Home / Rumah Tangga / Mesin Cuci / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Mesin Cuci: Chapter 71 - Chapter 80

162 Chapters

BAB 71

Tuhan Tidak Tidur! Aku mematut diriku di cermin. Sudah kuyakinkan berkali-kali pada diriku, mengenai keputusanku menerima undangan dari Tika kemarin. Aku akan datang, menyaksikan rencana akad Mas Riza dengan Rahma. Meski aku sudah diberi tahu kejutan yang akan mereka yang terima hari ini, aku tetap was-was. Hatiku tak tenang, siapa yang akan tenang mendatangi pernikahan suaminya dengan wanita lain? Aku bukan malaikat yang bisa sekuat itu. Lala dan Risa kutitipkan pada Mbak Marni. Melihatku yang tak memakai baju dinas membuat mereka tadinya ingin ikut. Tapi membayangkan kejadian yang akan berlangsung nanti, aku tak tega mengikutsertakan mereka. Aku tak ingin menghancurkan kebahagiaan mereka dengan mempertemukan Mas Riza dalam keadaan seperti itu. Biarlah aku kesana sendiri, mendatangi acara yang harusnya sangat sakral bagi pasangan yang saling mendamba satu sama lain. Kutepikan motor di halaman rumah mertuaku. Bapak yang duduk termenung di teras menatapku agak kaget. Dia tak menyan
last updateLast Updated : 2022-10-08
Read more

BAB 72

"Wah. Hebat kamu, Vit. Kamu mau datang ke acara ini. Ibu yakin dari tadi malam kamu menangisiku anakku. Sudah kubilang, sebaiknya kamu meminta cerai dari Riza. Kenapa bebal sekali, bertahan seolah-olah kamu wanita yang kuat. Kita lihat, sejauh mana kamu akan bertahan hidup dengan madumu yang jauh lebih segalanya dari pada kamu." Ucapan ibu mertua membuatku menarik ujung bibirku dan tersenyum sinis. "Jangan terlalu banyak bicara, Bu. Persiapkan saja tenagamu untuk menerima kejutan yang akan terjadi," ucapku lirih telat di sisi ibu mertuaku. Matanya menatapku nyalang, seolah paham akan bahaya yang sedang mencintainya. " Jangan coba-coba merusak hari bahagia mereka!" "Kau lihat suamiku, Bu? Tak ada kelihatan rona bahagia sedikit pun. Hanya calon menantu ibu yang tak tahu malu itu yang dari tadi tersenyum bahagia, kemungkinan dia sama seperti Ibu. Sama-sama lupa karma bagi wanita perebut suami orang." Ibu tersentak mendengar ucapanku. Sepertinya dia paham aku sudah tahu masa lalunya, m
last updateLast Updated : 2022-10-08
Read more

BAB 73

"Rahma! Kumohon. Jangan lakukan ini. Aku mau bertanggung jawab dengan anak kita. Kenapa justru kamu memilih orang lain yang harus menjadi ayahnya? Aku janji, aku akan bekerja memenuhi kebutuhan keluarga kecil kita. Kumohon, hentikan ide gilamu dan wanita ini yang telah berhasil menghasutmu!" Laki-laki itu menunjuk ibu mertuaku dengan wajah garang. Kemudian dia mendekati Rahma yang makin beringsut berlindung di balik tubuh Mas Riza. Kulihat Mas Riza menyingkir, tak mau dijadikan tameng untuk wanita licik di sampingnya. "Kamu?! Sudah kukatakan tak perlu mendekati Rahma lagi. Dia akan menikah dengan anakku! Kenapa kamu nekad datang kemari?!" Ucapan ibu mertuaku membuat semua orang tersentak. Artinya dia tahu kenyatan bahwa anak tersebut bukan anak Mas Riza? Dan dengan teganya dia memfitnah anaknya sendiri demi ambisinya terpenuhi? Gila! "Ini! Ini uang yang kamu beri agar aku tak mendekati Rahma lagi! Ini! Kukembalikan padamu, aku tak mau menjual anak yang dikandung Rahma pada anakmu
last updateLast Updated : 2022-10-08
Read more

