Home / Rumah Tangga / VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Chapter 231 - Chapter 240

614 Chapters

BAB 235. Keluarga Mas Dafa menyebalkan.

POV Risa“Mas, sendoknya mana?” tanyaku pada Mas Dafa. Saat ini kami sedang makan bersama.“Tidak ada sendok, Beb. Kamu tahu kan, ini namanya makan bersama kalau di kampung memang begini. Di sini kalau kumpul keluarga lebih asyik begini makannya. Pakai tangan itu nikmat sekali dan juga menyehatkan,” jawab Mas Dafa. Aku diam saja. Mau protes juga rasanya percuma. Mas Dafa sepertinya sangat menikmati momen makan besar ini.Bayangkan saja makannya pakai daun pisang yang disusun memanjang. Ada sekitar 25 orang dewasa dan anak-anak makan bersama di situ saling ngobrol dengan bahkan ada yang menyuapi anaknya. Kesannya jorok sekali.Aih, memangnya dikira mereka ini sedang Pramukaan? Ini di rumah, piring juga banyak. Sudah gitu Mas Dafa ini termasuk keluarga berada masa makannya beginian? Enggak berkelas banget. Mau protes, tapi ini di rumah calon mertua kalau nanti aku banyak tanya ini dan itu yang ada mereka akan menertawakanku dan juga tidak suka padaku. Huh, benar-benar menyebalkan. Bak m
last updateLast Updated : 2022-09-07
Read more

BAB 236. Dipikirkan keluarga Mas Dafa.

POV Risa🌸🌸🌸“Perempuan seperti ini yang bakal jadi menantu di rumah ini? Kerjaannya saja main HP. Orang-orang sibuk beres-beres dia duduk manis di sofa dan main HP. Kayaknya kamu perlu pikir-pikir ulang, deh, Daf. Mencari pendamping hidup bukan hanya untuk sehari dua hari, tapi untuk selamanya. Kalau modelannya saja seperti ini bagaimana dia bisa ngurus kamu sebagai suami dalam jangka waktu yang lama?” ucap kakaknya Mas Dafa lagi.Ah, terserah saja dia mau ngomong apa. Selagi bukan Mas Dafa yang menegurku, maka tidak akan aku penuhi permintaannya.“Bang, aku beresin dapur dulu, ya, setelah ini antar aku pulang,” ucap cewek tadi. Suaranya dimanja-manjain.“Iya,” jawab Mas Dafa.Awas kamu, Mas, pulang dari sini bakalan aku kasih pelajaran.“Mas, aku ke kamar dulu, ya? Nanti kalau sudah mau keluar nganter cewek genit itu WA saja.” Mas Dafa mengiyakan.Aku masih ingat kalau di tasku selalu ada pil tidur dosis rendah. Obat ini memang sengaja aku beli untuk mempermudah aku istirahat.R
last updateLast Updated : 2022-09-07
Read more

BAB 237. Kesal dengan Mas Dafa.

POV Risa.“Kalau begitu aku permisi tidur duluan ya, Mas, semuanya,” pamitku dengan hati berbunga-bunga sebentar lagi obat itu akan bereaksi dan Mas Dafa tidak akan mengantarkan gadis udik itu pulang. Aku juga penasaran mau lihat ponselku. Tadi aku matikan begitu saja saat bapak kirim pesan marah-marah padaku.“Bang, ayo, antarkan aku pulang!" rengek perempuan itu.“Iya, sebentar lagi,” jawab Mas Dafa. Dia sudah menguap terus.Sampai kamar ternyata sudah ada kakak ipar Mas Dafa yang lain. Dia sedang enak rebahan di kasur yang aku tiduri.“Eh, sudah datang kamu. Sorry ya, aku masuk tanpa permisi. Tadi aku penasaran sama isi tasmu. Aku takut kamu beneran jampi-jampi Dafa, makanya aku bergegas memeriksanya,” katanya tanpa rasa bersalah. Kulirik koperku. Benar saja semua beratakan.“Beresin lagi atau kamu akan aku teriaki maling!” bentakku kesal.“Ogah! Silakan saja teriak maling mana ada orang yang percaya di sini. Kamu tidak tahu siapa aku?”“Tidak penting dan aku tidak mau tahu yang je
last updateLast Updated : 2022-09-07
Read more

BAB 238. Mendatangi rumah Fakti.

