Beranda / Romansa / Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan / Bab 6: Sang Petualang Cinta

Share

Bab 6: Sang Petualang Cinta

Penulis: Karensia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jari Desmond Zachery menelusuri seluruh tubuh Gracie Walsh. Tanpa disadari dia membelai seluruh tubuh wanita itu, mengagumi lekuk likunya yang indah, dan rambut pirangnya yang berkilauan tergerai di bantal.

Dia melirik sekilas pada jam dinding dan dengan enggan bangkit dari tempat tidur.

Ada janji temu dengan pengacaranya, George Fang, dalam waktu satu jam. Walaupun Desmond jarang peduli pada apa yang dipikirkan oleh orang lain, dia tetap menghormati si tua George dan menganggapnya sebagai sahabat. Dia tidak ingin membuat pria itu meragukan dirinya.

Membungkuk pada wanita yang sedang meringkuk dengan puas di tempat tidurnya, Desmond memberikan ciuman hangat di pipi wanita itu. "Waktunya pergi, Sayang."

Gracie bergerak dan kepalanya terangkat dari bantal. Rambut pirangnya menutupi dadanya yang tampak menggoda. "Belum waktunya. Ini masih pagi. Kurasa kita masih punya sisa waktu pagi ini."

Desmond menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Maaf, nggak kali ini." Dia memain-mainkan seikat rambut wanita itu di tangannya dan mengamatinya. "Ada janji temu dengan rekan bisnis dalam waktu satu jam," dustanya.

Wanita cantik itu menelusuri rambut di dada Desmond seraya berkata, ''Katakan padanya kalau kamu sedang sibuk dan dia harus bertemu denganmu nanti malam."

Desmond menangkap tangan wanita itu, kejengkelan menjalari dirinya. Ketidaksabarannya memuncak dan menyingkirkan sisa hasrat terakhirnya.

Sekarang saatnya Gracia pergi, dia hanya ingin wanita ini pergi.

"Rekanku nggak sering-sering datang ke Singapura. Sepertinya ini penting." Desmond menggulingkan tubuh wanita itu, menepuk lembut pantatnya. "Jadilah gadis yang baik. Berpakaianlah dan pulanglah."

Mata Gracia berubah lebih muram. Dia mengeluarkan lenguhan kecil di tenggorokannya. “Siapa sih rekanmu itu? Laki-laki atau perempuan?”

"Laki-laki. Tenanglah, kamu nggak perlu cemburu."

Kekesalan mengeraskan pandangan menghunjam yang ditujukan Gracia kepada Desmond saat memunguti pakaiannya di lantai. Dia mengenakan pakaiannya dengan gerakan kecil yang menyentak-nyentak dan sengaja mengulur-ulur waktu. Mulutnya tampak cemberut.

Gracia adalah seorang wanita yang manja dan egois. Biasanya Desmond mengabaikan ledakan amarah dan perilaku kekanak-kanakannya, tetapi di saat-saat seperti ini, dia bertanya-tanya berapa lama lagi dia bisa bertahan dengan perangai wanita ini.

"Aku nggak akan datang ke sini untuk sementara waktu," ujar Gracia dari balik bahunya saat Desmond menaikkan resleting di bagian belakang gaun malamnya. "Vincent akan tiba besok. Dia akan tinggal di Edwood Manor sampai akhir bulan depan." 

Vincent Cheng adalah suami Gracia yang sudah lanjut usia. Hampir sepanjang tahun Gracia tinggal seorang diri di kediaman mewahnya karena suaminya sering melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri.

Desmond tersenyum setengah mencibir. "Aku yakin dia akan senang sekali bertemu denganmu. Pastikan untuk memberikan yang terbaik untuknya."

Bibir cantik wanita itu mengerucut, tetapi Desmond tidak peduli. 

Selain kecantikan dan keterampilannya di tempat tidur, Gracia memiliki sedikit keistimewaan yang bisa diunggulkan. Tentu saja Desmond tidak mengatakan itu. Dengan perangai seperti itu, sulit membuat seorang pria tetap betah tinggal di tempatnya, bahkan setelah delapan tahun terakhir.

