“Kamu gila Leo, berhenti membuat orang lain tidak nyaman. Aku masih ingin memperjuangan Sea dan mengajaknya kembali, kamu harus mundur dan jangan mengacaukannya,” perintah Aarav serius. “Kamu tidak berhak mengaturku keputusanku.” “Sea bukan wanita yang bisa kamu beli dengan uang.” “Aku tahu itu.” “Bagaimana jika bibi Berta tahu?” Aarav mulai membawa-bawa Berta untuk menggertak. Leonardo menyeringai, “Bagaimana jika ibumu tahu, kamu masih mengejar mantan kamu yang sudah membuat kamu sakit dan mengurung diri selama dua minggu?” Leonardo balas menggertak Aarav. Aarav tercengang kaget karena Leonardo balas menggertaknya, ibu Aarav sangat tidak menyukai Rosea karena Rosea sudah membuat Aarav galau merana di putuskan tepat ketika Aarav sangat yakin bahwa Rosea adalah wanita yang selama ini di nantinya untuk menjadi isterinya. Gertakan balik Leonardo membuat Aarav membungkam, tidak sepatutnya masalah asmaranya dengan wanita di ketahui ibu mereka yang cerewet dan menyebalkan. “Brengse
Karina mengambil gelas minumannya dan menegaknya, wanita itu langusng menunjuk Rosea yang duduk di hadapannya. “Kamu sudah bertemu Bu Berta?.” “Siapa Bu Berta?” “Nenek lampir di dunia nyata. Dia ibunya Leonardo yang sangat terkenal di kalangan orang-orang kaya. Wanita itu sangat perfectsionis, suka mengomel, tidak menerima celah kekurangan sedikitpun, tidak jarang banyak wanita yang sangat tergila-gila kepada Leonardo memilih mundur karena adanya Bu Berta. Bu Berta adalah tembok beton, benteng terkuat yang menghalangi Leonardo berhubungan dengan wanita. Semua wanita yang dekat Leonardo selalu di seleksi Bu Berta. Jika kamu pernah mendengar istilah problem rich people, Bu Berta orangnya! Dia memiliki semua masalah dari A sampai Z, dan itu semua tersimpan di dalam dirinya sendiri.” “Kenapa kamu menceritakan semuanya padaku?” “Agar kamu bersiap-siap Sea.” “Ayolah Rin. Aku sama sekali tidak tertarik menjalin hubungan dengan siapapun, tidak ada gunanya kamu menceritakan ini semua pad
“Sea!” Seorang pria melambaikan tangannya memanggil Rosea. Sudut bibir Rosea terangkat seketika membentuk senyuman, dengan cepat dia pergi menghampiri Brian yang kini duduk sendirian di depan meja bartender. Brian turun dari kursinya sambil memperhatikan penampilan Rosea malam ini yang terlihat cantik dan menarik banyak perhatian. “Hay,” sapa Rosea seraya masuk ke dalam pelukan singkat Brian yang langsung membuka tangannya dan memeluknya dengan hati-hati. “Duduklah,” pinta Brian dengan senyuman lebarnya, pria itu mengenakan pakaian kasual santai terlihat muda dan stylish. Telinganya memakai tindik hitam yang sewarna dengan warna rambutnya. Dengan patuh Rosea duduk di kursi kosong sebelah Brian. “Mau minum?” tawar Brian. “Ah tidak, terima kasih.” Perhatian Brian langsung tertuju pada tangan Rosea yang terluka, reaksi Brian terlihat sama dengan orang-orang yang baru mengetahui Rosea terluka, mereka terlihat kaget sekaligus khawatir. Dengan santai Rosea menjawab hal yang sama, y
“Dia, Leonardo kan?” tanya Felicia dengan bingung. “Benar, itu Pak Leonardo” jawab Desy. Pupil mata Felicia melebar, seketika dia menggebrak meja dan membuat semua orang yang duduk menatapnya. “Dia mencari Rosea? Sea? Teman kita yang paling polos?” Dengan berat hati Karina mengangguk membenarkan. “Untuk apa?” “Kalian bisa menebaknya sendiri” jawab Karina singkat. “Ini gila, ini berita besar.” Felicia hampir menjerit kaget. Reaksi berlebihan Felicia dapat di pahami karena Leonardo adalah pria yang sangat sangat dan sangat low profil, dia paling tidak suka kehidupan pribadinya di lihat siapapun. “Jangan menceritakannya kepada siapapun! Kalian sayang Sea kan? Jika ada berita menyebar, bisa saja ini sampai pada telinga nenek sihir itu. Kita tidak boleh langsung berasumsi sebelum mengetahui kebenarannya langsung dari Sea. Kehidupan Sea akan di persulit jika sampai nenek sihir itu tahu. Jika berita ini menyebar, maka salah satu di antara kalian yang menceritakannya. Kalian mengerti?
