Home / Romansa / Jadikan Aku yang Kedua / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Jadikan Aku yang Kedua: Chapter 31 - Chapter 40

154 Chapters

Panggilan Pengganggu

“Alya mana, Rin?” tanya Gavin siang itu kepada Rini, asisten Alya.“Ada di dalam, Pak. Tadi saya lihat lagi telponan,” jawab Rini dengan sopan.Gavin manggut-manggut sambil melirik jam di tangannya.“Kamu gak makan siang?” lagi Gavin bertanya.“Iya, ini saya mau keluar makan. Tadi sudah izin Bu Alya juga,” urai Rini.“Ya sudah kalau gitu. Aku masuk ke dalam dulu,” pamit Gavin sambil berjalan menuju ruangan Alya. Sedangkan Rini hanya menganggukkan kepala sembari bersiap keluar makan siang.Gavin mengetuk beberapa kali lalu membuka pintu ruang kerja Alya perlahan. Ia melihat Alya sedang berbicara di telepon sambil berdiri di dekat jendela. Alya sempat tersenyum dan mengangguk seakan menyuruh Gavin masuk ke ruangannya.Gavin langsung duduk di kursi depan meja kerja Alya. Ia hanya diam memperhatikan Alya yang sedang berbicara serius di telepon.“Iya baik, Pak. Saya a
Read more

Pura-pura Mabuk

Gavin buru-buru memarkir mobilnya dan tergesa turun begitu sampai di tempat tujuan. Sebuah pub sedikit jauh dari apartemennya, beda dengan pub yang kemarin malam. Gavin masuk ke dalam pub itu dengan celingukan hingga tiba-tiba seorang gadis berambut pendek menepuk bahunya.“Kakaknya Alya?” tanya gadis itu sambil tersenyum ramah.“Iya. Mana Alya?” kata Gavin balik bertanya.“Itu, Kak. Di sana!” tunjuk gadis itu ke sebuah sofa.Gavin menggelengkan kepala saat melihat Alya sudah tertidur di sofa tersebut. Padahal selama ini Gavin tidak pernah melihatnya mabuk seperti ini. Mengapa akhir-akhir ini Alya semakin sering hang out ke pub dan parahnya pakai acara mabuk lagi.“Memangnya kalian ke sini untuk mabuk-mabukan?” sergah Gavin sedikit marah.Gadis berambut pendek itu terdiam dan menggeleng.“Sebenarnya kami gak pernah mabuk-mabukan kok, Kak. Hanya tadi Alya tampak suntuk katanya banya
Read more

Semerah Kepiting Rebus

Sesuai janji Gavin, pagi sekali dia sudah berangkat kerja dan mampir ke apartemen Alya. Alya yang baru saja bangun dan usai mandi tergopoh membukakan pintu kabin apartemennya.“Mas Gavin!!” seru Alya.Gavin hanya diam mematung di depan pintu. Dia terkejut melihat Alya yang hanya mengenakan bathrobe dengan handuk yang melilit rambutnya.“Kamu baru bangun?” tanya Gavin.“Iya. Kepalaku pusing banget semalem,” jawab Alya dengan cengengesan.Gavin hanya menghela napas sambil menggelengkan kepala lalu sudah menyerbu masuk ke dalam apartemennya. Alya hanya tersenyum dan mengikuti langkah kakaknya itu.“Aku belikan sarapan tadi. Kamu suka bubur ayam, ‘kan?” ucap Gavin sambil meletakkan bubur ayam di atas meja makan seraya menyiapkan alat makannya.Alya hanya mengangguk sambil tersenyum.“Makasih ya, Mas. Aku ganti baju dulu terus kita sarapan bareng,” kata Alya sambil be
Read more