"Kamu akan merindukanku," ujar Gracia dengan cemberut. 

Dia memalingkan wajahnya ke arah Desmond dan menuntut ciuman. Rambut hitam panjangnya digulung sekali lagi menjadi simpul di tengkuknya. "Kamu akan menyesal karena telah menyuruhku pergi."

Sudut mulut Desmond menyeringai. "Mungkin aku akan merindukanmu. Kurasa aku harus menghibur diri dengan bepergian dan minum-minum di kelab malam sampai kamu kembali."

Gracia tersenyum mendengarnya, yakin bahwa pesonanya yang memikat akan mampu menjauhkan Desmond dari ranjang wanita lain. 

Sejujurnya, Desmond akan melakukan apa pun yang dia gemari dan tidak mau didikte ataupun dikendalikan oleh siapa pun. Persis seperti yang dilakukan Gracia saat ini.

Mereka meninggalkan kamar tidur seperti biasa, menghadap ke lorong.  

Di depan pintu, Gracia berbalik menghadap Desmond, mengulum bibirnya dengan penuh gairah dan dan berkata, "Kalau begitu, aku akan menemuimu bulan depan." 

Gracia tersenyum padanya, bibirnya masih sedikit bengkak karena ciuman Desmond tadi dan pipinya merona merah di kulit putihnya. "Sampai jumpa nanti, Desmond, sayangku."

Desmond melihatnya menghilang di balik lorong dengan perasaan lega yang aneh. Sebanyak apa pun dia menikmati hubungan intim bersamanya di tempat tidur, Gracia kadang-kadang bisa membosankan. Mungkin kepergiannya selama sebulan ini akan membantu mengobarkan kembali gairah Desmond yang tampaknya memudar.

Saat masuk ke kamarnya, Desmond segera menelepon pengacaranya. "Aku mengharapkan kedatanganmu segera di Cloverfield Estate. Sesampainya di sana, aku akan menemuimu di ruang kerjaku.”

“Seperti yang Anda inginkan, Tuanku," sahut George Fang dengan ketegasan sekaligus kepatuhan yang sama seperti di masa-masa sebelumnya, ketika dia masih bekerja untuk ayah Desmond, Bernard Zachery. Keluarga yang jauh berbeda saat itu, pikir Desmond, dengan mamanya yang masih ada dan menyayanginya serta adik perempuan kecilnya.

Itulah kenangan memedihkan yang ingin Desmond kubur dalam-dalam, akhirnya tergantikan oleh pikiran tentang pertemuan yang akan datang dengan pengacaranya.

Bab terkait

  • Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan   Bab 7: Masuk Kantor

    Setelah empat malam berturut-turut menjadi saksi bisu gempa bumi lokal dengan Skala Richter level maksimum yang sudah memangkas jam tidurnya, dia memutuskan untuk berbuat sesuatu. Ini tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi. Minggu malam, ketika ruangan sebelah terdengar sepi, Trisha memutuskan untuk menulis selembar surat. Bukan surat cinta tentunya. Peringatan resmi ini akan ditujukan kepada Desmond. Semoga pria itu mau menghargai niat baiknya. Surat itu berbunyi begini: "Tuan Desmond yang terhormat. Mohon waktu dan kesediaannya sebentar untuk membaca surat ini. Terus terang saya merasa terganggu dengan aktivitas Anda tiap malam. Alangkah baiknya kalau Anda sedikit berempati dengan lingkungan sekitar sehingga tidak ada yang akan merasa terganggu dan dirugikan karenanya. Mohon perhatian dan kerjasamanya. Terima kasih. Dari tetangga sebelah." Trisha sengaja tidak membubuhkan namanya supaya tidak terlalu mengungkap banyak tentang dirinya. Dia membaca ulang surat itu sekali lagi. Sete

  • Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan   Bab 8: Kemelut Belum Berakhir

