Kak Siwi terus saja mengusir perempuan itu namun perempuan itu sama sekali tid
POV Kayla.âDasar pembunuh! Dialah pembunuh bapakku. Dialah pembunuh bapak kami! Dafa pokoknya jeblosin Kayla ke penjara aku. Pokoknya aku enggak mau tahu masukin dia ke penjara!â teriak Kak Siwi. Jari telunjuknya menudingku.Dia menuduhku membunuh bapak terserah saja âtoh aku tidak secara langsung membunuhnya. Aku hanya memberikan informasi akurat dan rahasia besarnya selama ini, jadi kalau bapak meninggal ya, itu sudah takdirnya bukan karena aku yang bunuh. Jadi, untuk apa aku takut aku santai saja menghadapi mereka bahkan kini aku duduk di sebelah emak yang terbaring lemah. Tatapannya penuh kebencian padaku. Ah ... terserah saja. Dibenci emak tidak akan pernah membuatku rugi yang penting dendamku terbalaskan.Sementara Bang Daffa sama sekali tidak menanggapi perkataan Kak Siwi. Begitu pun dengan Bang Romi. Mereka semua justru khusuk mendoakan Bapak.Entahlah kalau setelah acara pemakaman ini mungkin aku akan disidang, tapi ya, seperti yang aku katakan tadi aku sama sekali tidak t
POV Kayla. âWah ... so sweet sekali, tapi sayangnya itu basi dan sepertinya Mak sekarang nggak suka tuh sama kamu! Dari tatapannya Emak saja terlihat sangat marah. Andai Mak bisa ngomong pasti Emak sudah ngusir kamu dari sini, Kay!â kata Kak Siwi lagi. âKalau emang Emak nggak suka padaku baru-baru ini ya, telat dong! Karena aku sudah nggak suka sama emak sejak dahulu,â jawabku. Kak Siwi bengong.âDasar nggak waras! LAWANG!â umpat Kak Siwi.âKok, orang gila ngatain gila, sih!â kataku lagi.âDiam kamu, Kay! Kamu ngatain aku gila lagi akan kubuat kamu mampus gak bisa ngomong selamanya mulutmu itu!ââEnggak takut! Lakuin aja kalau bisa,â jawabku dengan senyuman sinis.Kulirik emak. Lagi-lagi emak hanya menggeleng saja. Jangankan basmi Kak Siwi, emak yang selama ini baik padaku pun bisa aku bikin diam alias stroke.âMak ... Mak kenapa seperti ketakutan gitu, sih? Padahal kan, aku sayang sama Emak dan juga Mak sayang sama aku. Tenang aja ya, aku bakal kasih sesuatu sama emak, tapi aku
POV Kayla. âHalo ... selamat pagi! Emak apa kabar? Eh ... ada Kak Siwi,â sapaku saat aku buka pintu lalu menghampiri emak.âEh ... perempuan kurang ajar mau apa kamu ke sini, hah! Kamu mau merayu emakku lagi biar kamu dapat tanah warisan atau kebun gitu, ya! Enggak cukup kamu ngambil rumah itu dari kami?â kata Kak Siwi. Dia menarik jilbabku sampai hampir terlepas bahkan jarumnya pun menusuk kulitku.âApa-apaan sih, Kak! Ngeselin banget lepas nggak!â protesku.âAku enggak akan lepas sampai kamu minta maaf sama aku dan kamu balikin rumah itu ke Emak lagi!â jawabnya.âOh ... iya? Yakin?â jawabku seraya kusikut perut Kak siwi kuat sekali.âAww sakit! Setan kamu, ya, Kayla!â jerit Ka Siwi. Dia memegangi perutnya sambil berjongkok.âDuh, maaf ya, Kak. Sengaja! Ha ha!â ucapku.âEmph! Emph!â Emak bersuara. Aku yakin dia sangat kesal padaku dan hendak mengumpatku, tapi karena Mak sudah kena stroke jadinya emak tidak bisa menyampaikan unek-uneknya.âKenapa, Mak? Mau ngomong apa? Kasihan b