Antara Jas Putih dan Jas Hitam

“Mas ... jangan lupa nanti pulang agak sore, ya? Hari ini aku waktunya kontrol,” ucap Yeni mengingatkan saat Gavin hendak berangkat kerja pagi itu.“Iya, Sayang. Aku ingat, kok. Terus kamu masih ada keluhan, gak?” kata Gavin balik bertanya.Yeni menggeleng sambil tersenyum.“Sepertinya sudah gak, Mas. Lagian ini sudah mau bulan ketiga, aku rasa si dedek udah pinter gak bikin mamanya mual terus.”Gavin tersenyum, sambil mengecup lembut kening Yeni.“Ya sudah, kalau gitu aku berangkat dulu, ya?” pamit Gavin kemudian.Yeni sudah menganggukkan kepala sambil mengantar Gavin hingga ke depan pintu. Begitu Gavin sudah berlalu pergi, Yeni kembali meneruskan aktivitas lagi. Ia memang sudah tidak seperti awal-awal hamil dulu sehingga bisa melakukan kegiatan seperti biasa.Sementara Gavin sudah melajukan mobilnya menuju kantor, tak sampai setengah jam dia sudah tiba di sana. Gavin baru saja memarkir
Read more

Maafkan Aku

Lagi-lagi Yeni melihat Gavin berulang menundukkan kepala sambil menarik napas panjang seakan baru saja mengambil keputusan sulit dalam hidupnya. Entah sejak menelepon Alya tadi, Gavin tampak semakin gelisah dan Yeni melihat keanehan suaminya itu.“Mas ... ,” panggil Yeni.Gavin tampak tersentak kaget dan menoleh ke arah Yeni. Mereka sudah di dalam mobil perjalanan pulang.“Kamu kenapa sih, Mas? Kok dari tadi terlihat gelisah terus?” lanjut Yeni bertanya.“Eng ... gak papa kok, Sayang. Gak ada apa-apa,” bohong Gavin.Yeni menghela napas sambil menyandarkan punggungnya ke kursi.“Jangan bohong deh, Mas. Aku itu tahu kamu sedang ada masalah, kenapa gak terus terang saja, sih,” urai Yeni sedikit jengkel.Gavin terdiam kemudian melirik ke arah Yeni dengan cemas. Ia sudah menghela napas lagi kemudian menganggukkan kepala.“Sebenarnya hari ini aku ada undangan ke acara pernikahan p
Read more

Kakak Rasa Pacar

“Alya, om kira kamu tidak akan datang,” ucap Pak Wira begitu Alya maju ke atas pelaminan untuk bersalaman dengan Pak Wira dan putrinya yang berbahagia.“Iya maaf, Pak. Tadi harus menyelesaikan pekerjaan dulu,” jawab Alya dengan sopan.Pak Wira hanya manggut-manggut kemudian sudah menyalami Gavin yang berdiri di belakang Alya.“Terima kasih sudah mau datang ke sini, Vin. Gimana kabar istrimu? Sudah isi, belum?” kini giliran Pak Wira beramah tamah ke Gavin.“Alhamdulillah, Pak. Sudah jalan tiga bulan. Minta doanya biar lancar sampai lahiran,” ucap Gavin menjawab tak kalah sopannya.“Akh, syukurlah. Baskoro pasti senang kalau masih hidup. Beruntung sekali mempunyai putra dan putri seperti kalian,” puji Pak Wira.Gavin dan Alya hanya mengangguk kemudian sudah undur diri menuju area meja prasmanan. Mereka kemudian sudah tampak asyik menikmati makanan yang tersaji di sana.“A
Read more

Demi Istri Pertama

Gavin terdiam, tetap bergeming di belakang kemudinya. Sudah hampir setengah jam lalu, Gavin sudah tiba di apartemennya namun, dia belum juga turun dari mobil. Dia masih terpaku di belakang kemudi sambil perlahan menyentuh bibirnya berulang.“Astaga!! Kenapa dengan diriku ini? Kenapa aku diam saja saat Alya menciumku? Kenapa aku tidak bisa menolaknya, sih. Aghrrr ... ,” maki Gavin penuh kekesalan.Sekali lagi untuk keberapa kali dia kembali berciuman dengan Alya dan kali ini dia malah menarik Alya untuk mendekat ke arahnya.“Tahu, tahu Alya melakukannya itu untuk mengelabui Ryan. Tapi gak begitu juga caranya. Duh!”Gavin masih teringat usai Alya menciumnya tadi. Alya langsung spontan membuat dagu Gavin untuk menengok ke arah pintu apartemen di belakangnya. Di sana sudah berdiri Ryan yang terdiam mengawasi mereka. Jadi karena alasan itu, Alya menciumnya tadi.“Aku janji ini yang terakhir kali. Sumpah. Aku gak akan mau me
Read more