POV Risa.“Sama siapa, Mas? Kamu jangan aneh-aneh deh, Mas. Aku begini juga kan, karena kamu! Pokoknya aku tidak mau disamakan dengan siapa pun dan kamu jangan coba-coba main belakang atau kamu akan menyesal!” pekikku hingga menjadi pusat perhatian orang yang lalu lalang di sini.“Ngaco kamu! Sudahlah aku malas sekali menanggapi kamu yang mood kamu itu selalu berubah-ubah tidak jelas.” Mas Dafa nyelonong begitu saja meninggalkan aku sendiri begini. Padahal kan, biasanya kalau aku ngambek dia selalu merayuku. Ini tidak bisa dibiarkan! Pasti ada sesuatu pada Mas Dafa karena selama ini dia tidak pernah sedikit pun membentak dan memarahiku begitu. Dia nurut dan selalu bersikap manis padaku.“Mas, tunggu!” Akhirnya aku kali ini terpaksa mengalah demi kelangsungan hubungan kami. Kukejar Mas Dafa yang sudah berjalan jauh di depan sana.“Mas, tunggu aku capek banget loh!”“Kalau capek ya, berhenti saja di situ. Nanti aku telepon orang rumah biar ada yang jemput kamu.”“Enggak mau! Aku enggak
last updateLast Updated : 2022-09-07
Read more

BAB 239. Mas Fais mediasi.

🌸🌸🌸Aku sudah menunggu Mas Arman sejak satu jam yang lalu, tapi dia belum juga muncul. Mediasi dilakukan nanti jam 9 pagi sekarang sudah jam 8.45 itu artinya butuh waktu 15 menit lagi sebelum giliran kami dipanggil.Kalau dia tidak hadir, ya, tidak apa-apa, sih, itu akan memudahkan kami untuk segera ketuk palu. Rasanya aku sudah ingin segera lepas darinya. Entah kenapa sikap Mas Arman makin hari makin tidak benar saja. Aku sampai kadang tidak percaya kalau dia bisa berubah seperti itu. Ternyata uang bisa merubah segalanya.[Mbak, Mas Arman enggak datang, ya? Ini dia malah lagi asyik bagi sembako sama warga pasar.] Kubaca berulang WA dari Susanti.[Alhamdulillah, San, kalau gitu. Ini aku juga sudah menjelaskan pada pihak mediator kalau Mas Arman tidak bisa datang. Apa kamu ikut ngantri sembako yang dibagikan Mas Arman?][Dih, amit-amit ogah, deh! Aku ini nyapu depan. Kata orang-orang sih, yang dibagiin sembakonya hanya orang-orang pilihan saja.][Orang-orang pilihan gimana, San
last updateLast Updated : 2022-09-08
Read more

BAB 240. Pertemuan ke dua.

“Kok, bengong, Mbak?”“Oh, eng—nggak, kok.”“Mas, pengacaraku sudah atur semuanya kita tinggal tunggu hasilnya,” ucap Dokter Risa.Mas Fais sepertinya tidak fokus dengan ucapan Dokter Risa. Dia lebih memperhatikan pria di samping Dokter Risa.“Sepertinya kita pernah bertemu .... Anda Dafa, kan, ya, tempo hari datang ke kafe memintaku untuk ....” Mas Fais tidak melanjutkan ucapannya dia melirikku.“Oh, iya, Anda benar sekali,” jawab Mas Dafa.Ya, Allah kenapa aku harus di hadapkan dengan situasi seperti ini.“Jadi, kalian sudah saling kenal juga, Mas. Padahal aku baru saja mau ngenalin, loh. Mas Dafa ini yang namanya Mas Fais. Kalau kalian sudah saling kenal aku justru senang, loh. Mas Fais ini Dokter Dafa yang aku bilang ....”“Oh, iya, aku tidak kenal juga sih, Ris. Aku juga baru tahu kalau dia Dafa yang sama kamu. Kebetulan sekali kemarin ketemu di kafeku. Dia memintaku untuk ....” Lagi-lagi Mas Fais melirikku.“Oh, iya, tidak sengaja bertemu. Aku juga sama sekali tidak tahu kalau t
last updateLast Updated : 2022-09-08
Read more

BAB 241. Lucunya tingkah Mas Fais.

“Sudah ayo, naik, aku antar pulang!” titah Mas Fais lagi. Aku menurut saja, keburu esnya Susanti tidak enak.“Mas, kenapa jaketnya dilepas. Pakai saja nanti aku takut disangka yang tidak-tidak pulang dari kantor pengadilan agama malah aku jalan dengan laki-laki lain.”“Tenang aja, Mbak, ini kan, aku masih pakai helm kebangsaan, jadi aman.”Hening. Aku tidak tahu harus ngobrolin apa lagi. Aku tengok ke belakang di mana mobil mewah Mas Fais mengikuti kami. Jaraknya dekat karena jalanan macet. Mang ojek melambaikan tangannya padaku seraya tersenyum lebar.Ihs, kok, bisa Mas Fais sama Mang ojek itu tukar profesi begini.“Mas, kok, Mang ojeknya mau kasih motornya ke kamu?”“Enggak dikasih, Mbak, tapi aku pinjam.”“Ya, maksudnya kok, mau kasih pinjam ke kamu?“Bisalah, tadi begitu kamu pergi aku suruh pengacaraku yang handle. Lalu aku lari nyusul, terus ada tukang ojek di depan aku melipir aja aku tanyain pesenan atas nama kamu atau bukan, setelah diel penawaran Mang ojeknya kasih ke aku,”
last updateLast Updated : 2022-09-08
Read more

BAB 242. Intan minta tolong.