    Trisha menarik ponsel itu dari telinganya dan menatapnya. Itu saja? Nggak ada detail lain? Nggak ada petunjuk mengapa ibunya menelepon? Ini tidak seperti ibunya yang biasanya impulsif. Nggak! Hei, Trish, jangan khawatir; ini bukan berita buruk, hiburnya dalam hati. Pesan suara singkat itu menyebabkan otot-otot bahunya menegang, membuatnya tidak punya pilihan lain selain menelepon balik. Dia mengangkat ponselnya, memencet nomor ibunya, sambil tangannya yang lain memain-mainkan tutup cangkir kopinya yang tinggal separuh. Tanpa sengaja tangannya malah menyenggol cangkir itu hingga membuatnya terguling, menumpahkan cairan hangat di atas meja dan membasahi sketsanya. Menghela napas kuat-kuat, dia menegakkan cangkir kembali dan mengangkat mapnya. Dia merobek segumpal tisu dari kotak di dekat komputernya dan mengusap kertas yang terkena tumpahan kopi. Itu tidak ada gunanya. Kopi yang tumpah telah mengubah halaman putih bersih menjadi belang-belang cokelat dan basah. “Trish? Itu kamu?

  • Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan   Bab 9: Terbelit Utang

    Sepulang bekerja malam itu, Trisha duduk di sofa seraya menikmati pemandangan kota yang indah di malam hari dari kaca jendelanya. Namun, suasana indah di luar sana tidak sanggup meredakan hatinya yang carut-marut berkecamuk hebat. Mungkin dia berhasil lari dan menyembunyikan diri dari Arthur Jefford, tetapi dia tidak menyadari bayang-bayang masa lalu masih terus memburunya bagai hantu dalam berbagai wujud. Sampai kapan ini berakhir? Dia mengeluh dan batinnya menangis pedih.Setelah menguatkan hati, dia memenuhi janjinya untuk menghubungi ibunya lagi. Begitu telepon tersambung, terdengar suara gelisah ibunya di seberang."Oh, Sayang. Akhirnya kamu menelepon lagi. Ibu sudah menunggumu sejak siang tadi.""Ibu tahu kalau aku harus bekerja.""Mereka baru saja menelepon lagi.""Siapa, Bu? Para penagih utang?" sahut Trisha dengan resah."Ya, tentu saja! Sebaiknya jangan terus mengulur waktu untuk membayar utangmu. Mereka mengancam akan menyebarkan semua data pribadimu dan mempermalukanmu ke

  • Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan   Bab 10: Mencari Solusi

    Sebenarnya Trisha tidak perlu khawatir soal pekerjaan. Dia memiliki pekerjaan tetap yang bagus sebagai desainer interior. Namun, gajinya hanya cukup untuk membayar sewa apartemen bulanan, biaya hidup, dan menyisihkan sedikit untuk membayar pinjaman. Selain menulis di berbagai blog dan situs online, dia membutuhkan sumber penghasilan lain untuk mengeluarkannya dari kesulitan ini. Perlahan Trisha bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju meja kerjanya. Dia membuka laptop dan mulai menjelajah situs-situs lowongan kerja untuk pekerja lepas sembari memikirkan kira-kira pekerjaan sambilan apakah yang tepat untuknya saat ini. Pencarian isengnya berakhir pada beberapa pekerjaan yang aneh dan konyol dengan bayaran menggiurkan. Bekerja sebagai putri duyung. Oh tentu tidak! Walaupun bayarannya lumayan, dia bergidik ngeri saat membayangkan dirinya harus mengenakan pakaian minim yang memamerkan perut dan belahan dadanya. Selain itu, dia tidak bisa berenang. Mana mungkin ada putri duyun

  • Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan   Bab 11: Pria Misterius

