Home / Romansa / Jadikan Aku yang Kedua / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Jadikan Aku yang Kedua: Chapter 21 - Chapter 30

154 Chapters

Kesempatan dalam Kesempitan

Usai meneduh beberapa saat akhirnya Gavin dan Alya memutuskan melanjutkan perjalanan lagi. Kali ini mereka berencana mencari toko baju yang buka untuk mengganti baju Alya yang basah kuyup. Namun, tidak ditemui toko baju yang buka. Mungkin karena hujan deras, banjir menyebabkan beberapa toko tutup sebelum waktunya.“Udah, Mas. Aku pakai ini saja, nanti lama-lama juga kering,” ujar Alya dengan santainya.Gavin tidak menjawab dan masih terus mengawasi ke kanan kiri jalan mencari toko yang buka. Hingga akhirnya mobil mereka dihentikan oleh petugas kepolisian.“Selamat malam, Pak. Ada apa kok jalannya ditutup?” tanya Gavin dengan sopan.“Iya, maaf mengganggu perjalanan Anda. Jalannya ditutup karena sungai di depan meluber sampai ke jalan sehingga membahayakan lalu lintas,” terang petugas kepolisian.“Lalu kalau saya akan kembali pulang lewat jalan mana, Pak?” lagi Gavin bertanya.“Mau melanjut
Read more

Our Secret

“MAS GAVIN!!!” seru Alya kembali mengulang panggilannya.Sontak Gavin terjingkat kaget dan terbangun dari tidurnya. Ia berulang mengerjapkan mata sambil terus menguceknya. Alya terkekeh melihat tingkah lucu kakaknya saat terbangun dari tidur.“Mas mau tidur di sini terus? Ini sudah jam delapan pagi,” ujar Alya kemudian.“Eng ... gak. Mana mungkin di sini terus. Lagian kamu kok gak banguni aku dari tadi, sih,” kata Gavin memberi alasan.“Aku sudah membangunkan Mas sejak jam tujuh tadi,” rutuk Alya sambil memajukan bibirnya.Gavin tersenyum, bangkit sambil mengacak rambutnya. Ia sudah berjalan menuju kamar mandi sekarang.“Gila!! Untung saja tadi cuman mimpi. Kenapa juga aku sampai ngimpi bercumbu dengan Alya. Gak beres otakku ini,” gumam Gavin sambil terus menggelengkan kepalanya.Ia sudah mulai melakukan aktivitas kamar mandi. Sementara Alya terus tersenyum sambil menatap bay
Read more

Keep The Secret

Alya berjalan dengan lesu turun dari mobilnya. Ia sengaja pulang sore hari ini, ia masih lelah usai pergi keluar kota kemarin.“Al, tumben sore sudah pulang,” sapa Bu Aminah begitu Alya masuk ke ruang tamu.“Iya, Alya capek, Bu. Habis keluar kota kemarin pingin tidur sore,” jawab Alya sambil terus berjalan menuju kamarnya yang di lantai dua.“Kamu gak makan dulu, Al?” tanya Bu Aminah.Alya menggeleng dengan cepat dan terus melangkah menuju tangga. Bu Aminah mengejar dan mengekor di belakang Alya.“Al, semalam kamu tidur sekamar dengan masmu, gak?” tiba-tiba Bu Aminah bertanya.Alya menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Bu Aminah sambil mengernyitkan alis.“Ya ... enggaklah, Bu. Meskipun dia kakakku, tapi gak enak juga sama Yeni,” bohong Alya.Ia sudah janji di dalam hati kalau kejadian kemarin malam hanya akan disimpan untuknya serta Gavin saja.“Syu
Read more

