Share

Membujuk Rangga

Penulis: Althafunnisa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Mereka kok lama banget sih?"

Bu Jamilah teramat sangat gelisah karena Zaydan dan Qiara tak kunjung keluar dari kamar.

"Maaf menunggu lama Bu." Zaydan menggandeng tangan Qiara keluar dari kamar. Sepasang suami istri itu berpakaian rapi.

"Loh kok kalian berpakaian rapi?"

"Iya Bu. Hari ini kebetulan Qiara ada acara di rumah temannya. Makanya tadi pagi dia mengirimkan pesan kepada Ibu agar ibu tidak datang ke sini. Saya yang memintanya untuk mengirimkan pesan tersebut." Zaydan tersenyum kepada Bu Jamilah dan langsung mengajak Bu Jamilah untuk sarapan bersama di dapur.

Bu Jamilah kembali merasa kecewa saat mengetahui hari ini dia tidak bisa lagi bersama-sama dengan Zaydan. Dia sangat paham bagaimana Qiara yang jika pulang ke rumah ayahnya atau ke rumah teman-temannya di Kota Muara Bulian maka akan lama kembali pulang ke rumah di Pemayung.

"Qiara pulang ke rumah Pak Bustomi? Kalau begitu biar Ibu ikut Qiara saja." Ucapan Bu Jamilah tentu saja membuat Zaydan semakin merasa tidak nyaman.

"N
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Dwi Handayani
mana zaydan tau kalau mbok jamilah enggak ngomong2 sich, apa yg dikata pak budi itu bener, zaydan enggak nyaman sama bu jamilah
goodnovel comment avatar
Inon Poenya
noh dengerin apa kata pak budi bu,, beliau itu benar dan selama zaydan belum mengetahui anda ibu kandungnya zaydan pasti merasa anda tetap orang lain
goodnovel comment avatar
Kirani Kirani
sepertinya pak Budi tau kalau zaydan kurang nyaman SM Bu jamilah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Ke rumah Emil

    Bu Jamilah hanya mengusap kasar wajahnya. Perempuan itu memang sudah mengenal Qiara sejak lama dan dia tahu bahwa Qiara adalah seorang perempuan yang baik. Namun tetap saja dia merasa jika sikap Zaydan yang saat ini berubah kurang baik padanya dikarenakan dicuci otak oleh Qiara."Qiara dan Zaydan sama-sama anak yang baik. Sebaiknya Ibu segera memberitahukan kepada Zaydan tentang Siapa ibu sebenarnya, agar Qiara tak lagi merasa bingung bagaimana mengambil sikap di depan ibu dan juga Zaydan." Pak Budi memberi wejangan kepada Bu Jamilah.Bu Jamilah berpamitan masuk ke dalam kamarnya. Dia masih merasa kacau tentang sikap Zaydan dan Qiara yang tiba-tiba menghindar darinya. Betapa dia ingin mengutarakan kepada Zaydan tentang jati dirinya, tapi rasa takut jika Zaydan akan membencinya mengalahkan keberanian itu."Aku belum siap untuk memberitahukan kepada Zaydan tentang jati diriku. Tapi tidak seharusnya Qiara bersikap ingin menjauhkan Zaydan dariku." Bu Jamilah yang sudah menyandarkan punggu

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Qiara dan Bu Jamilah berdebat

    "Apa maksudmu berbohong pada ibu tentang hari ini?" Bu Jamilah menatap tajam pada Qiara yang tengah duduk di pinggir danau letang."Aku tidak berbohong apa-apa Bu. Memang pada kenyataannya kamu ingin pergi kok.""Bohong. Kamu baru akan pergi setelah melihat ibu datang ke rumahmu kan? Diam-diam kamu tidak mau jika Zaydan berbagi kasih dengan ibu?" Bu Jamilah tetap menatap tajam pada Qiara membuat Qiara benar-benar salah tingkah."Aku tidak pernah sedikitpun menganggap kalau Ibu akan mengambil cinta dan kasih sayang Mas Zaydan dariku. Justru aku ingin selalu mendekatkan ibu dengan Mas Zaydan, tapi aku harus apa jika Mas Zaydan sendiri merasa tidak nyaman dengan kedatangan Ibu di rumah.""Itu tidak mungkin Qiara!" Bu Jamilah terbelalak mendengar Qiara yang menceritakan tentang ketidaknyamanan Zaydan dengan kedatangannya ke kediaman anaknya itu."Ibu tahu sendiri bagaimana karakter Mas Zaydan. Dia adalah lelaki alim yang menjunjung tinggi perempuan dan berpegang teguh pada kesetiaan. Mas

