POV Fawas.Lebih baik aku segera telepon dia. Aku penasaran dia sedang apa sekarang.âAssalamualaikum ... ya, Akhifillah apa kabar?â sapaku semangat sekali.âHa ha ... Alhamdulillah bikhoir. Tumben kearab-araban. Sejak kapan di Paris pakainya bahasa Arab?ââHah, Paris? Ha ha ... pasti lu, sudah terhasut omongan Wulan. Gue enggak di Paris. Gue di villa.ââSudah kuduga. Mana ada ke Paris orang tuamu ikut. Gimana kabarmu, Bro? Anak-anak gimana?ââAlhamdulillah kita orang semua baik.ââCepatlah pulang itu si Sintia habis dihajar habis-habisan sama Wulan.ââIya, besok gue balik. Sintia pasti bikin ulah. Kalau tidak mana mungkin Wulan hajar orang sembarangan."âIya, benar. Parah itu Sintia bucinya.ââBiarlah. Gue sudah move on. Sekarang mau fokus ke anak-anak saja. Andai ada jodoh gue pasrah aja biar orang tua yang cariin.ââWeh, ada angin apa? Tumben sekali.ââEngaak ada apa-apa lah, peristiwa kemarin benar-benar memberiku pelajaran.ââAlhamdulillah. Senang gue dengarnya.ââItu sejak kapan
POV Fawas.âTidak! Tendang saja aku, Mas. Aku lebih baik mati di tangan kamu sekalian dari pada kamu campakkan!â pekik Sintia.Brak!Pintu dibuka lebar-lebar hingga membentur dinding dan menimbulkan suara benturan.âCk, mau apa lagi benalu ini datang? Rupanya kamu belum kapok ya, sudah aku hajar tempo hari?â ujar Wulan. Dia memang bekerja di kantor ini sebagai direktur utama.Begitu Wulan datang pelukan tangan Sintia mengendur. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan. Aku langsung melenggang duduk. Capek dan lelah berdiri lebih dari 10 menit.âSemalam kamu datang ke rumah Mas Fais nangis-nangis tidak jelas tujuaanmu. Ini sekarang datang ke sini nangis-nangis minta pertanggungjawaban. Memang Mamasku itu tutup teko yang siap jadi penutup kamu kapan pun kamu mau?â ucap Wulan seraya berkacak pinggang.âAâku hanya minta pertanggungjawaban Mas Fawas saja. Aku minta dinikahi sampai aku melahirkan saja. Kasihan ibuku ....ââHa ha ... lucu banget sih, kamu! Hamil sama siapa minta nikahin siapa. Su
ASSALAMUALAIKUM selamat pagi semuanya Terima kasih banyak sudah baca novel aku. Yuk, bantu follow akunku, ya?đđđ¸đ¸đ¸"Mbak, itu si Intan tidurnya ngigau terus,â ucap Susanti. Malam ini kami sedang lembur menyelesaikan beberapa potong baju lagi yang akan diambil lusa. Berisiknya deru mesin jahit rupanya tidak membuat Intan terganggu. Dia tetap tidur dengan lelapnya. Meski, selalu saja mengigau teriak-teriak meminta tolong dan kadang merintih kesakitan. Itu membuat Susanti beberapa kali harus membangunkannya, jika dibangunkan dia hanya bangun sebentar dan tidur lagi.âKasihan dia, pasti di rumah suaminya tidur dia tidak nyenyak pasti selalu was-was. Padahal dulu di rumah kalau aku lembur dia akan marah-marah karena mengganggu tidurnya,â jawabku.âIya, kasihan ya, Mbak. Aku tidak menyangka Intan akan begitu.ââMental dia sangat terganggu. Aku harus bicara dengan siapa kalau begini, San?ââPaman Tohir. Pasti dia tidak akan membiarkan keponakannya disakiti begitu."âIya, kamu benar.
