Semua Bab Mengejar Cinta Ms. Independent: Bab 81 - Bab 90

164 Bab

BAB 82: Berdebat

Begitu datang ke dalam ruangan pesta, Leonardo hanya menyempatkan diri untuk berbicara dengan beberapa rekan kerjanya yang kebetulan ada di sana, setelahnya dia memilih duduk dalam kesendirian. Leonardo datang bukan untuk membicarakan bisnis, dia hanya ingin bertemu Rosea. Keberadaan Leonardo berhasil mencuri perhatian beberapa perempuan yang mengenal siapa dirinya, sayangnya mereka terlihat ragu untuk mendekat dan berbicara dengan Leonardo karena pria sudah menciptakan jarak yang cukup jauh melalui sikapnya yang dingin. Sudah lebih dari lima belas menit Leonardo duduk, sudah lebih dari empat kali pria itu memeriksa jam di tangannya, pandangan pria itu mengedar beberapa kali mencari-cari keberadaan Rosea yang tidak muncul sama sekali. Leonardo sampai gelisah dan berpikir bahwa Rosea tidak datang. Jika Rosea benar-benar tidak datang, maka sia-sia sudah Leonardo ke sini. Leonardo mengubah posisi duduknya, tubuhnya ikut menegak, matanya hanya melihat ke arah pintu seakan tidak ingin
Baca selengkapnya

BAB 83: Menguji

“Kamu gila Leo, berhenti membuat orang lain tidak nyaman. Aku masih ingin memperjuangan Sea dan mengajaknya kembali, kamu harus mundur dan jangan mengacaukannya,” perintah Aarav serius. “Kamu tidak berhak mengaturku keputusanku.” “Sea bukan wanita yang bisa kamu beli dengan uang.” “Aku tahu itu.” “Bagaimana jika bibi Berta tahu?” Aarav mulai membawa-bawa Berta untuk menggertak. Leonardo menyeringai, “Bagaimana jika ibumu tahu, kamu masih mengejar mantan kamu yang sudah membuat kamu sakit dan mengurung diri selama dua minggu?” Leonardo balas menggertak Aarav. Aarav tercengang kaget karena Leonardo balas menggertaknya, ibu Aarav sangat tidak menyukai Rosea karena Rosea sudah membuat Aarav galau merana di putuskan tepat ketika Aarav sangat yakin bahwa Rosea adalah wanita yang selama ini di nantinya untuk menjadi isterinya. Gertakan balik Leonardo membuat Aarav membungkam, tidak sepatutnya masalah asmaranya dengan wanita di ketahui ibu mereka yang cerewet dan menyebalkan. “Brengse
Baca selengkapnya

BAB 84: Memancing Leonardo

Karina mengambil gelas minumannya dan menegaknya, wanita itu langusng menunjuk Rosea yang duduk di hadapannya. “Kamu sudah bertemu Bu Berta?.” “Siapa Bu Berta?” “Nenek lampir di dunia nyata. Dia ibunya Leonardo yang sangat terkenal di kalangan orang-orang kaya. Wanita itu sangat perfectsionis, suka mengomel, tidak menerima celah kekurangan sedikitpun, tidak jarang banyak wanita yang sangat tergila-gila kepada Leonardo memilih mundur karena adanya Bu Berta. Bu Berta adalah tembok beton, benteng terkuat yang menghalangi Leonardo berhubungan dengan wanita. Semua wanita yang dekat Leonardo selalu di seleksi Bu Berta. Jika kamu pernah mendengar istilah problem rich people, Bu Berta orangnya! Dia memiliki semua masalah dari A sampai Z, dan itu semua tersimpan di dalam dirinya sendiri.” “Kenapa kamu menceritakan semuanya padaku?” “Agar kamu bersiap-siap Sea.” “Ayolah Rin. Aku sama sekali tidak tertarik menjalin hubungan dengan siapapun, tidak ada gunanya kamu menceritakan ini semua pad
Baca selengkapnya