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Bu Jamilah kritis

    "Pak Zaydan, ada sesuatu hal yang ingin saya sampaikan." Zaydan yang tengah membereskan berkas-berkasnya seketika menoleh kepada seorang lelaki yang begitu dihormati di kampus.Zaydan yang berencana untuk segera menyusul Qiara ke rumah sakit segera mengurungkan niatnya itu karena dia tidak ingin mengecewakan atau menolak ajakan lelaki yang merupakan pemilik yayasan di kampus tempat ia mengajar."Saya baru mendapatkan informasi bahwa di Universitas Islam negeri Sultan Taha Saifudin sedang ada beasiswa untuk S2. Saya rasa Pak Zaydan harus mengikuti program itu karena saya yakin pak Zaydan pasti akan lulus." Pak Thamrin berbicara kepada Zaydan dengan penuh kepercayaan.Zaydan terperangah mendengar ucapan atasannya. Dia yang memang sejak kemarin tengah memutar otak Bagaimana caranya agar bisa kuliah S2 untuk menggangkat posisi dirinya yang mengajar di kampus tersebut menjadi dosen tetap tentu saja merasa senang mendengar kabar itu."Saya sudah berbicara dengan rektor UIN. Saya sangat yak

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Pemberitahuan Rangga

    Rangga menyeka air matanya dan langsung bertekad untuk menghampiri Zaydan dan meminta lelaki itu agar berhenti mendekati Bu Jamilah. Hatinya benar-benar sakit karena harus terus-terusan bersaing dengan Zaydan yang dia tahu bahwa lelaki itu adalah anak kandung Bu Jamilah.Zaydan yang baru saja memarkirkan mobilnya di halaman rumah sakit, begitu terkejut melihat Rangga Yang menghadang mobilnya dari depan dan menatap tajam padanya seolah-olah memiliki kemarahan yang begitu besar."Kenapa lagi anak itu? Bukankah kemarin dia memaki-maki Qiara dan meminta Qiara untuk berhenti meminta ditemani oleh Bu Jamilah?" Zaydan bergumam di dalam hati sambil mengingat beberapa hari yang lalu Rangga pernah memarahi Qiara, agar istrinya itu tak lagi meminta Bu Jamilah datang menemaninya."Kamu kenapa Rangga? Kenapa menghadang mobil Kakak seperti itu?" Zaydan langsung menghampiri Rangga di bawah guyuran hujan yang semakin deras."Kakak masih pura-pura tidak tahu apa kesalahan terbesar Kakak padaku? Atau k

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Perubahan sikap Zaydan

    "Aku berjanji, Bu Jamilah tidak akan pernah lagi terus-terusan memprioritaskan Qiara daripada kamu." Zaydan menyahut Seraya mengulurkan jari kelingkingnya."Bu Jamilah Adalah ibu kandung Kak Zaydan. Kak Qiara sudah mengetahui tentang status Bu Jamilah semenjak beberapa bulan yang lalu. Dia memintaku untuk memberikan kebebasan kepada kakak Zaydan agar berinteraksi dengan Bu Jamilah dan membiarkan Bu Jamilah terus-terusan berada di rumah Kak Qiara. Hal itu membuat kasih sayang Bu Jamilah padaku seketika berkurang." Rangga memulai ceritanya di hadapan Zaydan.Anak kecil yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak itu menceritakan semua tentang perjalanan Bu Jamilah yang dia ketahui dari cerita ayahnya kepada Qiara. "Kak Qiara sengaja merahasiakan semua ini dari Kak Zaydan karena Bu Jamilah belum siap untuk bertemu dengan Kak Zaydan sebagai ibu kandung. Aku mendengar sendiri pembicaraan Kak Qiara dan kedua orang tuaku di ruang tamu saat itu." Rangga menutup ceritanya sebelum berlalu men

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Kesalahpahaman

    "Bagaimana keadaan Bu Jamilah? Apa dia baik-baik saja?" Pak Bustomi langsung memberondong Qiara dengan pertanyaan.Qiara duduk di sofa sambil memegangi perutnya yang sakit. Sejak tadi sebenarnya perutnya terasa teramat sangat sakit karena didorong oleh Bu Jamilah, tapi berusaha dia tahan karena dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Zaydan yang saat ini terlihat seperti sedang galau."Mas Zaydan tadi sudah mendonorkan darahnya pada Bu Jamilah. Mudah-mudahan Bu Jamilah bisa diselamatkan. Qiara merasa sangat bersalah karena tidak bisa membantu menyelamatkan Bu Jamilah." Qiara termenung sambil memikirkan nasib Bu Jamilah saat ini yang sedang kritis di rumah sakit.Pak Bustomi mengusap punggung putrinya dengan lembut. Dia yang tidak tahu menahu tentang hubungan Zaydan dan Qiara hanya mampu memberi support kepada putrinya itu sambil sedikit melirik ke arah Qiara yang terus mengusap perutnya."Perut kamu kenapa?""Nggak tahu, Yah. Sejak tadi tuh sakit banget. Qiara juga nggak tahu kenapa