âYa, bilang untuk dibawa ke sana, Tan. Untuk ngasih tahu kalau kamu diperlakukan tidak baik di rumahnya. Apalagi anaknya sudah beberapa kali melecehkan kamu itu sudah kelewat batas!â kataku kesal.âApa suamimu yang aki-aki itu menyiksa kamu juga?â Intan menggeleng. Itu artinya rentenir itu bersikap manis pada Intan. Ini poin bagus dengan begitu semoga saja dia percaya dan tidak lagi membawa Intan ke rumahnya.âMbak, kenapa nasibku buruk seperti ini? Aku benar-benar sial dan harus menjalani takdir yang tidak aku inginkan.ââEntahlah, Tan. Mbak juga tidak tahu,â jawabku asal. Aku sebenarnya hanya tidak ingin menasihati Intan dulu. Kalau itu aku lakukan nanti dia berontak karena dia merasa terpojok.âIntan, kamu di sana kenapa tidak melawan sama sekali yang aku tahu kan, selamat ni kamu selalu saja bar-ba?â tanya Susanti.âAku sudah melawan, tapi semakin aku melawan mereka semakin brutal. Mereka keroyokan sedang aku sendirian. Mereka tidak segan-segan memukuliku hingga babak belur kalau
âReni? Ah, biarkan saja dia. Pokoknya aku akan perjuangkan cinta ini sampai titik darah penghabisan.ââSampai tetes terakhir juga tidak apa-apa kok, Mas. Aku tetap tidak akan kembali padamu. Kita sudah jauh berbeda. Kita sudah tidak sejalan dan aku tidak mau punya suami seperti kamu, Mas. Suami yang durhaka pada orang tuanya dan juga rela menjual adiknya sendiri ke rentenir.ââAku tidak jual dia. Intan sepakat jadi, ya, tidak ada salahnya. Lagi pula kapan lagi dapat duit sebanyak itu. Gadis perawan dinikahi pacarnya saja enggak ada yang dapat mas kawin dan uang panai sebesar itu.ââTermasuk kamu, kan? Kamu pun tidak mampu mampu, Mas, jangan mengolok orang lain.ââYa, beda dong, itu bukan aku tidak mampu, tapi karena calon istriku waktu itu menerimaku apa adanya dan mempermudah aku untuk mempersuntingnya,â elak Mas Arman.âIya, itu kamu tahu jawabannya, Mas. Jadi tidak semua laki-laki tidak mampu, tapi kebanyakan karena mereka beruntung dapat calon istri yang baik dan saliha. Sudah ah,
âEh, itu HP-ku sembarang! Emang cuma Intan saja yang punya nada dering begitu? Emang cuma Intan aja yang ngefens sama black pink?â sahut Susanti. Dia lari ke atas.âEnggak mungkin bisa kebetulan begini. Mas lagi telepon Intan, loh, ini kok, bunyinya di sini,â ucap Mas Arman, dia curiga.âSudahlah Mas, sana pulang! Aku lagi banyak kerjaan. Kamu lihat kan, Ren? Mas Arman yang mau dekat-dekat dengan aku. Dia yang mau terus sama aku, jadi kamu jangan salahkan aku."Reni terlihat sangat marah pada Mas Arman.âMau apa, marah-marah lagi? Apa kamu enggak dengar itu ponsel Intan ada di sini? Kok sepertinya ada yang tidak beres,â ucap Mas Arman.âEh, ada Nak, Arman. Kok, di luar? Loh, ada Reni juga?â ucap ibu yang tiba-tiba saja sudah di belakangku. Aku yakin ibu pun ikut ekting agar Mas Arman tidak curiga padaku.âIbu, apa kabar?â sapa Mas Arman seraya mencium punggung tangan ibu.Dih, sok baik. Giliran ibu kandungnya dicampakkan. Dasar menyek-menyek.âAlhamdulillah ibu sehat seperti yang kamu
