Home / Romansa / Jadikan Aku yang Kedua / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Jadikan Aku yang Kedua: Chapter 11 - Chapter 20

154 Chapters

Cukup Aku Saja

“Pagi, Alya!” sapa Yeni begitu Alya masuk ke ruang makan.Pagi ini Yeni sudah bangun lebih awal dan membantu Aminah untuk menyiapkan sarapan pagi. Alya hanya diam dan langsung duduk di kursinya. Ia langsung menenggak susu putih kesukaannya sebelum memulai sarapan. Ini memang kebiasaan Alya sejak dulu.“Kamu sarapan roti atau nasi, Al? Biar aku siapkan sekalian,” tawar Yeni dengan senyum manisnya.“Eng ... gak usah. Aku bisa ambil sendiri,” tolak Alya.Yeni tampak kecewa mendengar jawaban Alya ini padahal ia sangat ingin lebih akrab dengan Alya. Bagaimanapun mereka sudah menjadi saudara sekarang.“Biar saja, Yen. Kamu gak usah ngurusin Alya. Kamu siapkan saja untuk Gavin,” ucap Aminah yang sudah muncul sambil membawa sepiring buah potong.Yeni mengangguk sambil melebarkan senyuman di bibirnya. Tak berapa lama Gavin sudah keluar, ia sudah rapi dan bersiap masuk kerja hari ini.“Loh,
Read more

Ancaman Alya

Mobil yang ditumpangi Alya dan Gavin sudah masuk ke gedung perkantoran tempat mereka bekerja. Gavin sudah memarkirnya dengan rapi di tempat biasanya. Ia sudah bersiap melepas seat belt saat Alya tiba-tiba mengulurkan tangan ke arahnya.“Ada apa?” tanya Gavin bingung.“Salim. Aku mau salim,” jawab Alya sambil cengengesan.Gavin tersenyum, entah akhir-akhir ini ia selalu kebingungan menghadapi sikap Alya yang kadang tidak terduga.Gavin sudah mengulurkan tangannya kemudian Alya menyambar dan mengecup punggung tangan Gavin dengan lembut. Ada yang aneh menjalari relung hati Gavin saat Alya melakukan hal itu.“Tumben kamu pakai minta salim segala. Biasanya nyelonong masuk saja,” ucap Gavin sambil berjalan beriringan setelah keluar dari mobil.Alya tersenyum dan langsung bergelayut manja di lengan kakaknya.“Aku ‘kan lagi belajar, Mas,” lirih Alya bertutur.Gavin kembali mengernyi
Read more

Nasi Goreng Istimewa

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam dan lampu ruangan Gavin masih menyala. Sudah tidak tampak Doni di mejanya, sepertinya sekretaris Gavin itu sudah pulang lebih awal daripada bosnya.Alya sudah berjalan menuju ruangan kakaknya, ia juga ingin pulang sekarang. Perlahan Alya mengetuk pintu ruangan Gavin. Tidak ada jawaban sehingga Alya memutuskan langsung masuk saja.Sontak Alya terkejut saat melihat sosok kakak angkatnya yang ganteng itu sedang tertidur. Kepalanya sudah ia letakkan di atas tumpukan berkas dan tampak nyaman di sana. Sepertinya ia sangat kelelahan.Alya mengulum senyum dan berjalan mendekat ke arahnya. Ia berdiri terdiam sambil terus mengamati wajah tampan yang sedang terlelap itu.‘Kamu ganteng banget sih, Mas. Pantas saja Yeni langsung terpikat kepadamu. Harusnya aku yang memilikimu seutuhnya bukan Yeni juga bukan orang lain. Kamu hanya boleh jadi milikku,’ gumam Alya dalam hati.Tiba-tiba muncul niat iseng Alya. I
Read more