    Beberapa malam berikutnya suasana sangat sunyi, tepat seperti yang diinginkan Trisha. Tidak ada benturan pada dinding, tidak ada erangan, tidak ada teriakan di tengah malam buta, dan tidak ada tawa cekikikan mesum. Segala sesuatu di sekitar apartemen itu sangat menyenangkan, tenang, dan tentram. Saat sedang senggang, Trisha menyempatkan diri berjalan-jalan di taman atau jalan sekitar kompleks apartemen. Dia juga mulai berkenalan dengan para petugas keamanan di apartemen itu, termasuk Johan Bisaam, seorang pria Melayu dan Lakshmi Krishna, wanita keturunan India Tamil. Mereka berdua sangat baik dan ramah padanya sehingga mereka pun cepat akrab. Trisha belum pernah mendengar atau melihat Desmond sejak terakhir kali dia menempelkan catatan kecil di pintu kamar pria itu. Kendati dia bersyukur untuk tidur malam yang menyenangkan, tak urung rasa penasarannya tergelitik tentang ke mana Desmond menghilang selama beberapa hari ini. Johan dan Lakshmi dengan senang hati memberikan informasi ya

  • Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan   Bab 12: Menabuh Genderang Perang

    Sayangnya, ketenangan dan kesunyian ini terlalu indah untuk bertahan lama, dan kekacauan kembali terjadi beberapa malam berikutnya. Namun, untuk saat ini, Trisha marah karena beberapa alasan dan menjadi gusar. Dia sangat lelah lahir dan batin, memar di pantatnya masih terasa nyeri, dan ibunya kembali menelepon dengan kemarahan yang meledak-ledak. Pasalnya, Trisha tidak tahu harus berbuat apa. Usahanya menjual beberapa lukisan dan desain furnitur belum membuahkan hasil sama sekali, sementara utangnya bagaikan kawanan ular berbisa yang mengelilinginya hingga terus menyudutkannya. Setelah tidur malam yang singkat, keesokan paginya dia bangun kesiangan dengan mata masih mengantuk berat. Alhasil, dia menyeret langkahnya dengan tergesa-gesa dalam perjalanan menuju kantor. Seluruh hari itu benar-benar sial. Ada masalah dengan kontraktor di rumah keluarga Gardner sehingga menunda pekerjaan mereka gara-gara kesalahan pesanan material khusus untuk furnitur yang diimpor langsung dari luar neg

  • Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan   Bab 13: Akhirnya Bertemu

    Dibayang-bayangi oleh cahaya temaram lorong dari belakang, di sana Desmond berdiri dengan satu kepalan tangan terangkat yang siap memukul dan tangan lainnya memegang selimut yang melingkari pinggulnya. Trisha memandanginya dari ujung rambut dan ujung kaki, tangannya juga masih mengepal dan menggantung di udara. Tangan kirinya masih berdenyut-denyut setelah memukul-mukul tembok begitu keras dengan semangat juang tinggi. Desmond memiliki rambut cokelat gelap yang lebat tetapi terlihat acak-acakan dan mencuat di sana-sini, kemungkinan ulah wanita yang bercumbu dengannya malam ini. Mata abu-abunya tajam seperti mata elang yang tampak tajam dan dalam, dan tulang pipinya sekuat rahangnya. Lapisan jenggot tipis memenuhi dagunya. Bibir merahnya agak tipis dan hidungnya mancung. Raut wajahnya memperlihatkan gurat-gurat oriental bercampur keturunan bule yang eksotis. Trisha menatap tubuh pria itu yang jangkung dan ramping, otot-otot di lengannya membuatnya terlihat sangat kekar. Kulitnya saw

  • Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan   Bab 14: Bertemu Lagi

    Beberapa malam berikutnya ... Trisha memenuhi ajakan Janice dan Keyra untuk menghadiri pesta seorang teman Janice di kawasan pemukiman mewah di Cluny Road. Mereka pergi ke tempat pesta itu menggunakan mobil tumpangan dari app Joyride. Sepanjang perjalanan, mereka mengobrol seru tentang penghuni sebelah apartemen Trisha. Siapa lagi kalau bukan Desmond? "Jadi, kamu nggak pernah lihat dia lagi sejak bertemu dengannya malam itu?" tanya Janice. "Nggak," sahut Trisha dengan mengerang. Keyra menyentuh lengannya menenangkan. “Dia ganteng, 'kan?” “Jujur—ya! Terlalu ganteng untuk diabaikan. Tapi dia juga sangat brengsek!” sahut Trisha dengan menepakkan tangannya ke jok begitu keras sehingga membuat sang pengemudi terlonjak kaget. Janice dan Keyra saling bertukar pandang dengan tersenyum simpul. “Dan kemudian esok paginya, dia berada di lorong bersama wanita lain lagi, menciumnya mesra! Ini seperti pesta pora orgasme liar, dan dunia hanya milik mereka saja!” sahut Trisha dengan berang set