POV Sintia.đ¸đ¸đ¸POV SintiaBrengsek! Gagal semua rencanaku! Sialan si Wulan itu. Badanku sakit semua sudah dianiaya olehnya. Kalau aku laporkan ke polisi bisa saja, tapi aku yakin ujung-ujungnya aku yang terjebak. Mereka kelurga kaya itu kenapa aku selalu mengejar-ngejar Mas Fawas.Biarlah saja harga diri ini aku kesampingkan yang penting aku bisa hidup enak selamanya.Mas Fawas sudah benar-benar membuatku tergila-gila. Bukan hanya karena tampan wajahnya saja, tapi juga gendut rekeningnya.Dan yang membuat aku lebih sial lagi adalah aku sama sekali tidak bisa bertemu dengan Mas Fawas.Aku yakin sekali Mas Fawas masih cinta mati padaku. Dia begitu karena tensin saja akibat video mesumku. Bagaimana pun caranya aku harus taklukkan Mas Fawas. Aku tidak mau hidup miskin dan terpuruk.Repotasiku di kantor sudah menurun bahkan 90% orang-orang di kantor membenciku. Mereka semua munafik! Sok, membenci apa yang aku lakukan padahal mereka semua rata-rata bobrok kelakuannya sama sepertiku han
POV Sintia.âMas, aku sudah makannya. Aku sudah kenyang. Aku mau ketemu Ibu,â rengekku.âKamu mandi saja dulu. Kami tunggu di bawah.âAku bergegas mandi sesuai perintah kakakku. Hatiku benar-benar bahagi hari ini. Mas Fawas tunggu aku. Setelah kemarin aku gagal membuatmu luluh padaku kali ini aku pastikan akan berhasil. Aku akan tantang Wulan. Gadis lembut itu pasti tidak akan melakukan hal-hal yang lebih jauh padaku. Paling banter juga dia nonjok dan mukul aku. Meski, sakit juga sih, tapi aku akan berusaha untuk bisa menahannya. Tidak apa-apa bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.Selesai mandi aku kenakan baju terbaikku yang menutup aurat. Aku harus meyakinkan ibu dan kakak-kakakku bahwa aku sudah layak untuk diberi kepercayaan kembali.âBu ....â Kupanggil ibuku yang sedang fokus nonton TV ditemani menantu kesayangannya.Ibu hanya menoleh sebentar kemudian kembali fokus pada tontonannya.âBu, maafkan aku. Aku janji akan jadi anak yang baik untuk Ibu,â kataku seraya memel
POV Kayla. Setelah pemakaman bapak keluarga pun segera mengurus perempuan yang mengaku sebagai istri mudanya bapak. Ternyata perempuan itu tidak mengharapkan harta seperti yang dituduhkan Kak Siwi. Perempuan itu benar-benar tulus pada bapak.Mereka benar-benar ke sini untuk memberikan penghormatan terakhir. Melihat ketulusan itu bang Dafa dan Bang Romi mengakui anak remaja itu sebagai adiknya dan berjanji akan memberikan biaya pendidikan sampai jenjang tinggi.Emak jangan ditanya perempuan itu terus mengerang pasti emak tidak terima atas keputusan dua putranya bahkan tadi Emak sempat kejang.âAbang mau bicara dengamu, Kay. Ini serius! Ayo, ikut Abang. Aku yang masih duduk di atas sajadahku setelah salat ashar langsung mengikuti Bang Daffa untuk berkumpul di ruang tamu. Di sana sudah banyak berkumpul saudara-saudara Bang Dafa ada paman, Kak Siwi, Risa, dan banyak lagi, tapi tunggu dulu ada satu orang yang menarik perhatianku siapa dia aku seperti pernah melihatnya? Ya, kini aku ingat
POV Kayla. âKamu siapa? Kenapa kamu datang ke sini, hah?! Kami tidak punya keluarga seperti kamu dan kami tidak mengundang siapa pun yang tidak kami kenal. Cepat pergi!â usir Kak Siwi. Aku yakin sekali kalau Kak Siwi mengenali wanita itu âkan kemarin dia sudah melihatnya di ponselku sedangkan emak hanya meliriik saja. Emak terus saja menangis. Ah ... ini masih babak baru pasti setelah ini akan terjadi keributan besar.âCepat sana, pergi! Cepat! Kami tidak punya kerabat seperti kamu!â usir Kak Siwi lagi seraya mendorong-dorong tubuh wanita itu.âLepaskan Ibuku jangan kau sentuh Ibuku!â bela anak bujangnya. Wah ternyata punya nyali juga dia. Aku kira dia hanya anak ingusan yang sembunyi di ketiak ibunya ternyata dia jagoan yang berani membela ibunya dari terkaman harimau.âKamu siapa? Nggak usah ikut campur anak kecil! Cepetan sana pergi kalian! Pergi! Rumah ini tidak menerima orang yang tidak kami kenal!â Kak Siwi terus saja mengusir perempuan itu namun perempuan itu sama sekali tid