Kata Keramat

Mobil Alya sudah berhenti tepat di depan apartemen Gavin sekarang. Yeni baru saja menelepon kalau dia sudah tiba di apartemen lima belas menit yang lalu.“Kamu gak mampir, Al?” tawar Gavin sambil melepas seat belt-nya.Alya menggeleng sambil ikutan melepas seat belt-nya juga.“Enggak, Mas. Sudah malem, aku ngantuk,” ucap Alya.Gavin hanya tersenyum sambil beranjak keluar dari mobil. Alya mengikuti dan berjalan menghampirinya.“Terima kasih, ya! Hati-hati nyetirnya,” pesan Gavin saat ia beranjak berlalu meninggalkan Alya.Alya hanya manggut-manggut mendengar pesan Gavin. Namun belum sempat Gavin menjauh, Alya kembali memanggilnya membuat Gavin menoleh lagi.“Mas, besok bareng, gak?” tanya Alya.“Enggak deh, Al. Aku besok bawa mobil sendiri, gak enak juga tiap hari ngerepotin kamu,” jawab Gavin.Alya hanya tersenyum meringis.“Aku seneng kok direpotin
Read more

Cemburu

“Hmm ... harum banget baunya, Sayang. Kamu masak apa?” tanya Gavin begitu keluar dari kamar tidur.Ia melihat Yeni sedang sibuk di dapur. Gavin langsung jalan mendekat dan memeluknya dari belakang.“Nasi goreng rupanya, pantes saja baunya enak,” ucap Gavin sambil meletakkan dagunya di bahu Yeni dengan manja.“Sudah, mandi dulu! Nanti terlambat loh, Mas,” pinta Yeni.Gavin hanya tersenyum, mengecup pipi Yeni sekilas lalu kembali masuk ke kamar untuk mandi dan bersiap-siap. Selang beberapa lama, Gavin sudah keluar kamar, ia sudah rapi dan langsung duduk di kursi makan.“Nasi gorengnya untuk sarapan pagi ya, Mas. Kalau bekal makan siang, aku masakin ayam goreng dan sayur sop tadi. Aku tidak mau kamu telat makan,” terang Yeni sambil menyendokkan nasi ke piring Gavin.Gavin hanya manggut-manggut sambil mulai menyantap sarapannya.“Oh ya, Mas. Apa sudah ada penggantiku di kantor?”
Read more

Masakan Alya

Sepulang kerja, Alya tidak langsung pulang. Ia sudah mampir ke sebuah toko buku. Beberapa buku resep masakan sudah dibelinya. Ia tidak peduli apa judul bukunya tadi yang pasti ia sudah membeli semua buku memasak.Alya juga sudah browsing beberapa cara memasak yang enak dan simple. Ia bahkan sudah mefollow ig seorang chef ternama di negeri ini. Chef itu sering membagikan beberapa tips memasak yang mudah, simple dan pasti enak. Ia tidak mau kalah dengan Yeni kali ini.Alya baru saja memarkir mobilnya di garasi. Ia langsung turun dan berteriak memanggil asisten rumah tangganya.“Mang Ujang, tolong bawain barang belanjaanku di bagasi!” seru Alya memanggil.Seorang pria paruh baya dengan wajah pas-pasan sudah tergopoh datang menghampiri.“Ini semua, Non?” tanya Mang Ujang sambil mengeluarkan semua barang belanjaan Alya.“Iya, itu semua. Bawa ke dapur ya, Mang?” perintah Alya.Ia memang tidak hanya berbel
Read more

Pujian Gavin

Alya melengos dan tidak peduli dengan ucapan Gavin. Paling-paling Gavin akan berkata bohong dengan mengatakan masakannya enak. Ia tahu kebiasaan kakak angkatnya itu. Dia selalu berkata bohong demi memperbaiki mood Alya.Alya sudah berlalu pergi dan tak menghiraukan ucapan Gavin kali ini. Sudah cukup ia dikritik. Ia memang tidak bisa memasak. Rasanya bersaing dengan Yeni dalam hal memasak adalah hal yang salah dan Alya janji tidak akan melakukan hal tersebut. Karena dia tahu, dia akan kalah telak.Bunyi gemericik air di kolam ikan ini sudah sedikit menenangkan kekesalan Alya. Ia memang sengaja menyendiri di kolam belakang rumah. Di sana ada sebuah gazebo dengan kolam ikan koi di bawahnya. Dulu sewaktu ayahnya masih hidup, Alya selalu menghabiskan waktu bersama ayahnya di sini. Alya memang sangat dekat dengan ayahnya, rasanya kehilangan ayah membuatnya sangat bersedih. Namun, hidup harus terus berjalan dan dia tidak mau terus bersedih nantinya.Ayahnya juga yang s
Read more