BAB 85: Dia, datang

“Sea!” Seorang pria melambaikan tangannya memanggil Rosea. Sudut bibir Rosea terangkat seketika membentuk senyuman, dengan cepat dia pergi menghampiri Brian yang kini duduk sendirian di depan meja bartender. Brian turun dari kursinya sambil memperhatikan penampilan Rosea malam ini yang terlihat cantik dan menarik banyak perhatian. “Hay,” sapa Rosea seraya masuk ke dalam pelukan singkat Brian yang langsung membuka tangannya dan memeluknya dengan hati-hati. “Duduklah,” pinta Brian dengan senyuman lebarnya, pria itu mengenakan pakaian kasual santai terlihat muda dan stylish. Telinganya memakai tindik hitam yang sewarna dengan warna rambutnya. Dengan patuh Rosea duduk di kursi kosong sebelah Brian. “Mau minum?” tawar Brian. “Ah tidak, terima kasih.” Perhatian Brian langsung tertuju pada tangan Rosea yang terluka, reaksi Brian terlihat sama dengan orang-orang yang baru mengetahui Rosea terluka, mereka terlihat kaget sekaligus khawatir. Dengan santai Rosea menjawab hal yang sama, y
Baca selengkapnya

BAB 86: Pengakuan Leonardo dan Penolakan Rosea

“Dia, Leonardo kan?” tanya Felicia dengan bingung. “Benar, itu Pak Leonardo” jawab Desy. Pupil mata Felicia melebar, seketika dia menggebrak meja dan membuat semua orang yang duduk menatapnya. “Dia mencari Rosea? Sea? Teman kita yang paling polos?” Dengan berat hati Karina mengangguk membenarkan. “Untuk apa?” “Kalian bisa menebaknya sendiri” jawab Karina singkat. “Ini gila, ini berita besar.” Felicia hampir menjerit kaget. Reaksi berlebihan Felicia dapat di pahami karena Leonardo adalah pria yang sangat sangat dan sangat low profil, dia paling tidak suka kehidupan pribadinya di lihat siapapun. “Jangan menceritakannya kepada siapapun! Kalian sayang Sea kan? Jika ada berita menyebar, bisa saja ini sampai pada telinga nenek sihir itu. Kita tidak boleh langsung berasumsi sebelum mengetahui kebenarannya langsung dari Sea. Kehidupan Sea akan di persulit jika sampai nenek sihir itu tahu. Jika berita ini menyebar, maka salah satu di antara kalian yang menceritakannya. Kalian mengerti?
Baca selengkapnya

BAB 87: Kesempatan

“Kamu bukan tipeku.” Tiga kata yang keluar dari mulut Rosea langsung menghancurkan kepercayaan diri seorang Leonardo Abraham, pria yang memiliki segalanya di atas rata-rata kebanyakan pria di dunia ini. Dan Rosea, wanita itu dengan jujurnya mengatakan Leonardo bukanlah tipenya. Apa kekurangan Leonardo? Detak jantung Leonardo memacu dengan cepat di landa kekecewaan, dengan sesak Leonardo menarik napasnya dalam-dalam mencoba menenangkan diri agar tetap bertahan di tempatnya dan membujuk Rosea untuk bisa menerimanya. “Katakan, tipemu seperti apa?” Tangan Rosea terkepal kuat, rupanya penolakan yang sudah dia katakan kepada Leonardo tidak berpengaruh apapun kepada pria itu. Rosea tertunduk menatap lantai, dengan berat hati diapun akhirnya berkata “Yang jelas pria yang tidak kaku, mendikte, dan terlalu mendominasi seperti kamu,” jawab Rosea lagi dengan gugup namun penuh dengan kejujuran. Rosea sangat berharap jawabannya sekarang akan membuat Leonardo marah dan berhenti di sini saja.
Baca selengkapnya

BAB 88: Status Baru

Karina mengangkat gelasnya, mengajak teman-temannya untuk bersulang lagi, entah sudah berapa gelas minuman yang mereka teguk, yang jelas mereka tidak begitu peduli. Dalam satu tegakan penuh Karina minum, namun bola matanya yang cantik itu bergerak melihat kedatangan Rosea dengan Leonardo. Karina langsung menurunkan gelasnya. Desy tersedak minumannya karena kini Leonardo, bossnya kembali dengan membawa Rosea. Sementara Felicia yang baru akan menyuapkan makanan langsung menutup mulutnya kembali. Ketiga wanita itu terpaku, melihat tangan Leonardo yang melingkar di pinggang Rosea. “Aku boleh bergabung?” Tanya Leonardo dengan nada dingin dan wajah tanpa ekspresinya. Bibir Karina mengerucut tampak terganggu, namun Karina merasa penasaran akan seperti apa Leonardo memperlakukan Rosea di hadapan semua orang. Padahal pria itu selalu menjaga kehidupan pribadinya dari siapapun. “Duduklah” jawab Karina. “Terima kasih.” Leonardo menarik kursi untuk Rosea duduk dan menarik kursinya sendiri,
Baca selengkapnya