POV Kayla.âDasar pembunuh! Dialah pembunuh bapakku. Dialah pembunuh bapak kami! Dafa pokoknya jeblosin Kayla ke penjara aku. Pokoknya aku enggak mau tahu masukin dia ke penjara!â teriak Kak Siwi. Jari telunjuknya menudingku.Dia menuduhku membunuh bapak terserah saja âtoh aku tidak secara langsung membunuhnya. Aku hanya memberikan informasi akurat dan rahasia besarnya selama ini, jadi kalau bapak meninggal ya, itu sudah takdirnya bukan karena aku yang bunuh. Jadi, untuk apa aku takut aku santai saja menghadapi mereka bahkan kini aku duduk di sebelah emak yang terbaring lemah. Tatapannya penuh kebencian padaku. Ah ... terserah saja. Dibenci emak tidak akan pernah membuatku rugi yang penting dendamku terbalaskan.Sementara Bang Daffa sama sekali tidak menanggapi perkataan Kak Siwi. Begitu pun dengan Bang Romi. Mereka semua justru khusuk mendoakan Bapak.Entahlah kalau setelah acara pemakaman ini mungkin aku akan disidang, tapi ya, seperti yang aku katakan tadi aku sama sekali tidak t
POV Kayla. âWah ... so sweet sekali, tapi sayangnya itu basi dan sepertinya Mak sekarang nggak suka tuh sama kamu! Dari tatapannya Emak saja terlihat sangat marah. Andai Mak bisa ngomong pasti Emak sudah ngusir kamu dari sini, Kay!â kata Kak Siwi lagi. âKalau emang Emak nggak suka padaku baru-baru ini ya, telat dong! Karena aku sudah nggak suka sama emak sejak dahulu,â jawabku. Kak Siwi bengong.âDasar nggak waras! LAWANG!â umpat Kak Siwi.âKok, orang gila ngatain gila, sih!â kataku lagi.âDiam kamu, Kay! Kamu ngatain aku gila lagi akan kubuat kamu mampus gak bisa ngomong selamanya mulutmu itu!ââEnggak takut! Lakuin aja kalau bisa,â jawabku dengan senyuman sinis.Kulirik emak. Lagi-lagi emak hanya menggeleng saja. Jangankan basmi Kak Siwi, emak yang selama ini baik padaku pun bisa aku bikin diam alias stroke.âMak ... Mak kenapa seperti ketakutan gitu, sih? Padahal kan, aku sayang sama Emak dan juga Mak sayang sama aku. Tenang aja ya, aku bakal kasih sesuatu sama emak, tapi aku
POV Kayla. âHalo ... selamat pagi! Emak apa kabar? Eh ... ada Kak Siwi,â sapaku saat aku buka pintu lalu menghampiri emak.âEh ... perempuan kurang ajar mau apa kamu ke sini, hah! Kamu mau merayu emakku lagi biar kamu dapat tanah warisan atau kebun gitu, ya! Enggak cukup kamu ngambil rumah itu dari kami?â kata Kak Siwi. Dia menarik jilbabku sampai hampir terlepas bahkan jarumnya pun menusuk kulitku.âApa-apaan sih, Kak! Ngeselin banget lepas nggak!â protesku.âAku enggak akan lepas sampai kamu minta maaf sama aku dan kamu balikin rumah itu ke Emak lagi!â jawabnya.âOh ... iya? Yakin?â jawabku seraya kusikut perut Kak siwi kuat sekali.âAww sakit! Setan kamu, ya, Kayla!â jerit Ka Siwi. Dia memegangi perutnya sambil berjongkok.âDuh, maaf ya, Kak. Sengaja! Ha ha!â ucapku.âEmph! Emph!â Emak bersuara. Aku yakin dia sangat kesal padaku dan hendak mengumpatku, tapi karena Mak sudah kena stroke jadinya emak tidak bisa menyampaikan unek-uneknya.âKenapa, Mak? Mau ngomong apa? Kasihan b