“Kamu bukan tipeku.” Tiga kata yang keluar dari mulut Rosea langsung menghancurkan kepercayaan diri seorang Leonardo Abraham, pria yang memiliki segalanya di atas rata-rata kebanyakan pria di dunia ini. Dan Rosea, wanita itu dengan jujurnya mengatakan Leonardo bukanlah tipenya. Apa kekurangan Leonardo? Detak jantung Leonardo memacu dengan cepat di landa kekecewaan, dengan sesak Leonardo menarik napasnya dalam-dalam mencoba menenangkan diri agar tetap bertahan di tempatnya dan membujuk Rosea untuk bisa menerimanya. “Katakan, tipemu seperti apa?” Tangan Rosea terkepal kuat, rupanya penolakan yang sudah dia katakan kepada Leonardo tidak berpengaruh apapun kepada pria itu. Rosea tertunduk menatap lantai, dengan berat hati diapun akhirnya berkata “Yang jelas pria yang tidak kaku, mendikte, dan terlalu mendominasi seperti kamu,” jawab Rosea lagi dengan gugup namun penuh dengan kejujuran. Rosea sangat berharap jawabannya sekarang akan membuat Leonardo marah dan berhenti di sini saja.
Karina mengangkat gelasnya, mengajak teman-temannya untuk bersulang lagi, entah sudah berapa gelas minuman yang mereka teguk, yang jelas mereka tidak begitu peduli. Dalam satu tegakan penuh Karina minum, namun bola matanya yang cantik itu bergerak melihat kedatangan Rosea dengan Leonardo. Karina langsung menurunkan gelasnya. Desy tersedak minumannya karena kini Leonardo, bossnya kembali dengan membawa Rosea. Sementara Felicia yang baru akan menyuapkan makanan langsung menutup mulutnya kembali. Ketiga wanita itu terpaku, melihat tangan Leonardo yang melingkar di pinggang Rosea. “Aku boleh bergabung?” Tanya Leonardo dengan nada dingin dan wajah tanpa ekspresinya. Bibir Karina mengerucut tampak terganggu, namun Karina merasa penasaran akan seperti apa Leonardo memperlakukan Rosea di hadapan semua orang. Padahal pria itu selalu menjaga kehidupan pribadinya dari siapapun. “Duduklah” jawab Karina. “Terima kasih.” Leonardo menarik kursi untuk Rosea duduk dan menarik kursinya sendiri,
Senyuman Rosea memudar, wanita itu sadar betul kata-kata Leonardo menyiratkan apa. Leonardo menggeser posisi duduknya mengikis jarak di antara mereka, dada Leonardo menyentuh sisi lengan Rosea. Wajah Mereka begitu dekat. Leonardo tidak dapat menahan diri untuk tidak menyentuh wajah Rosea lagi dan menahan wajah cantiknya itu untuk menatap dirinya. Detak jantung Leonardo kembali berdegup begitu cepat, semua yang dia dengar dari mulut Rosea selalu berhasil membuat Leonardo semakin merasa penasaran dengan isi hati Rosea yang sesungguhnya. “Jika aturan hubungan kamu hanya tidak boleh menggunakan uang dan kekuasaan,” Leonardo kembali terdiam, meneliti setiap lekuk wajah Rosea yang begitu dekat dengannya. “Itu artinya, kita terus berpegangan tangan, berpelukan, dan” perhatian Leonardo tertuju pada bibir Rosea yang menggodanya untuk dia rasakan. Sorot mata Leonardo berubah. Leonardo tidak melanjutkan kata-katanya lagi, pria itu memiringkan wajahnya, bibirnya menyentuh bibir Rosea dan d
