Home / Pernikahan / Prahara Cinta Ustadz Tampan / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Prahara Cinta Ustadz Tampan : Chapter 41 - Chapter 50

70 Chapters

Mesra

"Sayang."Qiara sedikit terkejut ketika dia yang tengah membawa semangkuk buah anggur dipeluk oleh Zaydan dari belakang. "Kamu tuh kebiasaan banget deh Mas." Qiara menepuk lengan Zaydan yang melingkar di perutnya."Kamu lagi ngapain sih?""Aku mau cuci buah anggur ini. Kebetulan sejak dibeli kemarin belum dicuci sama sekali." "Mas temenin ya?" Zaydan mengangkat tubuh Qiara tinggi-tinggi sehingga perempuan itu berada tepat di atas dadanya."Kamu apa-apaan sih Mas? Turunin aku dong." Qiara memukul bahu Zaydan yang saat itu sejajar dengan perutnya.Zaydan terkekeh melihat sikap Qiara yang malu tapi mau. Mereka memang sudah cukup lama tidak melewati momen mesra seperti itu di pagi hari ini dikarenakan biasanya setiap pagi Bu Jamilah sudah datang ke rumah mereka."Pokoknya kita harus sama-sama melakukan apapun di rumah ini." Zaydan menurunkan Qiara dari gendongannya dan dia pun meminta Qiara untuk menginjak kakinya."Aku tuh berat Mas. Nanti kamu pasti capek kalau aku berjalan dengan men
Read more

Membujuk Rangga

"Mereka kok lama banget sih?"Bu Jamilah teramat sangat gelisah karena Zaydan dan Qiara tak kunjung keluar dari kamar."Maaf menunggu lama Bu." Zaydan menggandeng tangan Qiara keluar dari kamar. Sepasang suami istri itu berpakaian rapi."Loh kok kalian berpakaian rapi?" "Iya Bu. Hari ini kebetulan Qiara ada acara di rumah temannya. Makanya tadi pagi dia mengirimkan pesan kepada Ibu agar ibu tidak datang ke sini. Saya yang memintanya untuk mengirimkan pesan tersebut." Zaydan tersenyum kepada Bu Jamilah dan langsung mengajak Bu Jamilah untuk sarapan bersama di dapur.Bu Jamilah kembali merasa kecewa saat mengetahui hari ini dia tidak bisa lagi bersama-sama dengan Zaydan. Dia sangat paham bagaimana Qiara yang jika pulang ke rumah ayahnya atau ke rumah teman-temannya di Kota Muara Bulian maka akan lama kembali pulang ke rumah di Pemayung."Qiara pulang ke rumah Pak Bustomi? Kalau begitu biar Ibu ikut Qiara saja." Ucapan Bu Jamilah tentu saja membuat Zaydan semakin merasa tidak nyaman."N
Read more

Ke rumah Emil

Bu Jamilah hanya mengusap kasar wajahnya. Perempuan itu memang sudah mengenal Qiara sejak lama dan dia tahu bahwa Qiara adalah seorang perempuan yang baik. Namun tetap saja dia merasa jika sikap Zaydan yang saat ini berubah kurang baik padanya dikarenakan dicuci otak oleh Qiara."Qiara dan Zaydan sama-sama anak yang baik. Sebaiknya Ibu segera memberitahukan kepada Zaydan tentang Siapa ibu sebenarnya, agar Qiara tak lagi merasa bingung bagaimana mengambil sikap di depan ibu dan juga Zaydan." Pak Budi memberi wejangan kepada Bu Jamilah.Bu Jamilah berpamitan masuk ke dalam kamarnya. Dia masih merasa kacau tentang sikap Zaydan dan Qiara yang tiba-tiba menghindar darinya. Betapa dia ingin mengutarakan kepada Zaydan tentang jati dirinya, tapi rasa takut jika Zaydan akan membencinya mengalahkan keberanian itu."Aku belum siap untuk memberitahukan kepada Zaydan tentang jati diriku. Tapi tidak seharusnya Qiara bersikap ingin menjauhkan Zaydan dariku." Bu Jamilah yang sudah menyandarkan punggu
Read more