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Qiara sekarat

    "Kamu mau ke mana, Mas? Kenapa kamu bawa pakaian kamu?" Qiara terkejut ketika melihat Zaydan yang mengemasi semua pakaiannya.Zaydan tidak memperdulikan permohonan Qiara. Hatinya benar-benar sudah terasa sakit ketika tahu bahwa Qiara merahasiakan tentang ibu kandungnya dari Zaydan. Padahal Qiara tahu jika selama ini Zaydan teramat sangat merindukan ibunya."Apa peduli kamu? Apa kamu pernah peduli dengan perasaanku saat ini?""Tentu saja aku peduli, Mas. Kamu adalah belahan jiwaku dan kamu adalah cintaku.""Jangan pernah ucapkan kata cinta itu jika pada kenyataannya kamu sendiri tidak bisa menjaga cintaku dengan baik. Kamu sudah menghianati kepercayaanku kepadamu." Zaydan sedikit menepis tangan Qiara sambil menutup tas ransel yang di bawahnya.Qiara yang melihat Zaydan hendak pergi dari kamar segera menahan pergerakan suaminya itu dengan cepat. Dipeluknya Zaydan dari belakang dengan begitu erat agar Zaydan tidak lepas dari pelukannya."Aku mohon jangan pergi, Mas. Kita bisa bicarakan i

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Qiara kritis

    Sebuah ruangan operasi yang dipenuhi dengan peralatan medis begitu mencekam. Seorang Dokter ditemani beberapa orang perawat begitu serius menangani Qiara yang saat itu harus dioperasi secepatnya."Dokter, detak jantungnya melemah." Ujar salah seorang Perawat."Kita harus segera mengambil tindakan.""Pilihannya ada dua. Bayi atau ibunya yang harus kita selamatkan.""Apa kita harus berbicara dengan keluarganya, Dokter?""Tidak ada waktu. Bu Qiara yang harus kita selamatkan. Dia kritis.""Tapi bagaimanapun juga. Keluarganya harus kita beritahu tentang keadaan ini. Kita tidak boleh mengambil keputusan secara sepihak." Dokter menoleh ke arah beberapa perawat yang tengah membantunya."Beberapa orang coba lanjutkan pekerjaan ini. Usahakan kondisi Bu Qiara tidak kritis dan stabil. Saya akan berbicara dengan keluarga pasien untuk mengambil tindakan." Dokter berkata dengan wajah serius sambil mengajak salah satu perawat keluar ruangan.Pak Bustomi mengikuti langkah Dokter tersebut ketika diperi

Bab terbaru

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Kesayangan Abi (End)

    2 tahun kemudian. "Jangan peluk Abinya Zahwa." Zahwa mendorong tangan Qiara yang melingkar di perut Zaydan saat mereka berbaring di saung samping rumah. "Abinya Zahwa kan kesayangan Umi." Qiara tetap memeluk Zaydan. "Lepasin! Abinya Zahwa!" "Sayangnya Abi dan sayangnya Mas kok berantem gitu sih? Sini-sini, peluk Abi sama-sama." Zaydan meletakkan Zahwa di atas perutnya dan membaringkan kepala Qiara di atas bahunya. Setiap hari selalu ada keributan karena memperebutkan perhatian Zaydan dari Qiara dan Zahwa. "Sayang, kita mandi yuk. Udah sore nih." Qiara membujuk Zahwa agar mandi. "Nggak mau." "Tapi ini udah sore." "Nggak mau!" "Zahwa, jangan lari-lari gitu. Umi capek." Qiara menyeka dahinya yang berkeringat karena mengejar Zahwa di halaman rumah. "Sayang, kamu aja deh yang bujuk Zahwa. Aku capek banget." Qiara akhirnya pasrah. Ia duduk di tepi kolam ikan sambil melipat tangan di dada. "Ya udah, Mas bujuk dia dulu. Kamu mandi duluan gih." "Oke." "Tunggu." "Apa lagi, Mas?"

