Home / Rumah Tangga / Mesin Cuci / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Mesin Cuci: Chapter 11 - Chapter 20

162 Chapters

BAB 11

"Bun. Nanti aku ganti motor yang dihilangkan Tika. Tolong Bun. Jangan bersikap seperti ini!" pinta Mas Riza. Aku menatapnya dengan sinis. "Kamu tahu, Mas? Aku sengaja membelinya menggunakan uang pribadiku agar tak keluargamu tak mengungkit soal motor yang kupakai. Itu saja Tika masih seenaknya memakai dan mengakatakan motor itu pemberianmu. Jika sekarang kamu benar-benar menggantinya dengan uangmu, bagaimana tanggapan kedua orang itu? Aku makin diinjak dan diperlakukan seperti seorang pengemis yang seolah-olah menghabiskan hartamu saja!" Aku sengaja menekankan kata dua orang itu pada Mas Riza. Aku ingin dia tahu aku benar-benar marah kali ini. Aku ingin Mas Riza makin memperbaiki sikapnya. Aku tak ingin dia diam seribu bahasa saat aku tengah direndahkan kedua wanita di sisinya." Lalu bagaimana kamu akan pergi ke sekolah, Bun?" tanyanya kemudian. Aku berhenti dan memandang wajah itu. "Jalan kaki. Seperti itu kan perintah ibu dan adikmu?".Kulihat kilat penyesalan di mata suamiku. D
last updateLast Updated : 2022-09-28
Read more

BAB 12

Sebuah Keputusan Aku melihat Tika sedang duduk mengangkat kakinya di kursi ruang tengah. Sesudah menyiapkan makanan untuk Lala dan Risa, aku tak memasak apa pun untuk anggota rumah ini. Biarlah mereka terbiasa tanpaku. Aku ingin mereka berlatih hidup tanpa pembantu gratis ini. Tika yang melirik ke arahku tak punya inisiatif untuk menjelaskan perihal motor itu. Bahkan ucapan permintaan maaf pun tidak ada. Heran sekali ada orang seperti dia. Bebal bermuka tembok. Tak punya rasa malu sedikit pun. Mulutku yang sudah gatal ini kupaksa mengeluarkan pertanyaan untuknya."Jadi motorku gimana nasibnya, Tik?"Orang yang kutanya itu melirik sekilas dengan wajah jutek. Dia kembali memasukkan tangan ke dalam toples di depannya. Tak ada tanda-tanda dia akan menjawab pertanyaanku. Kesal, aku mengulangi pertanyaan untuknya. "Tik. Kamu sudah sehat, Kan? Polisi bilang akan meminta keteranganmu kalau kamu sudah sehat. Kulihat kamu sudah sehat, biar nanti kuhubungi polisi untuk kemari," pancingku pad
last updateLast Updated : 2022-09-29
Read more

BAB 13

Dari Mas Riza ku ketahui kabar mengenai kronologis kejadian yang menimpa Tika kemarin. Itu pun setelah Mas Riza bertanya langsung pada polisi yang menangani kasus Tika. Anak itu janjian dengan seseorang di kafe dekat alun-alun kota. Setelah puas kopi darat, Tika diajak laki-laki itu ke kos-kosan yang tidak jauh dari lokasi pertemuan mereka. Entah apa yang dipikirkan Tika, bahkan dia mau diajak ke kos-kosan lawan jenis. Terlebih lagi dia baru mengenal laki-laki itu. Dan parahnya, selama ini Tika sering memberi uang padanya. Benar sekali dugaanku selama ini. Pantas saja dia selalu merongrong keuangan suamiku akhir-akhir ini. Klasik, laki-laki itu mengaku seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di kota ini. Dia meminta uang pada Tika dengan dalih kiriman dari orang tuanya tersendat. Luar biasa sekali, bahkan Mas Riza keceplosan bahwa selama ini Tika meminta sejumlah uang padanya. Tika mengaku setelah beberapa saat di kos-kosan, laki-laki yang mengaku bernama Dion itu memint
last updateLast Updated : 2022-09-29
Read more