Bab terbaru

  • Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan   Bab 31: Pergulatan Antara Hidup dan Mati

    Setiap saraf di tubuh Trisha seakan-akan mati rasa, mendesaknya untuk segera berlari, berbuat sesuatu, tetapi dia hanya berdiri dan diam terpaku dalam kebimbangan. Sayangnya terlambat. Dia merasakan kehadiran Arthur sepersekian detik sebelum sosok itu menabraknya. Rasanya seperti dihadang oleh seekor banteng. Tangan Arthur menghantam perutnya dengan bunyi gedebuk yang membuat napasnya tercekat dan tubuhnya terbanting dengan keras ke tanah. Pasir menyembur di sekelilingnya, beterbangan di udara seperti confetti kristal. Dengan mengaduh kesakitan luar biasa, tubuhnya terbaring dengan menggeliat di pasir pantai. Dia menatap bintang-bintang berkelap-kelip di langit yang mulai gelap. Itu tidak nyata … seolah-olah dia sedang bermimpi. Atau mungkin dia sedang mengalami mimpi buruk. Ini tidak mungkin terjadi. Tatapan Arthur yang menjulang tinggi di atasnya membawanya kembali ke dunia nyata dan seketika Trisha sadar bahwa itu bukan mimpi. Jika tidak bertindak cepat, dia mungkin tidak memilik

  • Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan   Bab 30: Bertemu Dia Lagi

    Tak lama kemudian, Trisha melihat sepasang kekasih bergerak menjauh dan di sana, lebih jauh ke pantai, dia melihat seorang pria berjalan ke arahnya. Kesadaran yang aneh seakan-akan menariknya kembali ke bumi. Pria itu sendirian, tetapi dia tidak tampak kesepian. Tidak, dia sangat tinggi, sangat tampan, dan cara berjalannya terlalu percaya diri sehingga tidak mungkin kesepian. Trisha memiringkan kepalanya, bersandar di sebatang palang besi, merasa bingung. Ada sesuatu tentang cara dia berjalan ... saat rambut hitamnya berkilauan dengan latar belakang cahaya matahari. Meskipun tidak bisa melihat mata pria itu di balik kacamata hitamnya, Trisha berani bersumpah bahwa orang itu sedang menatapnya. Mungkin dia sedang bermimpi. Atau mungkin tempat ini benar-benar ajaib dan mempertemukannya dengan orang itu. Dia bergidik saat memikirkannya. Tidak ada yang aneh dengan celana pendek dan T-shirt yang dikenakan pria itu. Bahkan dalam cara tubuhnya bergerak dengan lancar, semua ototnya tampak me

  • Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan   Bab 29: Lari dari Kenyataan

    Apa yang akan kau lakukan jika seseorang memberitahumu bahwa masa lalumu dan semua yang kau yakini adalah kebohongan?Lari, jawab benak Trisha. Lari dari kenyataan dan berusaha menutupinya.Wanita yang duduk di meja di seberangnya sedang berpikir untuk berselingkuh dengan rekan kerjanya. Dia membayangkan kulit gelap pria itu berkilau di bawah sinar matahari yang hangat, otot-ototnya menegang saat pria itu memeluk pinggangnya dan menciumnya. Atau mungkin, pikirnya, dia berpikir untuk berselingkuh dengan pria yang membersihkan kolamnya. Suaminya sedang ke luar negeri untuk perjalanan bisnis dan tidak akan pernah tahu.Trisha ingin mengatakan kepada wanita itu bahwa itu tidak akan berhasil, bahwa dalam tampilan ibu rumah tangga yang putus asa itu, mereka selalu mencurigai pria yang membersihkan kolam. Namun, Trisha tidak mengatakan apa-apa. Dia tidak mau mencampuri urusan orang lain. Sebaliknya, dia menyembunyikan seringainya dengan menundukkan kepala dan mengusap meja tempat dia menikma

  • Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan   Bab 28: Aku Tidak Gila

    Beberapa minggu setelah kecelakaan yang menimpanya sebelum usia 17 tahun, Trisha terbangun oleh suara pelan ibu dan ayah serta suara-suara lain yang tidak dia kenal. Kepalanya berdenyut saat dia membuka mata pada ruangan serba putih yang menyilaukan. Dinding putih, lantai putih, seprai putih, ranjang putih. Dengan terkejut, dia meraba wajahnya. Di mana aku? Apa yang terjadi? "Hasil tesnya bagus," kata suara yang tidak dikenal itu. “Kami tidak menemukan jejak obat-obatan atau alkohol dalam sistem tubuhnya." "Tidak ada?" Ibunya terdengar kecewa, sepertinya berita bahwa tidak ada narkoba atau alkohol adalah berita buruk baginya. "Tidak, maafkan aku." Kenapa ibu tampak kecewa? Pelipis Trisha berdenyut saat memperhatikan respons ibunya. Mengapa dia menyesal? Trisha menggeser lengannya dan kali ini, dia mengerti mengapa warna putihnya begitu cerah. Sinar matahari menembus masuk lewat jendela yang terbuka. Dia membalikkan kepalanya di atas bantal dan memperhatikan kedua orang tuanya dan s

  • Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan   Bab 27: Sang Penyihir

    Suatu saat dua saudara sepupu Trisha, Jimmy dan Lisa, menginap di rumahnya. Saat semua orang sedang terlelap, Trisha terbangun di tengah malam karena suara Roy yang merintih dalam tidurnya. Saat dia melingkarkan lengannya ke tubuh adiknya, getaran aneh bergerak di bawah tangannya, jauh di bawah kulitnya. Sesuatu di dalam perut adiknya membusuk. Dia hendak membangunkan Roy ketika adiknya terbangun dan muntah di seluruh tempat tidur."Tetaplah disini!" kata Trisha.Roy meraung di belakangnya saat Trisha berlari terbirit-birit ke kamar orang tuanya, nyaris terjungkal karena tersandung langkahnya sendiri. Dia mengguncang lengan ayahnya dengan sangat keras untuk membangunkannya."Roy muntah," ujar Trisha.Ibu beringsut dengan gerakan lambat, tetapi ayah membuka selimut dan menarik jubah flanelnya. Sesampainya di kamar, Jimmy sedang duduk di tempat tidur Roy dengan baju tidur putihnya. Lisa berkeliaran di belakang ayah dan Trisha."Ugh!" ujar Lisa, memegangi hidungnya, yang membuat Roy mera

  • Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan   Bab 26: Mata Batin

    Trisha sangat mencintai ayahnya, tetapi sepertinya ayah tidak mencintainya dengan cara yang sama sebesar cintanya pada ayah. Sepertinya ayah mencintai Trisha hanya karena berutang pengabdian dan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah, bukan semata-mata karena Trisha layak mendapatkannya. Dia sering berpikir mengapa ayahnya bersikap seolah-olah dia hanyalah momok baginya, terutama sejak kematian Tristan. Trisha berpikir tidak ada orang di keluarga ini yang tahu betapa kesepiannya dia kadang-kadang. Sering kali dia berharap ayah akan menatapnya dengan pancaran yang sama di matanya seperti yang dia tunjukkan kepada adiknya Roy. Ibu mengatakan bagaimana Trisha sejak lahir hingga tumbuh besar, pikirannya berpacu lebih cepat daripada apa yang dimiliki oleh kebanyakan orang. Menurut ibunya, Trisha terlahir ke dunia lebih dahulu sebelum Tristan dengan berteriak sekencang mungkin seolah-olah mencoba membangkitkan orang mati. Kemudian Trisha mendapat pandangan jauh ke depan yang terasa seolah-

  • Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan   Bab 25: Hantu dari Masa Lalu

    Sejak mengetahui kemampuan istimewanya, Trisha rela memberikan apa pun untuk menjadi orang normal seperti adiknya Roy. Dia tidak tahu kapan pertama kali menyadari bahwa dia memiliki apa yang disebut banyak orang sebagai Mata Ketiga, Kekuatan Pikiran, Intuisi, Kepekaan Batin, Indra Keenam, Mata Batin atau apa pun istilah lainnya. Dia tidak akan dapat memperkirakan kapan semuanya berawal. Beberapa orang juga percaya bahwa setiap orang dapat memiliki kemampuan psikis yang dapat diaktifkan atau ditingkatkan melalui studi dan praktek berbagai disiplin ilmu dan teknik seperti meditasi dan ramalan, dengan sejumlah buku dan situs yang ditujukan untuk instruksi dalam metode ini. Keyakinan populer lainnya adalah bahwa kemampuan psikis bersifat turun temurun, dengan orang tua mewariskan kemampuan istimewa itu kepada anak-anak mereka. Kemampuan yang dimiliki Trisha dimulai seperti biji benih kecil yang kemudian tumbuh sedikit demi sedikit, cukup lambat sehingga dia bahkan tidak menyadarinya. Me

  • Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan   Bab 24: Awal dari Semuanya

    Manusia tidak pernah tahu kapan kematian akan tiba. Beberapa orang berada dalam keadaan sakit, yang memberikan suatu pertanda, seperti mendung pekat disertai angin kencang yang menandakan badai akan tiba. Akhir kehidupan mereka sudah dekat. Namun banyak lagi yang lainnya mengalami kematian tanpa peringatan sama sekali, dalam momen tak terduga yang membelah dunia menjadi dua batas dalam sekejap, memisahkan antara yang hidup dari yang mati. Dia pernah mencicipi kematian. Ya, dia pernah mati. Padahal usianya pun belum menginjak tujuh belas tahun tetapi Malaikat Maut telah menjemputnya. Namun dia berhasil menipu kematian. Beberapa minggu sebelum ulang tahunnya yang ketujuh belas, semuanya berubah. Dia dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans dalam keadaan tak sadarkan diri. Untunglah dia sampai di sana tepat waktu. Waktu itu tubuhnya sudah dingin dan kaku. Dia mengalami hipotermia karena suhu tubuh yang menurun drastis hingga mengancam nyawanya. Semua ini terjadi karena kecelakaan yan

  • Jangan Mencintaiku Mr. Don Juan   Bab 23: Halusinasi?

    Berbagai pertanyaan berkecamuk di benaknya. Dia tidak berani memperhatikan sekelilingnya lagi, khawatir akan menyaksikan wajah-wajah mengerikan lainnya. Akhirnya dia lebih memilih untuk menundukkan kepala atau menatap ponselnya sampai MRT membawanya ke tempat tujuan. Detak jantung Trisha melonjak kaget saat seorang wanita tua di sebelah kiri tiba-tiba menyentuh pundaknya. Mungkin karena terhanyut dalam pikirannya sehingga dia tidak menyadari ketika wanita itu duduk di sebelahnya. "Ada apa, Nona? Sepertinya terjadi sesuatu padamu." Trisha hanya menggelengkan kepalanya dan mengibaskan tangannya dengan pelan. "I'm good. Thank you (Aku baik-baik saja. Terima kasih)." Kepala Trisha dipenuhi dengan banyak pertanyaan campur aduk yang membuatnya bingung. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Mengapa dia menyaksikan penglihatan aneh ini. Dia bahkan tidak tahu apa yang dia lihat. Otot-otot di tubuhnya benar-benar menegang. Dia tidak ingin wanita asing itu menyentuhnya. Namun apa boleh bu

DMCA.com Protection Status