BAB 74

Mulai dari AwalRasanya canggung sekali melihat Mas Riza bermain dengan kedua anak kami di kasur yang akhir-akhir ini hanya kutempati bertiga. Mas Riza menatapku sekilas, ada raut kelegaan tergambar jelas di wajahnya. Lala dan Risa bergelayut manja di lengan ayah mereka. Bahkan Risa tak mau lepas dari pangkuan sang ayah. Biarlah, aku melupakan kesalahan Mas Riza. Tak ada manusia yang sempurna. Aku berusaha mengikhlaskan kejadian yang menimpa orang tuaku di masa lalu. Aku harus menyadari satu hal, segala sesuatu yang terjadi sudah menjadi kehendak yang di atas. Pertimbanganku adalah anak-anak. Bagaimana mungkin aku tega memisahkan mereka dengan ayah yang sangat dicintai. Aku tak sanggup melihat kedua anakku menjadi penunggu jendela ruang tamu, menanti dengan sabar ayah mereka yang sedang menerima konsekuensi dari ibu mereka akibat perbuatan pengecutnya di masa lalu. Dari kejadian ini, timbul kebanggaan dalam diriku sendiri, setidaknya aku tak mudah percaya dengan kabar apapun mengen
last updateLast Updated : 2022-10-10
Read more

BAB 75

"Mas lepas… takut anak-anak melihat," ucapku yang sedikit terganggu dengan tingkahnya. Sebenarnya aku masih sedikit canggung padanya. Lucu sekali, padahal kami hanya tak berinteraksi intens selama kurang lebih dua minggu. Kenapa aku jadi sekaku ini? Mas Riza melepaskan tangannya, kemudian menarik kursi makan dan duduk tak jauh dari posisiku berdiri. "Apa-apaan sih, Mas? Kaya ABG baru jatuh cinta. Ngeliatin sampai segitunya." Aku mencebik melihatnya yang seolah tak berkedip melihatku. Mas Riza terkekeh. "Kamu orang pertama yang membuatku jatuh cinta, lagi… dan lagi, Bun." Aku terkesiap. Sejak kapan Mas Riza begitu frontal merayu wanita seperti ini? "Mas. Selama dua minggu hukuman, kamu belajar ngegombal ke siapa?" Pertanyaanku sukses membuat Mas Riza tertawa hingga barisan giginya yang putih terlihat jelas. Dia gemas kemudian mengacak rambutku. Kembali dia memelukku dari belakang, dan menenggelamkan kepalanya di pundakku. Entahlah, aneh sekali rasanya. Ada desiran aneh yang tiba-t
last updateLast Updated : 2022-10-10
Read more

BAB 76

Tikakah Orangnya? Pulang sekolah aku mencari buku di toko buku langgananku yang terletak di pusat kota. Setelah kucari buku untuk persiapan asesmen anak, aku menuju ke kios baso yang cukup terkenal di kota ini. Sebenarnya aku janjian dengan Farida untuk bertemu di sini. Farida adalah teman seangkatanku saat latsar CPNS beberapa tahun yang lalu. Letak penempatan kami masih satu kabupaten, hanya beda kecamatan saja. Jaraknya pun tak sampai satu jam perjalanan. Karena kami sudah sama-sama sibuk, jadi sangat jarang kami bisa bersua seperti ini. Rasanya aku sudah kangen dengan teman satu kamarku di balai diklat dulu. Farida pun berkata ada hal penting yang ingin dia ceritakan padaku. Saat kuminta bocorannya, dia bilang ingin membicarakannya langsung. "Vita!" Kami saling memeluk dan berteriak histeris. Beruntung kios baso tersebut sedang sepi pembeli, jadi kami tak perlu takut mengganggu pengunjung lain. "Makin cantik, Fa. Sehat kan?""Alhamdulillah, sehat badanku. Tidak jiwaku." Farid
last updateLast Updated : 2022-10-10
Read more

BAB 77

Aku heran sekali melihat Farida. Dia nampak tegar bercerita gamblang mengenai keadaan keluarganya. "Lalu apa suamimu tahu kamu mengetahui tingkah busuknya ini?" Farida mengangguk. "Dan reaksinya?" "Tadinya menyangkal, tapi lama-lama dia sudah ndableg istilahnya. Pokoknya dia terang-terangan melakukan perbuatan buruk itu. Sudah nggak main umpet-umpetan lagi. Pernah dia disidang oleh orang tua dan kakaknya. Dia berjanji akan menghentikan perbuatannya ini. Terlebih waktu itu aku sedang hamil muda. Tapi… dia cuma bertahan beberapa saat saja. Setelah itu… kembali lagi dia bertemu dengan wanita tak tahu diri itu.""Kamu… hamil?" "Iya…Sempet. Sekarang sudah enggak. Keguguran. Secara, aku benar-benar setres dibuat lelaki itu. Nggak nyangka kelihatannya alim, agamis, duh… Sifatnya. Amit-amit. Emang hati manusia nggak bisa ditebak." Aku mengusap punggung tangan temanku itu. Kulihat senyum Farida mengembang. Itu yang membuatku salut padanya. Dia pandai membungkus lukanya dengan sangat rapi
last updateLast Updated : 2022-10-10
Read more