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Pernikahan Amira

    "Ayah harus mencicipi tumis kangkung buatan Mas Zaydan. Kali ini tumis kangkungnya pakai cumi loh." Qiara meletakkan satu sendok tumis kangkung ke dalam piring ayahnya."Kalau Zaydan yang masak, tentu saja ayah tidak meragukannya lagi. Tapi kalau kamu yang masak, ayah masih agak sedikit ragu.""Iihhhh. Ayah kok gitu sih? Di sini kan Qiara yang anaknya ayah."Suasana makan malam begitu hangat karena Pak Bustomi yang sudah merindukan masakan Zaydan hari itu terbalaskan sudah kerinduannya.Zahwa selalu terkekeh setiap kali digoda oleh Pak Bustomi. Bayi mungil itu merasa teramat sangat senang karena bertemu dengan seorang lelaki yang sangat mirip dengan ibunya."Ayah sangat setuju dengan ide Zaydan memakaikan Zahwa hijab sejak bayi. Jangan sampai kesalahan ayah dan ibumu akan terulang kembali pada cucu ayah ini." Pak Bustomi membantu Zaydan memasangkan hijab untuk Zahwa karena bayi itu baru saja selesai gumoh.Ponsel Pak Bustomi berdering dengan kencang ketika mereka masih asyik berbincan

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Melepas rindu

    "Saya tidak pernah menimpakan kesalahan Zaydan di bahu saya. Justru Zaydan lah yang sudah mengemban dosa saya sehingga perseteruan ini bisa terjadi. Kalau saja saya tidak mendorong Qiara dengan keras. Kalau saja saya menuruti permintaan Qiara untuk menceritakan tentang jati diri saya. Kalau saja saya tidak memiliki pemikiran buruk pada Qiara, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi." Air mata meleleh membanjiri pipi Bu Jamilah.Pak Budi dan istrinya yang berada di dalam mobil tidak tahan melihat perdebatan antara Pak Bustomi dan Bu Jamilah yang tak kunjung usai. Sepasang suami istri itu pun menghampiri Pak Bustomi yang masih berdebat dengan Bu Jamilah."Budi?""Apa Anda percaya jika saya yang menceritakan kejadian sebenarnya?"Pak Bustomi menatap sepasang suami istri yang wajahnya begitu tegang. Hubungan baik sebagai sesama donatur di yayasan kasih ibu membuat Pak Bustomi mempersilakan sahabatnya itu masuk ke dalam rumah.Pak Budi pun menceritakan semua yang terjadi antara Bu Jami

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Benang merah

    "Harganya 150 juta?" Zaydan terbelalak ketika cincin itu sudah diletakkannya di toko berlian terbesar di kota Jambi."Benar sekali, Pak. Berlian ini penuh dengan permata dan hanya gagangnya saja yang kecil. Sehingga harganya memang relatif tinggi.""Sebentar. Saya tanya istri saya dulu." Zaydan segera menghubungi Qiara dan mengabarkan bahwa harga berlian itu dibeli dengan nilai 150 juta."Alhamdulillah. Berarti tidak terlalu banyak mengalami penyusutan. Mas minta pihak toko berlian mentransfer ke rekening Mas saja supaya lebih aman.""Oke, Sayang."Zaydan merasa lega karena satu permasalahan telah selesai di rumah tangganya. Kemarin setelah berdebat dengan Qiara, Zaydan akhirnya memenuhi keinginan istrinya itu untuk menjual cincin berlian tersebut dan segera mengambil program S2.Pak Rektor kampus IAI Nusantara merasa bersyukur karena akhirnya Zaydan memutuskan mengambil program S2. Pihak kampus memang teramat sangat menyayangi Zaydan karena kedisiplinannya di kampus dan beberapa pres

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Cincin berlian

    "Bukan begitu, Sayang." Zaydan menarik Qiara ke dalam pelukannya dan mencium pipi istrinya itu Dengan mesra."Aku tahu, Mas, tapi aku tetap sependapat dengan kamu. Aku tidak ingin jika nanti calon menantuku memiliki nasib yang sama dengan suamiku. Aku tidak ingin Zahwa seperti ibunya yang sangat membangkang soal memakai hijab karena tidak dibiasakan dari kecil." Qiara mengecup telapak tangan Zahwa dengan lembut."Dia cantik sekali. Kulitnya putih bersih dan wajahnya ....""Fotocopy Mas Zaydan. Sepertinya aku hanya tempat penampungan benih saja.""Bukankah lebih baik seperti itu, Nak? Hari-hari kamu akan ditemani oleh dua Zaydan yang generasi dan versinya berbeda."Qiara hanya terkekeh mendengar ucapan Bu Jamilah. Dia sendiri sebenarnya merasa bangga melihat kemiripan Zaydan dan Zahwa. Dari raut wajah Zahwa yang menandakan bahwa Qiara memiliki cinta yang begitu teramat sangat besar kepada Zaydan. Sehingga sedikitpun tak ada celah wajahnya di tubuh bayi mungil itu.***"Ibu mau ke mana?

