Home / Rumah Tangga / Mesin Cuci / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Mesin Cuci: Chapter 31 - Chapter 40

162 Chapters

BAB 31

Pertengkaran Hingga malam hari aku tak melihat tanda-tanda Mas Riza akan pergi kondangan. Bahkan sedari pulang dia hanya fokus bermain dengan anak-anak tanpa memperhatikan ponselnya sama sekali. "Mas. Ada yang mau aku tanyakan," ucapku saat Mas Riza merebahkan diri di sampingku. Aku ingin menanyakan perihal kondangan dan hal lain yang mengganggu pikiranku akhir-akhir ini. Daripada aku menebak-nebak dan tak ada kejelasan, lebih baik aku menanyakannya langsung padanya. "Tanya apa?" Mas Riza bertanya dengan tetap memejamkan mata. Lala dan Risa sudah tidur di kamar mereka. Semenjak kami pindah, mereka berdua kutempatkan satu kamar di sebelah kamar orang tuanya. Aku ingin mereka terbiasa mandiri sejak dini."Mas, ada yang belum selesai antara kamu dan Rahma?" tanyaku langsung. Aku tak ingin berbelit-belit dengan urusan ini. Karena jujur saja, aku tak ingin ada bibit ulat bulu masuk dan berkembang biak di celah yang tidak kami sadari. Apalagi ulat bulu tersebut sepertinya mendapat dukung
last updateLast Updated : 2022-10-02
Read more

BAB 32

Masih belum ada jawaban dari suamiku. Aku masih lega, meskipun tetap kecewa mengapa Mas Riza tak memblokir kontaknya. Tapi melihat emotikon lidah terjulur membuatku mual parah. Kubaca semua chat dari Rahma, yang kebanyakan berisi kalimat basa-basi busuk. Mataku menangkap satu balasan chat untuk Rahma dari suamiku.[ Mas Riza, Gimana dimsum yang kuberikan tadi? Aku masih ingat Mas Riza suka sekali makanan itu ] [ Terima kasih ] Jawab Mas Riza. Aku tiba-tiba teringat dengan sekotak makanan yang diulurkan Rahma saat itu. Bukankah isinya bukan dimsum? Bahkan aku yang membuka kotak makan itu. Isinya potongan rendang sapi yang akhirnya kuberikan pada tukang yang sedang merenovasi rumahku. Bahkan aku masih ingat Pak Warto dan teman-temannya bersorak senang saat mendapati makanan lezat itu di depan mereka. Lalu kapan Mas Riza menerima dimsum dari gadis itu? Buru-buru kulihat tanggal dikirimkan pesan itu. Satu minggu yang lalu. "Dimana Rahma ngasih dimsum ke kamu, Mas?" Aku sudah tak mam
last updateLast Updated : 2022-10-02
Read more

BAB 33

Di Toko Kepalaku terasa berat saat memulai pekerjaan di dapur. Mataku panas dan perih. Semalaman aku tak bisa tidur. Kukira Mas Riza pulang ke rumah ibunya. Ternyata pagi tadi aku mendapatinya tidur di sofa ruang tengah. Tubuhnya meringkuk tanpa selimut. Apakah aku sudah keterlaluan menuduh Mas Riza seperti tadi malam? Kenapa pula harus semarah itu jika memang dia dan Rahma tidak ada apa-apa? Atau hanya Rahma saja yang menganggap urusan mereka di masa lalu belum selesai? Rasanya kepalaku mau pecah saja. Soal aku yang tak bisa akur dengan ibu dan Tika, aku bisa apa? Nyatanya memang seperti itu. Bagaimana aku bisa akur dengan mereka, sementara mereka sendiri hampir tiap saat membuatku mengeluarkan tanduk. Aku bukan berhati malaikat yang bisa menerima segala perlakuan mereka. Aku punya batas sabar. Perbuatan dan perkataan mereka selalu memancing emosiku. Percuma saja disabar-sabarkan, memang nyatanya mereka diciptakan untuk menguji kesabaranku. Tentu saja keluar dari sana adalah pil
last updateLast Updated : 2022-10-02
Read more