BAB 14

Mas Riza Galau Pulang sekolah aku mendapati rumah layaknya kapal pecah. Kulihat sampah berserakan, terutama bekas tisu. Aku berjingkat jijik melewati tisu-tisu tersebut. Belum lagi kulit kacang yang memenuhi karpet bulu yang pasti akan sedikit sulit dibersihkan. "Kebetulan kamu sudah pulang. Tolong bersihkan rumah, Vit. Tadi minta tolong Tika malah ngeloyor ke kamar. Mungkin masih belum baik kondisi hatinya," perintah ibu mertua padaku. Aku diam saja pura-pura tak mendengar. Kuambil segelas air dan kuteguk hingga tandas. Aku melewati posisi Ibu yang berdiri di dekat dispenser tempat aku mengambil air minum. "Vit, denger kan Ibu ngomong?" ulang ibu mertua. "Aku lelah, Bu. Tadi di sekolah banyak kerjaan. Biar nanti saja Tika kalau sudah istirahat suruh bersihkan sendiri sampahnya," jawabku sambil menuju ke kamar. "Kamu tadi denger kan? Tika masih belum baik kondisinya, jadi belum mau mengerjakan pekerjaan rumah." Wanita itu masih bersikukuh dengan kalimatnya. "Dari dulu berarti ko
last updateLast Updated : 2022-09-29
Read more

BAB 15

Lala dan Risa tampak antusias setelah kuajak melihat rumah kami. Lala bahkan meminta space khusus di teras samping untuk dijadikan area bermain. Kesempatkan video call dengan Mbak Ratih. Kakakku yang menekuni bisnis kain di Bandung itu terlihat santai duduk di meja kerjanya. "Gimana Vit? Sudah sampai mana renov rumah ibu?" tanyanya. Karyawannya yang hilir mudik di belakang nampak tak mengganggunya sama sekali. Padahal aku yang melihatnya sedikit pusing dengan aktivitas di belakang Mbak Ratih. "Alhamdulillah, Mbak. Kata tukang kurang lebih satu minggu lagi selesai. Sengaja kuambil tenaga tukang agak banyak, biar cepat selesai." "Bagaimana mertuamu? Setuju kalian pindah?""Lho…Setuju atau tidak kami harus pindah. Rasanya sudah tak nyaman. Barangkali hubungan kami akan membaik kalau tinggal tak serumah." Kuambil Risa dan memposisikan di pangkuanmu agar wajahnya terlihat oleh Mbak Ratih. Mbak Ratih nampak senang melihat keponakannya yang makin hari makin gembul ini. "Pokoknya Mbak duk
last updateLast Updated : 2022-09-29
Read more

BAB 16

Rayuan Ibu Mertua Sepulang dari Karangsari, aku masuk ke dalam rumah mertua sambil menggendong Risa. Lala kutuntun dengan tangan kiriku. Entah dari mana datangnya, ibu mertua tiba-tiba sudah berdiri di depanku. Menyambutku dengan senyuman yang membuat kedua alisku bertaut penuh tanda tanya. "Aduh… Risa sayang… kok ketiduran sih? Ini tadi pulang naik apa? Jangan bilang naik ojek!" ujar ibu mertua sambil mengusap kepala Risa. Aku termenung sesaat menyadari keanehan yang terjadi di depanku. Buru-buru aku menguasai diri. "Kenapa nggak minta jemput Riza sih Vit. Kan kasihan anak-anakmu," lanjutnya lagi. Meski tak kujawab kalimatnya, ibu tetap menyeimbangkan langkahku yang cepat. Aku mencium ketidakberesan pada tingkah ibu mertua. "Vit, kalau sudah mandi sore, ajak anak-anakmu makan ya. Ibu sudah masak enak buat kalian. Perkedel kesukaan Lala juga sudah nenek buatkan La." Ibu mertua masih saja melantunkan kalimat yang terasa asing di telingaku. "Siapa yang suka perkedel? Lala nggak suk
last updateLast Updated : 2022-09-29
Read more

BAB 17

Aku menenggelamkan kepala Risa ke dalam pelukanku. Lala pun sudah terlelap di sampingku. Sejak makan malam tadi, Mas Riza belum juga masuk kamar. Lamat-lamat kudengar ibu mertua setengah berteriak pada Mas Riza. Aku tak mau ambil bagian di keributan kali ini. Lelah, rasanya jiwa raga ini sudah terlalu lama bergelut dengan hal yang sia-sia. Biarlah Mas Riza menghadapi keinginan ibunya sendiri. Kurasakan Mas Riza masuk ke kamar dan menutup pintu dengan pelan. Aku yang penasaran segera duduk. Kutatap wajah lelakiku. Tak ada ketenangan di sorot matanya. "Apa yang terjadi dengan ibu, Mas?" tanyaku yang sudah tak mampu membendung rasa penasaran. Mas Riza menyentak napasnya kasar. "Ibu tetap tak mau kita pindah. Maksudku… Paling tidak jangan dalam waktu dekat.""Apa alasannya?" cecarku. Jujur saja aku ingin tahu alasan sebenarnya menahan kami di sini."Apakah dia takut mengurus pekerjaan rumah sendiri? Atau takut jatahnya dikurangi karena kita sudah tidak tinggal satu rumah?" Mas Riza
last updateLast Updated : 2022-09-29
Read more