Tanda Cinta dari Alya

Pagi ini Alya ceria sekali, mungkin istirahat yang cukup semalam membuatnya tampak segar kali ini. Alya sudah parkir mobilnya dengan rapi dan berjalan masuk menuju lift. Beberapa karyawan langsung menyambut sambil menundukkan kepala menyapa Alya. Semua juga tahu kalau Alya adalah CEO di perusahaan property ini.“Pagi, Al!” sapa Gavin yang langsung masuk dan berdiri di samping Alya begitu pintu lift terbuka.Alya tersenyum dan menatap kakaknya yang tampak sangat tampan hari ini.“Ceria amat, Mas. Habis ngapain semalam?” cetus Alya.Memang hanya mereka berdua yang berada di dalam lift tersebut, sehingga Alya tidak malu menanyakan hal semacam itu kepada Gavin.“Kayak gak tahu aja gimana kalau suami gak ketemu istrinya sehari,” jawab Gavin tanpa menoleh ke Alya.Alya hanya manggut-manggut sambil mengulum senyum.“Memang berapa ronde semalam, Mas?” tanya Alya sarkas.Gavin menoleh dan
Read more

Yeni Hamil

Hari ini Gavin pulang lebih malam dari biasanya, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan hingga larut. Ia sudah memarkir mobilnya di area parkir apartemen dan bergegas menuju kamarnya di lantai tiga.Usai keluar dari lift, Gavin bergegas berjalan menyusuri lorong di lantai tiga tempat kamarnya berada. Kamar nomor tiga kosong tiga sudah berada di depannya. Gavin mengeluarkan kartu dari sakunya kemudian menempelkan di bagian pintu. Tak lama kemudian pintu sudah terbuka.Suasana gelap dan sunyi yang terasa begitu Gavin menapakkan kakinya di kamar. Ia sedikit curiga, tidak seperti biasanya suasana kamar apartemennya sesuram ini. Apa telah terjadi sesuatu dengan Yeni hingga dia memadamkan semua lampu dan keadaan kamar juga sama seperti saat ia berangkat tadi.Gavin bergegas melangkah menuju kamar tidurnya. Sama halnya dengan keadaan di luar tadi, suasana kamar tidurnya juga tampak suram.“Sayang ... ,” panggil Gavin sambil meringsek masuk ke kamar
Read more

Cheer Me Up

Pagi ini suasana meeting di kantor Alya sedikit tegang, entah mengapa mulai dari awal meeting sampai meeting berakhir Alya terus uring-uringan. Ia membuat semua orang yang hadir dalam rapat tampak kesal seakan semua hasil pekerjaan yang dilaporkan hari ini salah di mata Alya. Bahkan Rendi, sahabatnya juga terkena imbas amukan Alya.“Ren, bosmu kenapa sih pagi-pagi udah uring-uringan kayak gitu. Salah makan atau gimana?” cetus Pak Basri salah satu supervisor yang ikut meeting. Mereka berani berbincang tentang Alya, begitu Alya keluar dari ruang meeting.Rendi hanya menghela napas sambil menggelengkan kepala.“Gak tahu, Pak. Biasa cewek, lagi PMS mungkin,” seloroh Rendi asal.“Eh iya, betul-betul. Kenapa aku gak kepikiran itu? Lebih baik seharian ini jaga jarak sama Bu Alya, deh,” putus Pak Basri yang diiyakan dengan anggukan Rendi.“Eh, Don. Kok sendirian, bosmu mana?” tanya Rendi begitu melihat Doni,
Read more

Almost

“Jadi beneran, Al. Yeni hamil?” tanya Bu Aminah sore itu begitu Alya baru saja menginjakkan kakinya di ruang tamu.Alya hanya menghela napas sambil meletakkan tas kerjanya dengan asal.“Tahu dari mana, Ibu?” kata Alya balik tanya.“Tadi barusan kakakmu telepon. Dia bilang kalau Yeni hamil dan tadi pagi baru saja memeriksakannya ke dokter,” terang Bu Aminah.Alya hanya diam kemudian menganggukkan kepala dengan lesu. Dia sudah duduk menghempaskan pantatnya di sofa ruang tamu.“Kalau gitu besok antar ibu ke apartemennya ya, Al? Ibu ingin lihat keadaan Yeni,” imbuh Bu Aminah.“Akh ... Alya pingin tidur seharian besok, Bu. Capek,” tolak Alya.Bu Aminah langsung cemberut dan duduk di samping Alya.“Alah cuman sebentar ini, Al. Ibu seneng banget, Al. Sepertinya keinginan ibu untuk menimang cucu segera terlaksana,” urai Bu Aminah kegirangan.Alya hanya diam
Read more