Rosea berdiri di depan jendela, melihat ke bawah, terdapat seorang kurir yang berdiri di depan gerbang rumahnya tengah menekan bel beberapa kali. Rosea segera pergi turun dan keluar. Siapa pagi-pagi seperti yang mengirimkan paket untuknya? Rosea jarang sekali menerima paket ke rumah pribadinya. Rosea mendorong ke sisi gerbang rumahnya, wanita itu sedikit mematung dengan napas tersenggal karena terlalu banyak berlari. Perhatian Rosea langsung tertuju pada sebuah bucket bunga yang di keluarkan dari mobil box. Bucket bunga itu terlihat besar sampai-sampai kepala kurir yang mengantar tidak terlihat, dengan hati-hati sang kurir menurunkan bucket bunga. Kurir itu tersenyum lebar seraya membaca nama alamat yang di tujunya “Selamat pagi. Benar ini rumah atas nama Ibu Rosea?” “Benar, saya sendiri” Senyuman pria itu melebar seraya menyerahkan bucket bunga besar kepada Rosea. “Ada kiriman untuk Anda dari Pak Leonardo, silahkan di terima dan tanda tangan di sini.” Rosea menerima bucket bu
Suara tangisan terdengar di dalam kamar ketika Leonardo kembali pulang, Prince terbaring di ranjangnya tengah di tangani oleh dokter karena mengalami demam lagi. Prince meracau, bergerak gelisah dalam tidurnya, dia terus menangis merintih kesakitan memanggil Leonardo dan memintanya untuk dipertemukan dengan Rosea. “Demamnya masih belum turun, kita harus menjaganya lebih ketat, jika demamnya tidak kunjung mereda, Prince harus dibawa ke rumah sakit.” Leonardo menyandarkan bahunya pada dinding, pria itu tidak banyak berbicara dan hanya bisa memandangi Prince yang kini terus bergerak meracau dan menggigil kesakitan. Sekali lagi dan di waktu yang bersamaan, Leonardo harus menerima diri bahwa kini tidak hanya hatinya yang terluka atas kepergian Rosea, puteranya mengalami hal yang sama. Pembicaraan Prince dengan Rosea mengguncang perasaannya, anak itu tidak mampu menangani emosional dan tekanan yang memenuhi kepalanya. Prince tidak ingin ditinggalkan, namun dia juga tidak tahu mengapa Ro
Suasana rumah berantakan, Abraham mengamuk tidak terkendali sebelum dia memutuskan pergi keluar dan ikut mencari keberadaan Rosea di mana untuk meminta maaf.Kini tinggal Berta seorang diri dengan sebuah renungan yang dalam atas tindakan yang telah dia perbuat yang tanpa sadar menghancurkan keluarganya sendiri. Hubungannya dengan Leonardo menjadi hancur, dan perusahaan yang tidak tertangani kacau. Kepergian Leonardo dari perusahaan adalah sebuah pukulah besar yang tidak mudah di tangani.“Nyonya, Anda harus istirahat,” nasihat seorang assistant rumah tangga.Berta tidak menggubris, dengan lemah wanita itu pergi keluar rumah dan meminta sang sopir untuk mengantarkannya ke rumah Rosea. Berta harus menurunkan egonya untuk menyelamatkan keluargnya, Berta harus meminta maaf dan tidak lagi mengganggu Rosea.Hanya Rosea yang bisa mengubah keputusan Leonardo saat ini.“Kamu tahu di mana rumah Rosea?” tanya Berta pada sopirnya.“Saya tidak tahu, tapi saya akan menayakannya pada anak buah Anda.