BAB 18

Drama " Besok kita mulai packing barangnya anak-anak, Mas pakai mobil bak terbuka buat bawa barang-barang sebelum ke toko. Jadi pas hari H tidak terlalu repot dengan barang bawaan. Toh perabot di rumah orangtuamu masih penuh. Paling nambah beberapa item saja. Urusan ibu kita lupakan dulu. Benar katamu, sudah waktunya kita mandiri." Ucapan Mas Riza membuat mataku berkaca-kaca. Alhamdulillah. Akhirnya Mas Riza lebih mementingkan keluarga kecilnya. Untuk ibu, kudoakan hatinya lekas luluh hingga melepas kami dengan curahan doa kebaikan.Paginya aku bangun dengan suasana hati yang senang. Akhirnya Mas Riza mantap untuk pindah. Berhubung hari ini libur, kumanfaatkan untuk berkemas. Setelahnya aku akan ikut Mas Riza mengantarkan barang-barang ke rumah kami. Sudah kuhubungi Mbak Marni untuk menjemput Lala dan Risa lebih awal, karena aku tak mau membawa mereka kali ini. Beberapa kardus berisi mainan anak-anak sudah selesai kukemas. Untuk baju bahkan sengaja kutinggalkan beberapa potong saja
last updateLast Updated : 2022-09-30
Read more

BAB 19

Sengaja aku menempelkan telinga di tembok pembatas kamar ibu mertua. Luar biasa sekali kalimat yang meluncur dari mulut Tika. Bahkan dia tega menyarankan Mas Riza mencari istri baru. Rupa-rupanya anak itu memang harus kuberi pelajaran. Baru mau melangkah, kudengar suara Bapak mertua masuk rumah. Pakaian yang dia gunakan membuatku memutar otak. Bukankah tadi Tika berkata bapak sedang ke kebun untuk panen jagung? "Loh, Pak. Katanya habis panen jagung, kok pakaian rapi begitu?" tanyaku sambil mendekatinya. Kuletakkan air minum pesanan Tika di meja ruang tengah. "Panen jagung? Siapa yang bilang? Bapak habis disuruh ibu beli sarapan. Katanya pengin nasi gudeg depan pasar," jawab bapak mertua. "Tapi maaf Vit. Bapak cuma dikasih uang buat beli tiga bungkus. Nggak beli buat kamu dan Riza." Aku semakin bingung, bukankah tadi Tika mengiyakan bahwa bapak tetap pergi ke kebun meski sudah tahu ibu pingsan? Mengapa sekarang Bapak berkata dia disuruh Ibu untuk ke pasar membeli nasi gudeg? "Lah
last updateLast Updated : 2022-09-30
Read more

BAB 20

Siapa Dia? "Cepat kalian semua keluar! Biar aku yang menunggui ibu sendirian. Kalian semua nggak guna!" teriak Tika sambil mendorongku keluar. Mas Riza dan bapak mertua ikut keluar. Jika dia berkata kasar hanya padaku dan Mas Riza, mungkin aku masih menganggapnya wajar. Tetapi ini pada bapak? Tika memang benar-benar keterlaluan! Mas Riza dan bapak berlalu. Pintu yang ditutup Tika membuatku leluasa untuk menguping. Benar saja, ketika kami bertiga keluar, suara gaduh terdengar dari dalam. Sumpah serapah ibu mulai terdengar. Kena kalian! Mau menggagalkan rencanaku? Tidak semudah itu! Kulanjutkan menaikkan barang-barang ke bak mobil Mas Riza. Beruntung bapak mertua membantu kami mengangkat barang-barang tersebut. Sekelebat kulihat bayangan Tika tengah mengawasi kami dari balik gorden. Aku terkekeh geli. Tingkahnya membuat hiburan di saat yang melelahkan seperti ini. Kali ini rencana mereka tak berhasil. Aku tak boleh senang dulu, karena pastinya mereka berdua akan melanjutkan sera
last updateLast Updated : 2022-09-30
Read more
PREV
123456
...
17
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status