POV Kayla. âOo ...ternyata pelakor! Orang elit dan berpendidikan tinggi pun bisa ya, jadi pelakor!ââDokter kok, pelakor! Cantik-cantik sukanya sama suami orang. Padahal dapat bujangan juga bisa!ââNamanya juga cinta tahi kucing pun rasa coklat!ââAmit-amit naâuzubillahminzalik dunia udah mau kiamat sampai-sampai pada rebutan suami.ââSekarang banyak perempuan muka badak, muka tembok! Enggak bisa berkaca diri terbawa hawa nafsu!ââIya, sudah gitu nyalahin istri sah lagi! Iih ... enggak malu banget!ââPelakor mana pada punya urat malu. Urat malunya udah putus!ââIya, betul! Menjijikan sekali lebih najis daripada kotoran hewan!ââIya, ngeri ya ... padahal karir mereka bagus loh, dokter! Ternyata enggak menjamin!ââJangan cuma nyalahin pelakornya, tapi lakinya juga. Mereka itu kan, sama-sama mau. Sama-sama gatal, sama-sama nggak punya kehormatan!ââPendidikan tinggi enggak menjamin orangnya pun bermoral tinggi!ââMakanya itu harus belajar adab juga.ââDokter Dafa bingung kali milih sal
POV Kayla. âKurang ajar kamu, ya, Kayla!â Risa tidak terima mendengar ucapanku. Dia menyerangku, tapi aku buru-buru melepaskan sepatuku lalu kupukulkan ke bahunya! Bugh! Bugh!Tepat sasaran. Risa mengaduh kesakitan. Dia bermaksud menarik jilbabku, tapi aku sudah lebih dulu menjambak rambutnya.âAww! Sakit-sakit! Lepaskan!â teriak Risa sampai suster yang kebetulan melintas berlarian untuk melerai kami.âMbak, lepas, Mbak! Kasihan Dokter Risa. Udah lepas! Mbak, tidak tahu dia siapa?! Tolong lepas!â seru para suster.âRasain kamu! Mampus kamu, Risa! Sekali lagi kamu bikin masalah sama aku bukan hanya rambutmu yang aku jambak, tapi kepalamu aku lepaskan dari tubuhmu! Memang kamu kira aku takut sama kamu? Rasain ini dokter gila,â makiku pada Risa.âKamu itu yang gila buktinya kamu yang menyerangku!â Risa masih saja playing victim.âOoh ... gitu! Ini gimana? Sakit tidak!â kutarik bulu mata palsu Risa biar dia tahu rasa.âAww saaaaakkkiit mataku! Bulu mataku! Dasar kamu gila Kayla!â teri
POV Kayla. âKayla, tolong panggil suster untuk membantuku!â pinta Bang Daffa.âMales, iiih! Abang panggilan aja sendiri itu kan, ada tombol di atas kepala Bapak. Tinggal pencet aja sih, kenapa pakai nyuruh-nyuruh aku segala!â tolakku sinis.âAstaghfirullahaladzim ... Kayla ini darurat ya, Allah!â pekik Bang Dafa. Dia terlihat bingung dengan sikapku lalu tanpa pikir panjang dia memencet bel yang ada di atas kepala bapak berkali-kali.âNah ... gitu bisa kan, pencet bel sendiri! Kenapa pakai nyuruh-nyuruh aku segala?!â seruku.âKayla, cepat bantu sini! Tolong ini!â pinta Bang Dafa lagi tanpa menoleh ke arahku. Dia memang terlihat sibuk sekali.âApaan sih, Bang, males lah! Aku mau keluar. Aku malas bertemu Abang. Orang Bapak 'tuh cuma kejang biasa itu kena ayan. Udah deh, enggak usah terlalu lebai,â jawabku lagi. Gegas aku keluar. Di pintu aku berpapasan dengan perawat yang terburu-buru masuk ke ruangan ini.âDasar monster! Aku pastikan kamu segera akan punah dari muka bumi ini. Monste
POV Kayla. âPak, hei jangan mati dulu!â seruku seraya kutepuk-tepuk pipinya lebih tepatnya aku tampar.âPaaakk!â Kali ini kutekan lengan kanan bapak yang terpasang selang infus. Jika Bapak tidak sedang dalam keadaan kejang pasti dia akan berteriak kesakitan, tapi aku yakin sih, dia pun merasakan sakit. Ah ... sungguh ini merupakan kenikmatan hakiki yang aku nanti-nanti selama ini.âPak, ada satu rahasia lagi yang harus Bapak tahu dan ini tentu sangat mengejutkan. Tahukah Bapak, bahwa istri tercinta bapak itu adalah penebar fitnah. Bapak tidak tahu kan, kalau ternyata istri Bapak sejak muda dulu sudah berselingkuh dengan asisten pribadi Bapak? Karena aksinya terpergok oleh orang tuaku, Emak lalu memfitnah mereka dan terjadilah tragedi besar pembunuhan yang Bapak dalangi. Bagaimana Pak, apakah informasi ini mengejutkan Bapak?âKulirik jam di pergelangan tanganku dan sepertinya sudah lebih dari 10 menit bapak kejang. Hebat sekali dia tidak meregang nyawa. Apa dia seperti kucing yang p