Kegalauan Alya

Sabtu pagi rumah Bu Aminah sudah sangat sibuk, beberapa tamu sudah berdatangan ditambah dengan meriahnya hiasan di setiap sudut rumah. Hari ini adalah pesta acara tujuh bulanan Yeni. Memang Bu Aminah meminta acaranya diadakan di rumah, selain kalau diadakan di apartemen tidak memungkinkan. Bu Aminah juga sudah lama menginginkan kehadiran seorang cucu, makanya beliau sangat antusias saat tahu Gavin akan mengadakan acara tujuh bulanan tersebut.Yeni dari pagi sudah didadani layaknya seorang pengantin. Wajahnya yang cantik semakin bersinar dan memperlihatkan sosok keibuan. Bu Aminah sangat bahagia melihatnya, berulang kali dia mengecup mesra menantu kesayangannya itu.Gavin juga tidak kalah gantengnya hari ini, ia juga ikut berdandan layaknya seorang pengantin. Sementara Alya seperti biasa selalu dituntut ibunya untuk mengikuti setiap acara dengan runtut padahal dia ingin sekali menghindar dan pergi dari sana. Ini mengingatkannya saat acara pernikahan Gavin dulu.&
Read more

Jangan Pergi

“Al, pacarmu, tuh,” bisik Ryan lirih.Tentu saja Alya masih bisa mendengarnya. Ia mengangguk kemudian berjalan mendekat sementara Ryan bergegas masuk ke dalam kabin apartemennya. Ia tidak ingin membuat runyam permasalahan dan juga memilih tidak ingin turut campur.Alya menghentikan langkahnya tepat di depan kamar, menatap Gavin yang masih diam dan terus menatapnya marah.“Mas Gavin dari tadi di sini?” tanya Alya menyapa.Gavin tidak menjawab sudah melepas lipatan tangannya dan meminta Alya mempercepat membuka pintu apartemen. Alya menurut dan langsung membuka pintu apartemennya. Mereka segera masuk dan Gavin langsung menutupnya hingga terdengar bunyi bedebam di bagian belakang sampai membuat Alya terjingkat kaget.Alya sontak menoleh dan menatap kesal ke arah kakak angkatnya yang ganteng itu.“Mas Gavin apaan sih. Pakai banting-banting pintu segala,” cercah Alya kemudian.“Kamu tuh yang apaan.
Read more

Salah Sangka

Hampir dua bulan berselang sejak kejadian Alya menghilang. Sejak saat itu Alya sedikit mengatur emosi dan perasaannya, ia tidak ingin membuat kakaknya salah sangka seperti waktu itu sehingga membuat jarak dalam hubungan mereka.Pagi ini Alya sudah bersiap akan berangkat ke kantor saat ponselnya terus berdering. Ada nama Gavin di layar utamanya.“Ada apa, Mas?” tanya Alya kemudian memulai panggilannya.[“Al, aku datang sedikit terlambat kali ini. Ini jadwal kontrol Yeni dan kebetulan dia mendaftar yang pagi. Tidak masalah ‘kan kalau aku datang terlambat?”] ucap Gavin di seberang sana.Alya hanya diam. Sebenarnya dia paling benci setiap Gavin menelepon dan memberitahu mengantar Yeni kontrol untuk alasan keterlambatannya. Alya lebih suka Gavin datang terlambat karena ban mobilnya bocor atau apa saja asal jangan Yeni. Entah mengapa Alya tidak suka kalau Gavin lebih memprioritaskan Yeni. Tetapi bagaimana lagi mereka suami istri da
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status