Home / Rumah Tangga / Mesin Cuci / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Mesin Cuci: Chapter 61 - Chapter 70

162 Chapters

BAB 61

"Diangkat, Vit. Siapa tahu penting. Dia masih suamimu. Jangan lupakan hal itu," saran Mas Hamdan. Akhirnya kugeser tombol hijau di layar ponselku. "Bun, anak-anak sehat?" tanya Mas Riza setelah aku menjawab salam darinya. Jika dulu suara darinya selalu membuatku sejuk, kini tidak lagi. Hatiku bergemuruh hebat. "Alhamdulillah, sehat. Mereka tak menanyakanmu," jawabku penuh penekanan. Aku yakin jawabanku menohok hatinya. Biarlah. Memang aku ingin tak hanya hatiku saja yang sakit. Dia juga harus merasakan buah dari perbuatannya. "Kemarin aku lihat Mas Hamdan pulang, benarkah yang kulihat?" "Ya, betul Mas," jawabku sedatar mungkin. Samar-samar kudengar teriakan di sekitar Mas Riza. Suara ibu mertuaku. Sepertinya wanita itu menginginkan Mas Riza mengucapkan sesuatu. "Bun… .""Ada apa, Mas?" Aku menangkap nada suara yang sedikit aneh. Sepertinya Mas Riza ragu-ragu akan mengucapkan sesuatu. "Apakah hari ini… kamu bertemu dengan Tika?" Oh. Aku baru paham. Mas Riza pasti sudah menerima
last updateLast Updated : 2022-10-06
Read more

BAB 62

Tak Semudah ItuHari ini Mas Hamdan dan keluarganya berpamitan pulang. Aku mengantar kepergian mereka dengan isakan air mata yang kutahan. Aku tak boleh kelihatan lemah di depan kedua anakku. Mas Hamdan membisikkan kalimat saat aku memeluknya. Ditepuknya bahuku perlahan, aku yakin sekali dia pun berat meninggalkanku dalam keadaan seperti ini. "Jaga diri baik-baik, Vita. Kamu harus kuat, demi anak-anakmu. Jika kamu tak sanggup memaafkan, maka melepaskan diri akan lebih baik. Dari pada kalian memaksa hidup bersama namun setiap saat dihantui bayang-bayang kesalahan Riza. Anak-anakmu butuh ibu yang sehat," ucapnya sambil mengusap punggungku. Aku mengangguk, meresapi apa yang Mas Hamdan katakan. Betul sekali, Lala dan Risa butuh ibu yang sehat. Bukan ibu yang terus menerus tertekan dengan keadaan di depan mata ini. Setelah mendengar pertengkaranku melalui sambungan telepon tadi malam, Mas Hamdan nampaknya menyadari betapa Mas Riza memang tak layak untuk kuperjuangkan. Aku pun lelah berju
last updateLast Updated : 2022-10-07
Read more

BAB 63

Sayangnya hal yang begitu kontras terjadi denganku. Dulu aku tak sempat mencari informasi mengenai Mas Riza dan keluarganya sebelum menikah. Aku hanya terkesima dengan sikapnya yang lembut serta bertanggung jawab. Setidaknya hingga beberapa minggu yang lalu aku masih menganggap laki-laki itu jauh dari kata cacat. Tapi sekarang? Sudahlah. Memang mungkin seperti ini jalan yang harus kulalui. Aku sadar, semua yang terjadi memang kehendak yang di atas. Lala dan Risa sangat antusias saat kuberi tahu akan mengajak mereka mencari mesin cuci dan televisi layar datar yang sudah kuincar dari beberapa minggu yang lalu. Jika lebih lagi, aku ingin mengganti sofa di ruang tamu agar lebih segar dan nyaman kupakai. "Nunggu dijemput ayah, Bun?" tanya Lala dengan mata berbinar. Aku menundukkan badanku agar sejajar dengannya. Baiklah. Sepertinya mulai saat ini aku harus mulai sounding agar dia tak kaget nantinya.Suatu saat Lala pasti mengerti dengan keadaan yang membelit kedua orangtuanya. "Lala a
last updateLast Updated : 2022-10-07
Read more