Qiara dan Bu Jamilah berdebat

"Apa maksudmu berbohong pada ibu tentang hari ini?" Bu Jamilah menatap tajam pada Qiara yang tengah duduk di pinggir danau letang."Aku tidak berbohong apa-apa Bu. Memang pada kenyataannya kamu ingin pergi kok.""Bohong. Kamu baru akan pergi setelah melihat ibu datang ke rumahmu kan? Diam-diam kamu tidak mau jika Zaydan berbagi kasih dengan ibu?" Bu Jamilah tetap menatap tajam pada Qiara membuat Qiara benar-benar salah tingkah."Aku tidak pernah sedikitpun menganggap kalau Ibu akan mengambil cinta dan kasih sayang Mas Zaydan dariku. Justru aku ingin selalu mendekatkan ibu dengan Mas Zaydan, tapi aku harus apa jika Mas Zaydan sendiri merasa tidak nyaman dengan kedatangan Ibu di rumah.""Itu tidak mungkin Qiara!" Bu Jamilah terbelalak mendengar Qiara yang menceritakan tentang ketidaknyamanan Zaydan dengan kedatangannya ke kediaman anaknya itu."Ibu tahu sendiri bagaimana karakter Mas Zaydan. Dia adalah lelaki alim yang menjunjung tinggi perempuan dan berpegang teguh pada kesetiaan. Mas
Read more

Bu Jamilah kritis

"Pak Zaydan, ada sesuatu hal yang ingin saya sampaikan." Zaydan yang tengah membereskan berkas-berkasnya seketika menoleh kepada seorang lelaki yang begitu dihormati di kampus.Zaydan yang berencana untuk segera menyusul Qiara ke rumah sakit segera mengurungkan niatnya itu karena dia tidak ingin mengecewakan atau menolak ajakan lelaki yang merupakan pemilik yayasan di kampus tempat ia mengajar."Saya baru mendapatkan informasi bahwa di Universitas Islam negeri Sultan Taha Saifudin sedang ada beasiswa untuk S2. Saya rasa Pak Zaydan harus mengikuti program itu karena saya yakin pak Zaydan pasti akan lulus." Pak Thamrin berbicara kepada Zaydan dengan penuh kepercayaan.Zaydan terperangah mendengar ucapan atasannya. Dia yang memang sejak kemarin tengah memutar otak Bagaimana caranya agar bisa kuliah S2 untuk menggangkat posisi dirinya yang mengajar di kampus tersebut menjadi dosen tetap tentu saja merasa senang mendengar kabar itu."Saya sudah berbicara dengan rektor UIN. Saya sangat yak
Read more

Pemberitahuan Rangga

Rangga menyeka air matanya dan langsung bertekad untuk menghampiri Zaydan dan meminta lelaki itu agar berhenti mendekati Bu Jamilah. Hatinya benar-benar sakit karena harus terus-terusan bersaing dengan Zaydan yang dia tahu bahwa lelaki itu adalah anak kandung Bu Jamilah.Zaydan yang baru saja memarkirkan mobilnya di halaman rumah sakit, begitu terkejut melihat Rangga Yang menghadang mobilnya dari depan dan menatap tajam padanya seolah-olah memiliki kemarahan yang begitu besar."Kenapa lagi anak itu? Bukankah kemarin dia memaki-maki Qiara dan meminta Qiara untuk berhenti meminta ditemani oleh Bu Jamilah?" Zaydan bergumam di dalam hati sambil mengingat beberapa hari yang lalu Rangga pernah memarahi Qiara, agar istrinya itu tak lagi meminta Bu Jamilah datang menemaninya."Kamu kenapa Rangga? Kenapa menghadang mobil Kakak seperti itu?" Zaydan langsung menghampiri Rangga di bawah guyuran hujan yang semakin deras."Kakak masih pura-pura tidak tahu apa kesalahan terbesar Kakak padaku? Atau k
Read more

Perubahan sikap Zaydan

"Aku berjanji, Bu Jamilah tidak akan pernah lagi terus-terusan memprioritaskan Qiara daripada kamu." Zaydan menyahut Seraya mengulurkan jari kelingkingnya."Bu Jamilah Adalah ibu kandung Kak Zaydan. Kak Qiara sudah mengetahui tentang status Bu Jamilah semenjak beberapa bulan yang lalu. Dia memintaku untuk memberikan kebebasan kepada kakak Zaydan agar berinteraksi dengan Bu Jamilah dan membiarkan Bu Jamilah terus-terusan berada di rumah Kak Qiara. Hal itu membuat kasih sayang Bu Jamilah padaku seketika berkurang." Rangga memulai ceritanya di hadapan Zaydan.Anak kecil yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak itu menceritakan semua tentang perjalanan Bu Jamilah yang dia ketahui dari cerita ayahnya kepada Qiara. "Kak Qiara sengaja merahasiakan semua ini dari Kak Zaydan karena Bu Jamilah belum siap untuk bertemu dengan Kak Zaydan sebagai ibu kandung. Aku mendengar sendiri pembicaraan Kak Qiara dan kedua orang tuaku di ruang tamu saat itu." Rangga menutup ceritanya sebelum berlalu men
Read more

