Home / Rumah Tangga / Mesin Cuci / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Mesin Cuci: Chapter 51 - Chapter 60

162 Chapters

BAB 51

Aku tersenyum senang ke arahnya. Bapak langsung keluar rumah mendengar kalimat ibu. Meskipun aku kasihan dengannya yang tak punya taring saat di depan ibu, namun kali ini aku merasa beruntung beri bukan wanita itu. Dia membelaku tanpa pamrih. Akhirnya di waktu yang ditetapkan aku bertemu dengan Vita. Dia memakai tunik warna mint dengan kerudung motif yang senada dengan pakaiannya. Terlihat anggun sekali. Aku tersenyum sumringah saat dia melambaikan tangan ke arahku. Ada getar aneh yang tiba-tiba menjalar di sekujur tubuhku. Tak seperti biasanya. "Sudah lama, Mas?" tanyanya dengan lembut. Tanpa canggung dia meletakkan tasnya di atas meja kafe yang hanya terisi sepaket dimsum kesukaanku dan french fries pesanannya via whatsapp tadi. Moca float juga tersaji di meja kami. "Baru saja datang," jawabku berbohong. Aku sudah datang dari satu jam yang lalu, memastikan agar Vita tak mendahuluiku sampai di sana. Aku tak ingin dia menungguku. Akulah yang harus menunggunya. "Bohong. Kulihat mot
last updateLast Updated : 2022-10-05
Read more

BAB 52

Janji Riza"Apa? Jangan gila kamu, Riza! Ibu tak akan pernah setuju dengan tindakanmu kali ini. Ini sudah kelewatan!" Ibu hampir meraung kesetanan setelah aku mengungkapkan rencanaku. Setelah beberapa waktu berinteraksi dengan Vita, ada rasa aneh yang tiba-tiba menjalar di tubuhku. Aku punya ketertarikan lain, yang akhirnya membuat ibu murka. Dan itu bukan karena kasihan, aku benar-benar tertarik padanya. Bahkan pada Rahma pun aku tak merasakan hal serupa. "Bagaimana dengan Rahma? Bahkan tanggal pernikahan kalian sudah ditetapkan, Riza! Jangan gila. Ibu tak mau tahu, jauhi gadis bernama Vita itu! Ibu tak mau rasa bersalahmu karena kematian orang tuanya membuatmu bertindak segila ini! Ibu tak bisa membuat Rahma kecewa." Ibu melempar apapun yang ada di dekatnya ke arahku. Aku tak berani melawan, hanya menatapnya dengan pilu. "Apa yang membuatku senekat ini, hah? Jangan-jangan karena kasihan, kamu jadi berniat segila itu untuk menikahinya!" " Tidak, Bu. Aku benar-benar tertarik dengan
last updateLast Updated : 2022-10-05
Read more

BAB 53

"Ibu akan memberi pengertian pada Rahma. Ibu yakin sekali dia akan menuruti permintaan Ibu. Dan tugasmu, yakinkan Rahma agar dia mau bersabar menunggu. Ibu tahu sekali orang tua Rahma sangat menyayangi anaknya. Mereka pasti setuju jika Rahma tak berkeberatan. Lagi pula Rahma pasti tak mau calon suaminya mendekam lama di penjara. Bukankah lebih singkat menunggumu menjadi suami orang daripada harus menunggumu di balik jeruji besi?" Ibu tersenyum sinis mengurai rencana gilanya. Aku menunduk sambil mencerna kata-kata ibu. "Besok pagi undang Rahma ke mari. Gadis kesayanganku itu pasti setuju dengan rencanaku." Ibu berlalu dan meninggalkanku di ruang keluarga. Kutatap sekotak bolen yang tadi diberikan Vita saat bertemu di depan rumah. Bukan sengaja bertemu, aku memang sengaja menampakkan diri di jam-jam saat dia berangkat dan pulang sekolah. Rasa-rasanya aku sangat ketagihan jika tak melihat senyumnya yang menawan dan binar yang terpancar dari matanya. Aku yakin sekali dia gadis yang pan
last updateLast Updated : 2022-10-05
Read more