BAB 64

Aku tersenyum meski kupaksa sekali. Hatiku sedikit teriris mendengar kenyataan yang diucapkannya. Luar biasa sekali, bahkan kedua anakku panasan naik motor, Rahma yang masih bukan siapa-siapa justru nyaman di dalam mobil yang belinya pun saat sudah menikah denganku. Aku mendekat, dan berbisik di telinga ibu mertua. "Silahkan bersenang-senang, Bu. Sebelum Mas Riza kujebloskan ke penjara. Persiapkan juga diri Ibu yang sudah memberi saran Mas Riza agar lari dari tanggung jawab. Kasih tahu Rahma, tunggu Mas Riza kurang lebih lima tahun lagi. Belum terlanjur hamil 'kan dia?" Mata ibu mertuaku melotot marah. Aku tersenyum. Reaksi ibu mertua membuat Tika mendorongku pelan. Aku masih harus jaga sikap di depan anak-anak, jangan sampai mereka melihat adegan kekerasan. Bagaimanapun psikologis anak harus kujaga betul. "Kamu jangan ngomong sembarangan. Rahma itu gadis baik-baik!" teriak ibu mertua lantang. "Yakin dia masih gadis?" Aku meliriknga sekilas. Wajah yang sebenarnya cukup manis itu t
last updateLast Updated : 2022-10-07
Read more

BAB 65

Kejutan Barang-barang dari toko datang keesokan harinya. Uang dari Mas Hamdan tak kugunakan sama sekali. Aku memilih menggunakan ATM Mas Riza untuk membeli barang yang kubutuhkan. Aku masih punya perasaan, tak kuhabiskan seluruh uang yang ada dalam kartu berwarna gold itu. Televisi LED 50 inch, mesin cuci satu tabung yang sudah lama kuincar dan sofa untuk ruang tamu yang sesuai dengan konsep rumahku yang minimalis. Beberapa lampu gantung untuk pelengkap dapur dan ruang makan juga kubeli. Kali ini mainan skuter untuk Lala juga kubelikan. Setelah di rumah neneknya tak pernah memperoleh izin, kini setelah sudah di rumah sendiri tentu aku bebas membelikan mainan yang anakku inginkan. Total belanjaanku menyentuh angka dua puluh lima juta. Masih menyisakan banyak di ATM milik Mas Riza. Aku masih punya hati tak melahap habis uang suamiku itu. Hanya saja aku tak akan mengembalikan ATM ini, biarlah kalau dia punya muka akan meminta kartu miliknya ini. Aku sudah meminta kurir mengirim baran
last updateLast Updated : 2022-10-07
Read more

BAB 66

"Jangan banyak alasan. Aku hanya ingin menyelamatkan harta Riza. Bukankah kalian sebentar lagi akan bercerai?" tanyanya dengan raut wajah licik. Hatiku terasa dialiri listrik mendengar penuturannya. "Bercerai? Kata siapa, Bu? Kok malah aku baru tahu?" tanyaku menelisik wajahnya yang kini terlihat gusar. Bahkan dia tersentak kaget mendengar penuturanku. "Apa? Kau tak akan meminta cerai dari Riza? Setelah tahu… setelah tahu bahwa Riza yang telah menabrak orang tuamu hingga meninggal?" tanyanya dengan wajah panik. Betul dugaanku, dia hanya menebak bahwa aku akan meminta cerai setelah mendapati hal itu. Memang benar, rencanaku ke arah itu. Tetapi kali ini aku ingin bermain-main dengan ibu mertuaku. "Bu… manusia itu tempatnya salah dan dosa. Tuhan saja Maha Pemaaf, kenapa manusia tak bisa memberi maaf? Apalagi Mas Riza selama ini tak pernah berbuat salah. Dia sangat menyayangiku, memberi nafkah lebih dari cukup, tak pernah berselingkuh, jadi… apakah ada alasan yang membuatku meminta cer
last updateLast Updated : 2022-10-07
Read more

BAB 67

Janji RizaAku menatap laki-laki di depanku yang tengah bermain dengan anak-anakku. Lala dan Risa mengobati rasa rindu mereka, begitu pula Mas Riza pada anak-anaknya. Sedikit terenyuh saat Lala mempertanyakan kemana perginya ayah mereka selama kurang lebih dua minggu ini. Dengan tergagap, Mas Riza memberi alasan sama yang kukemukakan pada anak-anak saat mereka mempertanyakannya. Tubuh Risa panas. Berkali-kali anak bungsuku itu memanggil nama sang ayah dalam tidurnya. Aku menyesal, karena keegoisanku anakku harus tersakiti seperti ini. Dengan terpaksa kuhubungi Mas Riza. Memberitahukan bahwa anak kami itu sakit. Aku sadar tak boleh membatasi anak-anak untuk bertemu dengan ayahnya. Mereka belum paham kesalahan seperti apa yang membuat bunda mereka tak kunjung memberi maaf pada ayah mereka. Anak seusia mereka hanya tahu kesalahan terbesar seorang ayah adalah lupa membelikan lolipop atau es krim yang mereka pesan. Atau salah membeli seri mainan lego sesuai pesanan mereka. "Sampai sekar
last updateLast Updated : 2022-10-07
Read more