Kesalahpahaman

"Bagaimana keadaan Bu Jamilah? Apa dia baik-baik saja?" Pak Bustomi langsung memberondong Qiara dengan pertanyaan.Qiara duduk di sofa sambil memegangi perutnya yang sakit. Sejak tadi sebenarnya perutnya terasa teramat sangat sakit karena didorong oleh Bu Jamilah, tapi berusaha dia tahan karena dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Zaydan yang saat ini terlihat seperti sedang galau."Mas Zaydan tadi sudah mendonorkan darahnya pada Bu Jamilah. Mudah-mudahan Bu Jamilah bisa diselamatkan. Qiara merasa sangat bersalah karena tidak bisa membantu menyelamatkan Bu Jamilah." Qiara termenung sambil memikirkan nasib Bu Jamilah saat ini yang sedang kritis di rumah sakit.Pak Bustomi mengusap punggung putrinya dengan lembut. Dia yang tidak tahu menahu tentang hubungan Zaydan dan Qiara hanya mampu memberi support kepada putrinya itu sambil sedikit melirik ke arah Qiara yang terus mengusap perutnya."Perut kamu kenapa?""Nggak tahu, Yah. Sejak tadi tuh sakit banget. Qiara juga nggak tahu kenapa
Read more

Qiara sekarat

"Kamu mau ke mana, Mas? Kenapa kamu bawa pakaian kamu?" Qiara terkejut ketika melihat Zaydan yang mengemasi semua pakaiannya.Zaydan tidak memperdulikan permohonan Qiara. Hatinya benar-benar sudah terasa sakit ketika tahu bahwa Qiara merahasiakan tentang ibu kandungnya dari Zaydan. Padahal Qiara tahu jika selama ini Zaydan teramat sangat merindukan ibunya."Apa peduli kamu? Apa kamu pernah peduli dengan perasaanku saat ini?""Tentu saja aku peduli, Mas. Kamu adalah belahan jiwaku dan kamu adalah cintaku.""Jangan pernah ucapkan kata cinta itu jika pada kenyataannya kamu sendiri tidak bisa menjaga cintaku dengan baik. Kamu sudah menghianati kepercayaanku kepadamu." Zaydan sedikit menepis tangan Qiara sambil menutup tas ransel yang di bawahnya.Qiara yang melihat Zaydan hendak pergi dari kamar segera menahan pergerakan suaminya itu dengan cepat. Dipeluknya Zaydan dari belakang dengan begitu erat agar Zaydan tidak lepas dari pelukannya."Aku mohon jangan pergi, Mas. Kita bisa bicarakan i
Read more

Qiara kritis

Sebuah ruangan operasi yang dipenuhi dengan peralatan medis begitu mencekam. Seorang Dokter ditemani beberapa orang perawat begitu serius menangani Qiara yang saat itu harus dioperasi secepatnya."Dokter, detak jantungnya melemah." Ujar salah seorang Perawat."Kita harus segera mengambil tindakan.""Pilihannya ada dua. Bayi atau ibunya yang harus kita selamatkan.""Apa kita harus berbicara dengan keluarganya, Dokter?""Tidak ada waktu. Bu Qiara yang harus kita selamatkan. Dia kritis.""Tapi bagaimanapun juga. Keluarganya harus kita beritahu tentang keadaan ini. Kita tidak boleh mengambil keputusan secara sepihak." Dokter menoleh ke arah beberapa perawat yang tengah membantunya."Beberapa orang coba lanjutkan pekerjaan ini. Usahakan kondisi Bu Qiara tidak kritis dan stabil. Saya akan berbicara dengan keluarga pasien untuk mengambil tindakan." Dokter berkata dengan wajah serius sambil mengajak salah satu perawat keluar ruangan.Pak Bustomi mengikuti langkah Dokter tersebut ketika diperi
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status