BAB 54

POV RizaKetegaran VitaHingga pernikahanku dengan Vita benar-benar bisa digelar. Ibu dengan menampakkan wajah muramnya tetap berada di ruang akad. Aku benar-benar mewanti-wanti dirinya untuk tak macam-macam di saat hari bahagiaku. Mas Hamdan menggugurkan kewajibannya untuk menikahkan adiknya denganku. Tak ada senyum di wajahnya. Aku semakin yakin bahwa dia mengetahui sesuatu tentangku. Aku selalu mengalihkan pandangan darinya saat menatapku dengan sorot kebencian. Selepas akad, Mas Hamdan langsung pulang ke rumahnya di kota sebelah. Semua yang hadir berbisik tak sedap. Mereka mengira-ngira alasan Mas Hamdan pulang secepat itu. Tetapi, sebelum Mas Hamdan pergi dia sempat membisikkan sebuah kalimat padaku. "Jaga Vita baik-baik. Pastikan dia bahagia. Aku tak sanggup melihat mendung di wajahnya," ucap lirih Mas Hamdan tepat di telingaku. Aku mengangguk mantap. "Entah apa yang kamu sembunyikan, tetapi aku ingin kamu bisa memastikan adikku baik-baik saja," lanjutnya. Aku tersentak.
last updateLast Updated : 2022-10-05
Read more

BAB 55

Berkali-kali aku meminta ibu mengubah tabiatnya. Bahkan aku mengancamnya akan pulang ke rumah orang tua Vita jika ibu tetap tak mengubah sikapnya pada Vita. Hanya berhasil beberapa saat, ibu kembali berulah. Bahkan sekarang terang-terangan melarang Vita makan ini itu yang menurut ilmu zaman dahulu dilarang dikonsumsi oleh ibu menyusui. Tetapi bukan Vita jika tak mampu menanggapi dengan cerdik segala perilaku ibuku. Kudengar dari ibu, Vita hampir tiap hari pesan makanan secara online. Aku tak masalah, justru ibu yang terlibat tak suka. Ada saja keburukan yang dia cekitakan mengenai istriku. Entah semesta yang sedang berpihak padaku atau apa, kudengar Rahma memutuskan untuk pergi ke Jakarta. Entah karena melihatku yang makin bahagia dengan Vita ataupun ada alasan lain. Aku tak peduli. Yang jelas keputusannya pergi ke Jakarta membuatku tak perlu lagi dirongrong oleh ibuku untuk segera menceraikan istriku. Ibu yang frustasi akibat kepergian Vita akhirnya menumpahkan kemarahannya pada
last updateLast Updated : 2022-10-05
Read more

BAB 56

Vita MenyerahPagi ini aku ke sekolah lebih awal. Sebagai bendahara BOS, sangat wajar ditagih laporan mendadak seperti ini. Sedangkan seluruh data yang dibutuhkan berada di sekolah. Batas penginputan jam sembilan pagi, aku akan sangat terburu-buru menyelesaikan laporan jika berangkat seperti biasanya. Kualihkan segala perasaan tak nyaman yang menderaku. Tak mungkin terus menerus terkungkung dengan rasa marahku pada lelaki itu. Aku yakin semuanya akan segera berlalu. Aku mampu melewati semuanya dengan baik. Aku yakin itu. Ada yang berdesir hebat saat aku melewati rumah Mas Riza. Aku berharap tak perlu bertemu dengannya. Sudah hampir satu minggu dia tak kuizinkan pulang. Berkali-kali Lala menanyakan ayahnya, dan selalu kujawab ayah mereka sedang mencari barang ke luar kota. Entah dia percaya atau tidak karena selama ini Mas Riza tidak pernah pergi lebih dari satu hari. Pemandangan yang amat menyedihkan yang kulihat setiap sore, saat Lala duduk di depan kaca untuk menanti ayahnya pula
last updateLast Updated : 2022-10-06
Read more

BAB 57

"Bu Vita… ," panggil lirih Bu Ratna. Aku menoleh, kemudian mendapati wajahnya yang sedikit aneh dari biasanya. Tak lama, gadis yang juga teman sekolah Tika dulu itu mendekat. Aku merasa ada sesuatu yang penting ingin dia sampaikan. "Bu Vita tidak ada masalah apapun dengan Tika?" Pertanyaannya sukses membuatku terperangah. Aku yakin dia mengetahui sesuatu mengenai masalahku dengan Mas Riza dan keluarganya. Mungkin saja dari unggahan Tika atau pun sejenisnya. "Kok tiba-tiba pertanyaannya aneh?" tanyaku berusaha berkelit. Kualihkan pandanganku pada laptop di depanku. Aku tak mau Bu Ratna tahu masalah apa yang sedang menimpaku. Apalagi selama ini aku memang tak suka menceritakan hal-hal pribadiku pada sembarang orang. Bukan menganggap rekan kerjaku sebagai orang lain, hanya saja memang aku membatasi diri dengan hal-hal yang bukan berurusan dengan masalah kedinasan. "Bu… ," ucap Bu Ratna sambil mengangsurkan ponselnya padaku. Aku menatapnya cukup lama hingga kuputuskan mengambil ponsel
last updateLast Updated : 2022-10-06
Read more