BAB 68

Ya Tuhan… kumohon apa yang disampaikan Rahma bohong. Meski Mas Riza telah membuatku amat kecewa, tetapi jika sampai menghamili wanita lain tentu aku sangat tersakiti. Seolah diriku tak ada harga di matanya. Entah seperti apa hatiku jika sampai yang dikatakan Rahma adalah suatu kebenaran. "Dia bilang… itu anakmu." Kutegarkan hati ini agar tak menitikkan air mata. Mas Riza tampak menyugar rambutnya dengan kasar. Kulihat dia menutup matanya rapat. Rahangnya mengeras. "Kamu percaya, Bun?" tanyanya sesaat kemudian. Dia kembali meraih tanganku. Meski berusaha untuk melepasnya, nampaknya tangan Mas Riza terlalu kuat menggenggam tanganku. Ya Tuhan. Aku sudah hidup dengannya lebih dari enam tahun. Hati kecilku berkata tak mungkin Mas Riza melakukan hal serendah itu. Tetapi rasa takutku dibohongi lagi-lagi membayangi pengakuan yang dilakukan suamiku. Aku takut kembali merasakan kekecewaan lebih dalam. "Bun, kamu percaya?!" ulangnya. Dia semakin menguatkan genggamannya pada tanganku. Aku lem
last updateLast Updated : 2022-10-07
Read more

BAB 69

Rencana Kali ini aku akan berusaha mengulurkan rasa sabarku. Kutepiskan rasa kecewaku pada Mas Riza mengenai kebohongan yang ditutupinya selama ini. Aku berusaha mengabaikan semua itu, sambil tetap berharap Mas Riza benar-benar menunaikan janjinya. Aku masih yakin, suamiku tak akan melakukan perbuatan sehina itu. Tetapi tak menutup kemungkinan jika ibu mertuaku turut serta berperan dalam kejadian ini. Yang kutakutkan adalah ibu mertuaku melakukan hal licik untuk memuluskan rencananya. Hingga pagi ini, aku dikejutkan dengan kehadiran dua orang tua yang cukup asing. Aku sedikit tercengang saat mereka memperkenalkan diri sebagai orang tua Rahma. Ada rasa kekhawatiran melihat raut wajah mereka berdua. Bahkan ibunya Rahma dari tadi terus menerus meneteskan air mata. Ayah Rahma berkali-kali mengusap punggung tangan istrinya. Aku mencoba menguatkan diri untuk mendengarkan apa yang akan mereka sampaikan. "Maaf, barangkali kedatangan kami mengganggu waktu Nak Vita," ucap ayah Rahma membuk
last updateLast Updated : 2022-10-08
Read more

BAB 70

"Maaf, maksudku… aku ragu bahwa anak yang dikandung Rahma adalah anak Mas Riza," kataku kemudian. Akhirnya aku mampu mengatakan hal itu. Aku ragu, anak yang dikandungnya benar-benar benih Mas Riza. Bagaimana watak suamiku tentu aku sangat mengetahui, meskipun masih ada keraguan dalam hatiku. "Maksudmu, anak kami hamil dengan orang lain dan meminta Riza untuk bertanggung jawab? Begitu maksudmu?" Suara wanita itu meninggi. Aku yakin harga dirinya lumayan tercabik ketika tuduhan iu disematkan pada putrinya. "Maaf, Bu. Aku percaya suamiku." Kembali kudengar suara tangis wanita itu. Aku agak bingung, mengapa mereka tak melanjutkan lagi kalimatnya. Mengapa seolah mereka tak punya stok kalimat pembelaan lagi untuk putri mereka. "Maafkan kami… kami gagal mendidik Rahma. Tak kusangka dia akan menjadi perusak hubungan rumah tangga orang lain. Bahkan kami sudah kehabisan cara untuk mengingatkannya." Akhirnya kudengar nada pasrah dalam suara ayah Rahma. Kulihat pandangan matanya kosong. "Kam
last updateLast Updated : 2022-10-08
Read more
PREV
1
...
56789
...
17
DMCA.com Protection Status