Trisha tersentak bangun dan mendapati dirinya terbaring di lantai, didera siksaan rasa sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Nyeri kepalanya berdenyut-denyut hebat seperti baru saja dihantam palu godam raksasa. Hatinya remuk redam, keadaannya sama seperti barang-barang yang hancur di sekitarnya. Ada pecahan meja kaca, kotak kayu yang hancur, beberapa CD yang pecah, buku-buku yang robek, sobekan foto Arthur dan dirinya. Dia merasa keadaan batinnya pasti terlihat seperti itu, semua koyak, retak, dan sulit dikenali. Matanya bengkak dan sangat nyeri sehingga terasa berat membuka. Bibirnya perih dan dia mengecap rasa anyir darah yang menodai lengan bajunya setiap kali dia menyeka mulutnya. Lengan dan lehernya juga mengucurkan darah. Dadanya terasa nyeri, hampa dan kosong, seolah-olah sudah menganga lebar dan jantungnya seolah-olah sudah tercabut dari rongganya. Yang dia rasakan hanyalah rasa sakit, gelombang besar penderitaan yang menerjangnya bertubi-tubi, tanpa henti. Dia bersand
Read more