"Diangkat, Vit. Siapa tahu penting. Dia masih suamimu. Jangan lupakan hal itu," saran Mas Hamdan. Akhirnya kugeser tombol hijau di layar ponselku. "Bun, anak-anak sehat?" tanya Mas Riza setelah aku menjawab salam darinya. Jika dulu suara darinya selalu membuatku sejuk, kini tidak lagi. Hatiku bergemuruh hebat. "Alhamdulillah, sehat. Mereka tak menanyakanmu," jawabku penuh penekanan. Aku yakin jawabanku menohok hatinya. Biarlah. Memang aku ingin tak hanya hatiku saja yang sakit. Dia juga harus merasakan buah dari perbuatannya. "Kemarin aku lihat Mas Hamdan pulang, benarkah yang kulihat?" "Ya, betul Mas," jawabku sedatar mungkin. Samar-samar kudengar teriakan di sekitar Mas Riza. Suara ibu mertuaku. Sepertinya wanita itu menginginkan Mas Riza mengucapkan sesuatu. "Bun… .""Ada apa, Mas?" Aku menangkap nada suara yang sedikit aneh. Sepertinya Mas Riza ragu-ragu akan mengucapkan sesuatu. "Apakah hari ini… kamu bertemu dengan Tika?" Oh. Aku baru paham. Mas Riza pasti sudah menerima
Last Updated : 2022-10-06 Read more