POV Kayla. âOo ...ternyata pelakor! Orang elit dan berpendidikan tinggi pun bisa ya, jadi pelakor!ââDokter kok, pelakor! Cantik-cantik sukanya sama suami orang. Padahal dapat bujangan juga bisa!ââNamanya juga cinta tahi kucing pun rasa coklat!ââAmit-amit naâuzubillahminzalik dunia udah mau kiamat sampai-sampai pada rebutan suami.ââSekarang banyak perempuan muka badak, muka tembok! Enggak bisa berkaca diri terbawa hawa nafsu!ââIya, sudah gitu nyalahin istri sah lagi! Iih ... enggak malu banget!ââPelakor mana pada punya urat malu. Urat malunya udah putus!ââIya, betul! Menjijikan sekali lebih najis daripada kotoran hewan!ââIya, ngeri ya ... padahal karir mereka bagus loh, dokter! Ternyata enggak menjamin!ââJangan cuma nyalahin pelakornya, tapi lakinya juga. Mereka itu kan, sama-sama mau. Sama-sama gatal, sama-sama nggak punya kehormatan!ââPendidikan tinggi enggak menjamin orangnya pun bermoral tinggi!ââMakanya itu harus belajar adab juga.ââDokter Dafa bingung kali milih sal
POV Kayla. âKurang ajar kamu, ya, Kayla!â Risa tidak terima mendengar ucapanku. Dia menyerangku, tapi aku buru-buru melepaskan sepatuku lalu kupukulkan ke bahunya! Bugh! Bugh!Tepat sasaran. Risa mengaduh kesakitan. Dia bermaksud menarik jilbabku, tapi aku sudah lebih dulu menjambak rambutnya.âAww! Sakit-sakit! Lepaskan!â teriak Risa sampai suster yang kebetulan melintas berlarian untuk melerai kami.âMbak, lepas, Mbak! Kasihan Dokter Risa. Udah lepas! Mbak, tidak tahu dia siapa?! Tolong lepas!â seru para suster.âRasain kamu! Mampus kamu, Risa! Sekali lagi kamu bikin masalah sama aku bukan hanya rambutmu yang aku jambak, tapi kepalamu aku lepaskan dari tubuhmu! Memang kamu kira aku takut sama kamu? Rasain ini dokter gila,â makiku pada Risa.âKamu itu yang gila buktinya kamu yang menyerangku!â Risa masih saja playing victim.âOoh ... gitu! Ini gimana? Sakit tidak!â kutarik bulu mata palsu Risa biar dia tahu rasa.âAww saaaaakkkiit mataku! Bulu mataku! Dasar kamu gila Kayla!â teri
POV Kayla. âKayla, tolong panggil suster untuk membantuku!â pinta Bang Daffa.âMales, iiih! Abang panggilan aja sendiri itu kan, ada tombol di atas kepala Bapak. Tinggal pencet aja sih, kenapa pakai nyuruh-nyuruh aku segala!â tolakku sinis.âAstaghfirullahaladzim ... Kayla ini darurat ya, Allah!â pekik Bang Dafa. Dia terlihat bingung dengan sikapku lalu tanpa pikir panjang dia memencet bel yang ada di atas kepala bapak berkali-kali.âNah ... gitu bisa kan, pencet bel sendiri! Kenapa pakai nyuruh-nyuruh aku segala?!â seruku.âKayla, cepat bantu sini! Tolong ini!â pinta Bang Dafa lagi tanpa menoleh ke arahku. Dia memang terlihat sibuk sekali.âApaan sih, Bang, males lah! Aku mau keluar. Aku malas bertemu Abang. Orang Bapak 'tuh cuma kejang biasa itu kena ayan. Udah deh, enggak usah terlalu lebai,â jawabku lagi. Gegas aku keluar. Di pintu aku berpapasan dengan perawat yang terburu-buru masuk ke ruangan ini.âDasar monster! Aku pastikan kamu segera akan punah dari muka bumi ini. Monste
POV Kayla. âPak, hei jangan mati dulu!â seruku seraya kutepuk-tepuk pipinya lebih tepatnya aku tampar.âPaaakk!â Kali ini kutekan lengan kanan bapak yang terpasang selang infus. Jika Bapak tidak sedang dalam keadaan kejang pasti dia akan berteriak kesakitan, tapi aku yakin sih, dia pun merasakan sakit. Ah ... sungguh ini merupakan kenikmatan hakiki yang aku nanti-nanti selama ini.âPak, ada satu rahasia lagi yang harus Bapak tahu dan ini tentu sangat mengejutkan. Tahukah Bapak, bahwa istri tercinta bapak itu adalah penebar fitnah. Bapak tidak tahu kan, kalau ternyata istri Bapak sejak muda dulu sudah berselingkuh dengan asisten pribadi Bapak? Karena aksinya terpergok oleh orang tuaku, Emak lalu memfitnah mereka dan terjadilah tragedi besar pembunuhan yang Bapak dalangi. Bagaimana Pak, apakah informasi ini mengejutkan Bapak?âKulirik jam di pergelangan tanganku dan sepertinya sudah lebih dari 10 menit bapak kejang. Hebat sekali dia tidak meregang nyawa. Apa dia seperti kucing yang p