Alasan Alya

“Vin!!”Gavin terjingkat kaget. Ia buru-buru mundur melepas rengkuhannya pada tubuh Alya dan bergegas berlalu pergi menuju arah suara yang memanggil.Alya hanya diam di tempatnya, menunduk sambil mengulum senyum kemenangan.‘Akh ... sepertinya ada yang merindukan kecupanku. Kenapa gak bilang saja sih, Mas? Aku pasti dengan senang hati memberikannya,’ batin Alya masih dengan kuluman senyum.“Iya, Bu!” sahut Gavin sambil memunculkan wajahnya ke kamar.“Tadi ibu beli jeruk banyak, coba kamu buatkan Yeni jeruk peras hangat biar gak mual terus,” pinta Bu Aminah sambil sibuk memijat Yeni yang tampak lesu.Gavin mengangguk dan sudah bersiap balik kembali ke dapur. Namun, baru beberapa langkah Bu Aminah memanggilnya lagi.“Vin, suruh Alya membantumu biar gerak dikit anak itu dari tadi ingin tidur saja,” imbuh Bu Aminah.Gavin hanya mengangguk sambil berlalu pergi.
Read more

Kecupan Kegembiraan

Alya keluar dari lift dengan senyum mengembang dan langkah ringan setengah meloncat kegirangan. Ia sibuk memainkan kunci yang sudah berada di tangannya.“Sudah ketemu, Al?” tanya Bu Aminah begitu Alya mendekat.“Iya, sudah, Bu,” jawab Alya sambil berjalan menuju mobil.“Makanya kamu jangan teledor naruhnya. Memang di mana tadi ketemunya?”“Hmm ... di rak TV,” kata Alya asal menjawab. Padahal sedari tadi kunci mobilnya ada di saku celana Alya. Dia memang sengaja mencari alasan untuk kembali lagi ke apartemen Gavin tanpa ibunya.“Yuk, Bu. Kita pulang, aku mau tidur dan mimpi indah,” seloroh Alya masih dengan senyum mengembang di raut manisnya.Bu Aminah hanya menggelengkan kepala melihat ulah Alya ini.Sementara itu, Gavin masih terdiam di balik pintu apartemennya usai Alya pulang tadi. Entah ini kesalahannya yang keberapa kali harus berciuman kembali dengan Alya.&ldquo
Read more

Ngidam

Sudah hampir satu bulan ini, Yeni sudah bisa beraktivitas normal lagi. Dia juga sudah tidak muntah sesering dulu bahkan napsu makannya mulai bertambah. Yang membuat Gavin repot lagi, Yeni selalu bangun tengah malam dan minta dibelikan makanan yang aneh-aneh.Seperti malam ini, jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Gavin baru saja tertidur satu jam yang lalu. Dia memang sengaja membawa kerjaannya ke rumah untuk menghindari lembur. Dia tidak tega harus meninggalkan Yeni terlalu lama sendirian.Yeni yang sudah tidur sejak sore tadi membuka matanya perlahan, ia meregangkan tangan sambil melirik ke arah samping tempat suaminya terlelap.Yeni mengulum senyum sambil berulang menjentik hidung suaminya yang tampak runcing tinggi menjulang.“Hmm ... ganteng banget sih suami aku. Semoga saja si dedek kalau cowok nurun kegantengan papanya,” gumam Yeni sambil berulang mengelus perutnya.Ia masih sibuk menyusur wajah Gavin yang tampak ti
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status