BAB 34

"Loh, Mbak Vita tumben nyamperin ke mari. Kangen sama Mas Riza ya?" tanyanya dengan senyum usil. Aku menyerahkan bungkusan nasi ke arahnya. Pegawai sejumlah tiga orang semuanya kubelikan makanan yang sama dengan Mas Riza. "Sekalian mau beli bumbu dapur, jadi dari sekolah langsung ke mari. Mas Riza ada?" "Ada. Di dalem. Ada temannya juga lagi belanja." Aku langsung ke dalam mencari keberadaan suamiku. Bak disambar petir aku melihat Rahma berada di sana. Bisa dibayangkan tingkahnya pada suamiku. Meskipun kulihat dengan jelas tak ada respon berarti dari Mas Riza, aku tetap tidak bisa membiarkan ulat bulu itu terus menerus mepet di dekat suamiku. "Mas, kubelikan nasi padang. Belum makan siang, kan?" tanyaku pada Mas Riza yang spontan membuat mereka terkejut. Yang membuatku heran, justru Rahma kelihatan menyeringai melihat kedatanganku. "Kamu tumben kemari, Bun?" tanya Mas Riza. Aku bersyukur Mas Riza mau menjawab pertanyaanku. Tadinya aku khawatir dia akan diam saat kujawab, yang oto
last updateLast Updated : 2022-10-02
Read more

BAB 35

Sebuah FaktaMakin lama kelakuan Rahma terlihat makin berani. Padahal aku sudah terang-terangan pasang badan jika dia mencoba mendekati Mas Riza. Sayangnya dia selalu memanfaatkan waktuku bekerja untuk menemui Mas Riza. Herannya lagi, Mas Riza sepertinya tak punya alasan untuk menjauh karena Rahma yang cerdik, menggunakan alasan belanja agar bisa bertemu dengan Mas Riza. "Mas, jadi si Rahma itu beneran sering kemari buat ngasih makanan?" tanyaku setelah Rahma keluar sambil membawa belanjaan. Tadinya manusia itu memberi kode tidak mampu mengangkat belanjaannya yang cukup banyak, sehingga menatap Mas Riza bermaksud memintanya dibawakan ke motor. Untungnya Mas Riza segera memanggil Andi agar membawakan belanjaannya ke depan. Terlihat raut wajah kecewa dari perempuan itu. Dari pengamatanku sebenarnya Mas Riza tidak menanggapi umpan Rahma, hanya saja aku tetap harus waspada mengingat zaman sekarang ulat bulu makin ganas. Mereka makin tak tahu diri dan tak punya muka. "Iya. Itu di dapur
last updateLast Updated : 2022-10-02
Read more

BAB 36

Malamnya kami menyantap makan malam di meja makan. Mas Riza terlihat lahap ikan bakar yang kumasak tadi sore. Begitupun anak-anak, mereka juga menyukai menu andalanku. Rasanya puas sekali menatap wajah-wajah mereka saat menikmati hidangan yang kusiapkan. Selesai makan, kami berkumpul di space samping dapur yang kubuat sebagai ruangan terbuka tanpa atap. Sudut itu menjadi tempat favorit anak-anak bermain. Kutata sangat manis dilengkapi rumput sintetis dengan beberapa pot kecil tanaman hias. Untuk ukuran keluarga kecil seperti kami, tentu space berukuran tiga kali tiga meter ini cukup untuk sejenak melepaskan lelah. Kusandingkan teh hangat untuk Mas Riza di atas meja kecil yang juga kuletakkan di sana. Camilan di toples juga kusiapkan untuk anak-anakku. Rasanya sungguh nikmat, apalagi canda tawa anak-anak yang terdengar lepas. Tentu saja hal ini tidak bisa dilakukan di rumah mertua. Mendengar suara tangisan Risa saja, ibu ataupun Tika akan merepet kemana-mana. Bahkan Lala sudah takut
last updateLast Updated : 2022-10-02
Read more

BAB 37

Menolak KeinginanAku menatap nanar benda pipih di depanku. Kuremas ponsel Mas Riza. Jadi Mas Riza bukan anak kandung ibu mertuaku? Bahkan Mas Riza tak pernah menceritakan fakta itu padaku. Apakah kenyataan ini yang membuat ibu mertua tak pernah suka padaku dan anak-anakku? Panggilan dari ponsel yang kugenggam membuat lamunanku berakhir. Nama ibu terpampang jelas di layar. Mendadak aku gagap tak tahu apa yang harus kulakukanAku kembali sadar dan berlari cepat ke arah Mas Riza. Kuberikan ponselnya dan mengatakan sang ibu menelepon. Raut wajah cerahnya berubah menjadi muram manakala mendengarkan kalimat yang ibu lontarkan. Tak lama kemudian panggilan tersebut berakhir. Mas Riza membaca pesan yang sudah kubuka. Ada kekhawatiran Mas Riza akan marah dengan tindakanku. "Maaf, Mas. Aku sudah membacanya," ucapku lirih. Kugenggam tangan Mas Riza. Tak ada penolakan, artinya dia tak keberatan dengan tindakanku membaca pesan dari ibunya. Dia menarik napas dalam, seakan beban berat menghimpit r
last updateLast Updated : 2022-10-03
Read more