Kutanya pada Susanti dengan gerakan tanganku. Susanti mengedikan bahunya, dia tidak tahu.“Intan, ada perlu apa ke sini? Nanti kalau Mas Arman tahu bisa ribet, loh?” tegurku.“Intan baru datang, Nduk, dia sengaja kabur dari rumah suaminya. Ibu belum tanya lebih jauh karena sejak datang 30 menit yang lalu dia terus saja menangis,” jelas ibu tanpa aku tanya. Beliau pasti paham isi kepalaku. Aku melihat ke arah Susanti, dia mengangguk.“Di luar panas sekali ini aku beli es dawet. Kamu mau Ntan? Mbak, tadi sudah minum di sana. Ini untuk kamu dan Susanti,” kataku seraya memberikan cup es dawet itu pada Intan.Dia mengangguk malu-malu lalu meminumnya.“A—ku lapar, Mbak, bo—leh min—ta makan?” tanya Intan.Tanpa menjawab pertanyaan Intan, ibuku langsung bergegas mengambilkan makanan untuk Intan.“Ini, Nak, makanlah, kalau masih lapar nanti Bulek ambilkan lagi,” ucap ibu.Intan makan tanpa suara. Lahap sekali. Kami bertiga hanya saling pandang. Kasihan sekali Intan, masa dia sampai kelaparan
last updateLast Updated : 2022-09-08
Read more

BAB 243. Fawas bangkit.

Assalamualaikum yuk, bantu follow akunku. POV Fawas. 🌸🌸🌸 POV Fawas. [Baik-baik kamu, di sana, Mas. Aku sudah menghandle semuanya di sini.] Kubaca berulang-ulang WA dari adikku, Wulan. Gadis lemah lembut itu ternyata bisa diandalkan juga. Dia anak paling kecil, dia juga yang jadi pelindung untukku dan anak-anakku. [Jangan banyak pikiran,ya, Mas, ingat tanggal bulan depan harus transfusi darah.] [Iya, siap, Bos! Jadi, kapan aku bisa pulang ke rumah? Sudah rindu suasana rumah kelamaan di vila juga enggak enak.] [Pulang sekarang pun sebenarnya bisa, Mas. Hanya saja aku takut si Sinting itu datang lagi pas aku enggak di rumah. Bisa gawat. Apalagi dia itu perempuan bar-bar biasa masuk rumah orang begitu saja.] [Jujur, Dik, aku sekarang sudah siap mental untuk bertemu siapa pun termasuk Sintia. Aku sadar tidak selamanya aku begini. Ibu dan bapak mengandalkan aku untuk kemajuan usaha keluarga kita.] [Alhamdulillah ... syukurlah kalau begitu, aku senang banget Mas. Akan tetapi,
last updateLast Updated : 2022-09-09
Read more

BAB 244. Risa memaksa.

POV Fawas.Lebih baik aku segera telepon dia. Aku penasaran dia sedang apa sekarang.“Assalamualaikum ... ya, Akhifillah apa kabar?” sapaku semangat sekali.“Ha ha ... Alhamdulillah bikhoir. Tumben kearab-araban. Sejak kapan di Paris pakainya bahasa Arab?”“Hah, Paris? Ha ha ... pasti lu, sudah terhasut omongan Wulan. Gue enggak di Paris. Gue di villa.”“Sudah kuduga. Mana ada ke Paris orang tuamu ikut. Gimana kabarmu, Bro? Anak-anak gimana?”“Alhamdulillah kita orang semua baik.”“Cepatlah pulang itu si Sintia habis dihajar habis-habisan sama Wulan.”“Iya, besok gue balik. Sintia pasti bikin ulah. Kalau tidak mana mungkin Wulan hajar orang sembarangan."“Iya, benar. Parah itu Sintia bucinya.”“Biarlah. Gue sudah move on. Sekarang mau fokus ke anak-anak saja. Andai ada jodoh gue pasrah aja biar orang tua yang cariin.”“Weh, ada angin apa? Tumben sekali.”“Engaak ada apa-apa lah, peristiwa kemarin benar-benar memberiku pelajaran.”“Alhamdulillah. Senang gue dengarnya.”“Itu sejak kapan
last updateLast Updated : 2022-09-09
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
62
DMCA.com Protection Status