Suara bantingan pintu terdengar keras membuat Berta yang tengah bekerja tersentak kaget dan harus segera berdiri melihat kedatangan Leonardo yang mendatanginya.Setelah cukup lama menolak untuk bertemu, kini akhirnya Leonardo datang sendiri menemuinya.Berta sudah bisa merasakan kemarahan dan kebencian Leonardo terhadap dirinya, entah apalagi yang kini akan membuat Leonardo marah. Berta berharap ini mengenai kandasnya hubungan Leonard dan Rosea.“Apa yang sebenarnya Ibu mau?” tanya Leonardo dengan geraman dan mata menyala-nyala di penuhi oleh amarah yang meledak-ledak. “Ibu pikir aku akan menurut jika Ibu bertindak gila seperti ini padaku? Ibu salah, semakin Ibu berusaha menekanku, aku semakin yakin keluar dari keluarga sampah ini!”Tubuh Berta dipenuhi ketegangan karena apa yang ingin di dengar berbeda dengan apa yng di ucapkan oleh Leonardo.“Kita bicara baik-baik Le,” bujuk Berta.“Mengapa kita harus bicara baik-baik jika semuanya sudah tidak ada yang membaik?” tanya balik Leonardo
Rosea membuka handponenya setelah beberapa hari ini dia matikan, tangan wanita itu gemetar melihat ada beberapa pekerjaan yang batal, termasuk pekerjaan yang baru akan dia dapatkan dari meeting di Bali. Semua itu terjadi karena artikel buruk yang menyebar luas di kalangan rekan kerjanya.Nama Rosea tetap tercoreng meski berita itu sudah turun.Semua kerja kerasnya yang di bangun dan dia perjuangkan selama ini harus hangus oleh sebuah fitnah kejam yang mengarah kepadanya. Rosea tidak tahu kehancuran apalagi yang akan dia terima bila dia terus berada di sisi Leonardo.Tidak hanya kariernya, Berta juga sudah mengirim banyak orang untuk menerornya. Terror itu tidak hanya mengarah pada kediamanya, ada banyak pesan masuk dan ancaman pembunuhan bila Rose tidak menyingkir dari kehidupan keluarga Abraham.Ini sangat menyakitkan untuk Rosea, namun akan lebih menyakitkan untuknya bila terus mempertahankan semuanya.Rosea tidak ingin keluarganya menjadi sasaran selanjutnya Berta.Desakan suara ta
Rosea berdiri di depan cermin, memperhatikan dirinya sendiri dengan seksama. Sudah hampir empat hari ini dia mengurung diri dan tidak melakukan kontak apapun siapapun, pekerjaannya yang terbengkalai dikerjakan Helvin begitu dia tahu jika Rosea dengan mengalami masalah.Rosea sudah berbicara dengan Karina secara khusus untuk membicarakan apa yang ingin Rosea lakukan kedapannya, ada banyak hal yang kemungkinan terjadi diluar dari apa yang selama ini Rosea rencanakan dalam hidupnya.Rosea tidak memiliki sedikitpun ketenangan sejak mendapatkan terror di malam itu, ancaman demi ancaman terus datang kepadanya hingga membuat Rosea takut untuk keluar sendirian.Rosea bersyukur karena Karina juga Emmanuel terus menemaninya dan mendorongnya untuk kembali bangkit menjadi lebih berani, mereka tidak membirkan Rosea sendirian karena kondisinya yang tidak stabil.Perasaan Rosea terasa sedikit lebih tenang, kini dia ingin pergi keluar seorang diri untuk menyelesaikan semua masalah yang memang sudah s