BAB 89: Malam Panjang

Senyuman Rosea memudar, wanita itu sadar betul kata-kata Leonardo menyiratkan apa. Leonardo menggeser posisi duduknya mengikis jarak di antara mereka, dada Leonardo menyentuh sisi lengan Rosea. Wajah Mereka begitu dekat. Leonardo tidak dapat menahan diri untuk tidak menyentuh wajah Rosea lagi dan menahan wajah cantiknya itu untuk menatap dirinya. Detak jantung Leonardo kembali berdegup begitu cepat, semua yang dia dengar dari mulut Rosea selalu berhasil membuat Leonardo semakin merasa penasaran dengan isi hati Rosea yang sesungguhnya. “Jika aturan hubungan kamu hanya tidak boleh menggunakan uang dan kekuasaan,” Leonardo kembali terdiam, meneliti setiap lekuk wajah Rosea yang begitu dekat dengannya. “Itu artinya, kita terus berpegangan tangan, berpelukan, dan” perhatian Leonardo tertuju pada bibir Rosea yang menggodanya untuk dia rasakan. Sorot mata Leonardo berubah. Leonardo tidak melanjutkan kata-katanya lagi, pria itu memiringkan wajahnya, bibirnya menyentuh bibir Rosea dan d
Baca selengkapnya

BAB 90: Bunga di Pagi Hari

Rosea berdiri di depan jendela, melihat ke bawah, terdapat seorang kurir yang berdiri di depan gerbang rumahnya tengah menekan bel beberapa kali. Rosea segera pergi turun dan keluar. Siapa pagi-pagi seperti yang mengirimkan paket untuknya? Rosea jarang sekali menerima paket ke rumah pribadinya. Rosea mendorong ke sisi gerbang rumahnya, wanita itu sedikit mematung dengan napas tersenggal karena terlalu banyak berlari. Perhatian Rosea langsung tertuju pada sebuah bucket bunga yang di keluarkan dari mobil box. Bucket bunga itu terlihat besar sampai-sampai kepala kurir yang mengantar tidak terlihat, dengan hati-hati sang kurir menurunkan bucket bunga. Kurir itu tersenyum lebar seraya membaca nama alamat yang di tujunya “Selamat pagi. Benar ini rumah atas nama Ibu Rosea?” “Benar, saya sendiri” Senyuman pria itu melebar seraya menyerahkan bucket bunga besar kepada Rosea. “Ada kiriman untuk Anda dari Pak Leonardo, silahkan di terima dan tanda tangan di sini.” Rosea menerima bucket bu
Baca selengkapnya

BAB 91: Pertemuan tidak Terduga

“Nenek.” “Ya, ada apa Prince?” “Apa aku boleh bermain di luar? Di taman depan.” Seketika Berta mengangkat tangannya dan melihat jam di tangannya, “Mainnya nanti, guru belajar kamu akan segera datang.” “Aku tidak mau belajar,” tolak Prince dengan suara protesan kecilnya, kesedihan kian terpancar di matanya yang bulat berkilauan itu. Prince merasa kesal karena Berta terus-terusan meminta dia belajar, Prince ingin bermain seperti anak-anak lainnya. “Prince, berhenti merajuk. Kamu sudah berjanji kepada nenek untuk menjadi anak yang patuh, kamu sudah banyak bermain daripada belajar. Anak baik harus menepati janjinya.” “Tapi aku lelah belajar.” “Prince, kamu tidak boleh manja.” “Aku tidak mau belajar!” Tolak Prince dengan teriakan keras dan perlahan menangis. Berta menurunkan kacamatanya seketika, sesaat dia membuang napasnya dengan berat. Wanita itu menggeleng kecil memperhatikan ketidak patuhan Prince padanya. Berta segera bangkit dan mendekati Prince yang kini tengah menangis
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
17
DMCA.com Protection Status