Pertanyaan Ibu

Sontak Gavin membuka matanya. Ia melihat Yeni sudah berjalan menghampiri sementara Alya tampak asyik menikmati macaroni mac and chesse. Sebuah kelegaan tiba-tiba meluncur dengan deras merasuk ke dada Gavin.“Kalian di sini? Ayo, masuk! Aku dan ibu sudah selesai masak,” lanjut Yeni.Gavin hanya menganggukkan kepala bersiap hendak bangkit mengikuti Yeni. Sementara Alya masih bergeming di tempatnya.“Kamu tidak masuk, Al?” tanya Yeni ke Alya yang tampak asyik menikmati makanannya.“Enggak, aku masih kenyang. Lagipula masih ada sisa masakanku tadi, sayang banget kalau dibuang,” ulas Alya.Yeni hanya mengangguk.“Maaf ya, Al. Bukan maksudku menolak masakanmu, mungkin kamu memang butuh belajar lagi,” ucap Yeni menghibur.Alya menganggukkan kepala sambil tersenyum.Gavin yang berdiri tak jauh darinya hanya diam dan menatap Alya dengan intens.“Yuk, Mas! Ibu sudah menunggu ki
Read more

Akal Bulus Alya

Pagi yang cerah mengawali hari Alya kali ini. Ia baru saja selesai meeting saat Rendi masuk menerobos ruangannya.“Ada apa, Ren?” tanya Alya kesal.Rendi menghela napas.“Maaf, Al. Aku datang terlambat hari ini,” ucap Rendi dengan napas memburu.Ia memang baru saja datang dan melewatkan waktu meeting bersama tadi.“Iya, gak papa,” jawab Alya datar. Ia sedang asyik memeriksa email di laptopnya kali ini.“Al, sebenarnya ada hal penting yang harus aku beritahu kepadamu,” lanjut Rendi.Alya menghentikan aktivitasnya kemudian mengangkat kepala menatap Rendi.“Ada apa?”Rendi menarik napas panjang sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Alya.“Kamu masih ingat lahan yang aku negosiasi di luar kota itu, ‘kan?”Alya mengangguk.“Nah, itu ternyata tanah bermasalah, Al.”Alya mengernyitkan alis menatap Rendi dengan k
Read more

Hujan Membawa Berkah

Hampir maghrib saat Alya dan Gavin meninggalkan rumah Pak Mustakim. Langit sudah benar-benar gelap dan hujan rintik mulai turun perlahan. Gavin mempercepat laju mobilnya, ia tidak mau terjebak hujan dan banjir yang sering melanda di daerah tersebut.“Hati-hati, Mas!” seru Alya mengingatkan begitu melihat Gavin terus mengendarai mobil dengan kecepatan penuh.Gavin tidak menjawab hanya anggukkan di kepala yang jadi jawabannya. Ia benar-benar sudah konsentrasi penuh menatap jalanan yang mulai gelap. Mobil yang mereka tumpangi terus melaju dengan perlahan hingga akhirnya Gavin putus asa dan menepikan mobilnya.“Kenapa, Mas?” tanya Alya penasaran.Gavin menghela napas sambil menoleh ke arahnya.“Aku gak bisa melihat jalan, Al. Hujannya deras banget. Lebih baik kita cari makan dulu, deh. Siapa tahu setelah makan hujannya reda,” putus Gavin.Alya hanya mengangguk namun jauh di dalam lubuk hatinya tengah bersorak
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status