BAB 38

Tatapanku beralih pada Mas Riza. Kudalami wajah suamiku, berharap setelah mendengar penuturan ibunya dia tak berubah pikiran. "Nggak, Bun. Mas nggak akan ke sana. Yuk kita jalan-jalan, beli martabak, jajan sate telur puyuh bakar di angkringan, nggak usah bawa HP." Aku tersenyum lebar dan secepat kilat memeluk suamiku. Kulihat anak-anak yang mendengar kata jalan-jalan menatap kami penuh antusias. Silahkan, ibu mertua. Tunggulah anak tirimu selama apapun kamu mau. Dan Rahma, kupastikan setelah ini aku akan pasang alarm peringatan bahaya jika kamu mulai mendekati suamiku lagi. Karena aku tahu, niatmu bukan sekedar silaturahmi lagi. Kamu ingin hubungan dengan suamiku lebih dari itu. Tubuhmu terlalu gatal hingga berharap suamiku datang dan menggaruknya. Jangan bermimpi, kau tak akan pernah mendapatkan apa yang kau inginkan. ***Kami puas bersenang-senang malam ini. Anak-anak kami bawa ke alun-alun kota. Kubiarkan mereka bermain pancing-pancingan ikan plastik. Aku dan Mas Riza duduk di
last updateLast Updated : 2022-10-03
Read more

BAB 39

Kenyataan Apa Lagi? Aku sudah bersiap ke sekolah saat kudengar dari arah depan rumah terdengar suara ketukan pintu yang kian lama berubah makin keras. Suara pintu rumah kami terdengar keras layaknya sedang ditagih hutang. Aku sudah menyiapkan hati, pasti ibu mertuaku yang berada di depan. Mas Riza yang masih di kamar mandi tentu tak mendengar keributan ini. Beruntung Lala sudah berangkat sekolah dengan Mbak Marni, dengan Risa ikut dibawa juga. Entah masalah apalagi yang akan disodorkan oleh wanita itu kali ini. Aku harus bersiap-siap seperti sebelumnya. "Ibu? Silahkan masuk," ucapku berusaha biasa saja. Jangan tanya bagaimana sesungguhnya hatiku saat ini. Apalagi melihat sorot mata dan raut wajah orang di depanku semakin membuat nyaliku ciut. Entah untuk memancing emosiku atau memang kebetulan, Ibu memakai kerudung yang waktu itu dipamerkan dibelikan oleh Rahma. Aku menarik napas perlahan dan menghembuskannya. Jangan sampai aku terbawa emosi kali ini. "Mana Riza?" tanyanya dengan
last updateLast Updated : 2022-10-03
Read more

BAB 40

"Kau memang wanita sial*n Vita! Kau ingin menguasai anakku seluruhnya! Kau tak mengizinkan dia untuk mengunjungiku lagi. Kau ingin menjauhkan kami agar kau bisa leluasa mengatur hidup anakku! Kau licik Vita!""Bu, berhenti menyalahkanku atas semua yang terjadi. Aku lelah terus-menerus beradu otot dengan Ibu. Tak bisakah kita berhubungan baik selayaknya menantu dan mertua?" ucapku penuh permohonan. "Mari kita mulai semuanya dari awal, Bu. Bekerja samalah denganku agar keluarga kita menjadi keluarga bahagia. Aku yakin kita akan menjadi keluarga yang harmonis, seperti keluarga yang lainnya."Suara tawa meledek terdengar dari mulut Ibu. Dia menertawakan apa yang kukatakan. Aku mengusap dada, tak menyangka dalam hidupku dipertemukan dengan orang seperti dia. Wanita ini sungguh mengerikan. " Apakah kau sedang membuat lelucon? Kau sungguh tak waras. Kamu! Pasti kamu yang membuat Riza makin sulit kukendalikan. Benar kata Tika! Riza mau kamu serakahin sendiri! Dasar menantu tak tahu diri, dar
last updateLast Updated : 2022-10-03
Read more
PREV
123456
...
17
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status