Prince duduk dalam kesendirian di pagi hari, sesekali anak itu menyeka air matanya dan melihat ke sekitar, Leonardo tidak pulang sejak kemarin dan Prince hanya di urus oleh para pekerja di rumah.Prince tertunduk dan kembali menangis sendirian, suasana hatinya dilanda oleh kegelisahan dan perasaan yang mendesaknya ingin menangis. Prince merasakan ada sesuatu yang lain akhir-akhir ini, ayahnya terlihat tidak bahagia dan Rosea tidak datang ke rumahnya.Semua ini terjadi sejak pesta ulang tahunnya. Sejak kedatangan ibunya yang bertemu Rosea.Berta tidak datang ke rumah, sekalinya dia datang, para pekerja tidak mengizinkan bertemu Prince. Prince juga tidak lagi diminta untuk menemui Berta dan melewati banyak pelajaran yang melelahkan. Keputusan Leonardo yang menjauhkan Prince dari Berta membuat Prince tersadar bahwa ayah dan neneknya itu tengah bertengkar.Suara langkah seseorang terdengar dari sudut ruangan membuat Prince melihat ke arah pintu.Leonardo datang dalam keadaan kusut dan ter
Rosea tertidur meringkuk sendirian di ranjang, butuh waktu lama untuk dia bisa kembali menenangkan diri di temani Karina, jiwa Rosea terguncang dalam ketakutan.Rosea tidak dapat berhenti menangis begitu melihat ratusan artikel berita online yang bermunculan membuat berita bohong.Karina khawatir sebuah berita bohong yang sebar luaskan Berta akan sampai ke tangan keluarga Rosea dan rekan kerjanya, nama Rosea akan hancur tercoreng oleh sebuah fitnah.Bertahun-tahun Rosea berusaha keras mendedikasikan hidupnya dengan bekerja dan membangun namanya sendiri, sangat tidak adil jika namanya tercoreng begitu saja.Betapa bekerja kerasnya Karina menuntut Leonardo bertindak cepat untuk menurunkan semua berita yang dibuat.Beruntungnya Leonardo memahami dampak berita bohong yang Berta sebarkan, kurun dari waktu dua jam, secara perlahan berita itu menghilang.“Untuk saat ini, biarkan Sea tinggal di sini. Aku tidak ingin dia bertemu dengan Leo untuk sementara waktu, biarkan dia tenang dan mengambi
Berta meletakan alat makannya di atas piring begitu dia selesai makan.“Anda ingin berbicara apa dengan saya?” tanya Rosea.Tubuh Berta menegak, wanita itu itu menatap tajam Rosea dengan pandangan merendahkan seperti biasanya. “Kita langsung pada intinya saja, kamu harus sadar jika kamu dan Leonardo tidak memiliki kemungkinan sedikitpun untuk bersama. Daripada membuang waktu, sebaiknya tinggalkan dia sekarang sebelum kamu merasa menyesal.”Rosea terdiam mendengarkan ucapan mendikte Berta seperti saat pertama kali mereka bertemu.“Keluarga kami tidak bisa menerima orang sembarangan, jika kamu tetap berusaha bertahan seperti ini, kamu akan hancur karena saya bisa menghancurkan kamu dan keluarga kamu.”Berta mengambil tasnya dan mengambil sebuah cek, lalu mengisinya, dengan angkuhnya wanita itu menyodorkannya di hadapan Rosea. “Ambil uang lima milliar itu, lalu tinggalkan Leo dan jangan pernah muncul lagi hadapannya. Sudah cukup banyak uang Leo berikan sama kamu, kamu juga masih muda dan
Rosea ingin tidur, namun hatinya terjebak kegundahan lagi yang membuatnya terus membuka mata dan hanya diam terpaku melihat langit-langit kamar, begitu pula dengan Leonardo yang kini terbaring di sampingnya.Leonardo terjaga sepenuhnya, tangannya menggenggam tangan Rosea di bawah selimut. Pria itu terbaring mirip menatap lekat Rosea, rambutnya yang masih setengah masih terlihat membasahi bantal.“Apa yang kamu inginkan dalam hidup ini Sea?” tanya Leonardo serius.“Aku tidak tahu, aku menjalani apa yang ingin aku jalani. Bagaimana dengan kamu sendiri?”Leonardo terdiam cukup lama sampai akhirnya sebuah kalimat keluar dari mulutnya. “Aku hanya ingin bahagia dan hidup tanpa penyesalan.”Rosea bergerak pelan dan membalas tatapan hangat pria itu, ada jiwa yang kosong di mata pria itu yang membuat Rosea bergerak mendekat dan masuk ke dalam dekapannya.Hangat dan lembut kulit Leonardo membuat Rosea memejamkan mata dan menarik napasnya dalam-dalam, Rosea membalas pelukan Leonardo dan merasaka