BAB 58

Memberi Pelajaran Pada TikaHari ini aku mendapat kejutan yang luar biasa dari kakak lelakiku. Lelaki itu beserta keluarganya datang, membuatku lupa sejenak aku punya masalah setinggi gunung. Lelaki itu masih sama seperti dulu, memperlakukanku seperti adik kecilnya. Begitu pun diriku, aku masih merasa Vita yang dulu, yang saat ada anak lain nakal aku segera melapor dan menceritakan kekesalanku padanya. Aku memeluk Mas Hamdan dan menumpahkan segala sesak yang bersemayam di dada pada kakak laki-laki itu. Kedatangannya yang tiba-tiba membuatku sangat kaget, dan secara spontan aku langsung menangis. Mungkin naluri alamiah tubuhku yang membawaku berubah serapuh ini di hadapannya. Aku luruh, tak bertenaga saat rengkuhan lelaki itu menguat. "Mas…, Mas Riza…," ucapku diantara tangisku. Mas Hamdan masih membiarkan aku memeluknya dengan erat. Dari kemarin aku berusaha kuat, nyatanya di depan kakak laki-lakiku aku tetaplah seorang adik yang lemah dan butuh tempat berlindung. Aku butuh tempat m
last updateLast Updated : 2022-10-06
Read more

BAB 59

Setelah selesai dari acara di kecamatan, aku mampir ke minimarket yang terletak kurang dari seratus meter dari lokasiku berada. Hawa panas dari luar seketika berganti sejuk saat masuk ke dalam minimarket tersebut. Tiba-tiba aku teringat mengenai Tika yang bekerja di situ. Entahlah, aku susah sekali fokus dengan pikiranku akhir-akhir ini hingga melupakan hal tersebut. Mudah-mudahan anak itu tak berada di satu shift dengan kedatanganku ke sana. Kepalang tanggung, aku segera meraih keranjang belanjaan dan mengisinya dengan bahan-bahan kebutuhanku. Jika biasanya aku berbelanja di tempat Mas Riza, kini tidak lagi. Aku harus membiasakan hal itu mulai dari sekarang. Lagi pula disini pun lumayan lengkap. Meski harga yang ditawarkan lebih mahal. Berbagai bumbu instan andalanku dalam memasak kumasukkan ke dalam keranjang. Aneka snack ringan pesanan Lala juga sudah kuambil. Saat melewati lorong berisi aneka mie instan, aku menangkap bayangan Tika tengah berada di kasir. Sepertinya tepat sekali
last updateLast Updated : 2022-10-06
Read more

BAB 60

Mari Bercerai, Mas! "Mohon maaf, ada yang bisa kami bantu, Mbak?" tanyanya dengan ramah. Aku masih menatap masam wajah Tika yang kini terlihat mulai ketakutan. Mungkin dia mengira aku akan diam seperti biasa, apalagi di depan keramaian seperti ini. Tetapi mulutnya yang rusak itu harus kuberi pelajaran. "Katakan pada pegawai bernama Kartika Pratiwi ini, Pak. Jaga attitude dia selama bekerja. Saya pelanggan minimarket ini. Tapi seingat saya, dia selalu menampakkan wajah tak bersahabat. Bahkan hari ini, dia terang-terangan menghina dengan kalimat sarkas yang sangat merendahkan saya. Apakah perlu saya laporkan pada manager area mengenai kelakuan salah satu pegawai di outlet ini?" Aku memandang Tika dengan sorot penuh ancaman. Mulutnya memang sebelas duabelas dengan ibunya. Kasar dan tak tahu tempat. Dia kira aku tak bisa membalasnya? Dia kira aku diam saja? Tak mungkin! Saatnya membalas apa yang dia katakan di depan banyak orang! "Kenapa melotot? Tak terima dengan tuduhanku? Apakah pe
last updateLast Updated : 2022-10-06
Read more
PREV
1
...
45678
...
17
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status