BAB 78

Kebusukan Tika"Tika? Namanya Tika?" Aku membelalakkan mata. Apakah yang Tika maksud itu adik iparku? Tapi dia bukan yatim piatu. Bahkan dia punya seorang kakak yakni Mas Riza. Sedangkan Tika yang dimaksud Farida berstatus yatim piatu. Kurasa mereka bukan orang yang sama. "Iya namanya Tika. Dia tinggal di daerah Ceremai. Nah itu yang mau kutanyakan padamu. Bukannya rumah asli Mas Riza di daerah ceramai, Vit?" Lututku lemas seketika. Benarkah orang yang dimaksud Farida adalah Tika adik iparku?"Vit? Kenal?" tanya Farida menggoyangkan lenganku. Aku menggeleng. Tidak. Mungkin hanya kebetulan, Tika masih punya keluarga lengkap. Bukan yatim piatu seperti yang digambarkan oleh Farida. "Jadi dia selalu menjual kisah hidupnya pada suamiku. Dia bercerita mengenai kehidupannya yang pahit, tak ada orang tua. Sendirian harus menghidupi dirinya. Sementara ini dia tinggal di rumah bekas neneknya. Kapan hari ibu mertuaku minta samperin tuh ke sana. Tapi akunya malas. Kayaknya buang-buang energi.
last updateLast Updated : 2022-10-11
Read more

BAB 79

Hinggga waktunya sholat magrib aku belum juga memberi tahu suamiku bahwa ibunya berulang kali telepon. Biarlah dia melihat di daftar panggilan pada ponselnya . Toh ponselnya tak kuapa-apakan, jadi Mas Riza akan mudah menemukan riwayat panggilan tersebut. Setelah makan malam, aku menyelesaikan pekerjaan administrasi pelaporan dana BOS yang memang harus dilaporkan dalam bulan ini. Lala dan Risa bermain dengan ayahnya, menyusun puzzle yang memang menjadi hobi baru mereka bertiga. Saat aku membuka ponsel, aku melihat pesan dari Bu Ratna. Dia mengirimkan tangkapan layar status milik Tika yang terlihat tengah berlibur. Aku mengernyit ketika menyadari dia berlibur di kawasan Malioboro. Selain itu, dia juga mengambil foto di beberapa kawasan wisata kota Gudeg itu. [ Memangnya adik ipar Bu Vita sudah nggak kerja?] Begitu isi pesan Bu Ratna untukku. Aku sendiri tak tahu, mengapa Tika bisa berada di Jogja. Karena setahuku, dia hanya punya jatah libur satu hari saja. Sedangkan dari foto yang
last updateLast Updated : 2022-10-11
Read more

BAB 80

Tinggal Tunggu Waktu"Vit. Kukirimkan foto Tika yang kubicarakan tadi siang ya! Sepertinya mereka sedang berkencan di Jogja! ] Darahku mendesir seperti dialiri arus listrik. Foto yang dikirimkan Farida menampilkan Tika yang memeluk pria yang kutahu adalah Mas Reno, suami Farida. [ Kamu mengenalnya, Vita?] Aku menatap Mas Riza yang sepertinya sudah melihat ekspresi tak biasa yang kutunjukkan. Mas Riza mengambil ponselku dan matanya bergerak-gerak membaca pesan dari Farida. Kulihat tangannya menggenggam erat benda pipih di tangannya. Wajahnya memucat dengan rahang yang mengatup rapat. "Memang keterlaluan anak itu!" umpat Mas Riza pada adik perempuannya. Aku pun masih syok menerima kabar tersebut, apalagi dia? "Mas, apakah sebaiknya bapak dan ibu mengetahui hal ini?" tanyaku pelan. Mas Riza menatapku penuh keraguan. "Besok saat Tika sudah pulang, kita bicarakan masalah ini dengan bapak dan ibu. Persoalan seperti ini harus segera diselesaikan. Tak boleh berlarut-larut, apalagi menya
last updateLast Updated : 2022-10-11
Read more
PREV
1
...
678910
...
17
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status