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Hijab Zahwa

    Pak Bustomi mengusap kasar wajahnya. Menyesal karena sudah mendatangi rumah anak menantunya yang akan berdampak pada kekecewaan di hatinya sendiri."Terserah bagaimana kemauanmu. Ayah tidak akan pernah peduli lagi apapun yang terjadi padamu." Pak Bustomi pergi meninggalkan kediaman Qiara dan Zaydan."Sayang, Mas tahu Mas bukanlah suami yang baik untukmu. Mas mungkin tidak bisa memberikan kehidupan yang baik seperti ayahmu. Tapi Mas berjanji tidak akan pernah membiarkan kalian tidak makan seperti yang ditakutkan oleh Ayah." Zaydan merangkul bahu Qiara dan mengecup kening istrinya itu dengan mesra.***"Kamu keberatan nggak kalau ibu pulang ke rumah kita?" Zaydan menggulung lengan baju sambil menatap Qiara yang tengah menyusui Zahwa."Mas kok nanya sama aku sih? Mas kepala keluarga yang wajib mengambil keputusan di rumah ini.""Tapi kamu adalah istri Mas. Keputusannya Mas ambil harus sesuai dengan persetujuan darimu.""Masalahnya, apa ibu juga setuju untuk tinggal di sini?"Zaydan mengh

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Qiara vs Pak Bustomi

    "Mas, mobil kita ke mana? Selama pulang dari rumah sakit, aku tidak melihat keberadaan mobil kita." Qiara yang tengah menjemur Zahwa di halaman rumah menoleh ke arah garasi mobil yang kosong."Nanti Mas ceritakan sama kamu. Sekarang kamu fokus aja menjemur Zahwa dan mengajaknya berbicara."Zaydan segera masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Qiara yang menjemur Zahwa di bawah sinar matahari pagi.Bu Jamilah masih dirawat di rumah sakit di kota Jambi. Dokter belum mengizinkan Bu Jamilah pulang sebelum perempuan paruh baya itu sembuh total. Zaydan pun sepakat dengan ucapan Dokter karena dia khawatir jika sampai terjadi hal yang buruk pada ibunya.Satu minggu sudah berlalu. Qiara sudah pulang dari rumah sakit dan mulai belajar menjaga bayinya melalui arahan-arahan yang disampaikan oleh Dokter kandungan.Zaydan pun dengan begitu cekatan membantu segala sesuatu yang dibutuhkan oleh Qiara. Mulai dari membantu memandikan, sampai menyiapkan pakaian bayi tersebut."Sayang, air hangat untukmu su

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Penjelasan Zaydan

    "Apa maksud ibu? Meminta Zaydan memilih antara Qiara atau ibu? Itu artinya ibu tidak ingin tinggal satu atap dengan Qiara?" Zaydan melepas genggaman tangannya dan berdiri sambil melipat tangan di dada."Dari sini sudah bisa membuktikan kalau kamu pasti tidak akan memilih ibu. Kamu pasti akan memilih Qiara," sahut Bu Jamilah sambil menyunggingkan senyumnya."Tentu saja, Bu. Qiara adalah perempuan yang aku nikahi dan Aku bersumpah di hadapan Tuhan dan orang tuanya bahwa aku akan menjaga dan merawat dia dengan baik. Bahkan sekarang Qiara sedang melahirkan benih yang sudah aku tanam. Bagaimana mungkin aku meninggalkan Qiara demi memenuhi permintaan ibu.""Tapi aku adalah ibu kandungmu.""Lalu apa salahnya kalau ibu kandung dan istriku bisa bersama-sama? Toh selama ini Qiara teramat sangat menyayangi ibu. Bahkan ibu selalu memuji kebaikan Qiara.""Itu dulu. Sebelum ibu tahu bagaimana karakter Qiara yang sebenarnya. Setelah ibu tahu bahwa Qiara ingin menguasai mu sepenuhnya, sedikit pun tak

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Pilih ibu atau istri

    "Ibu kenapa, Mas? Kritis?" Qiara yang ikut mendengar keterkejutan Zaydan menoleh ke arah suaminya itu."Iya. Pak Budi meminta Mas untuk segera berangkat ke rumah sakit." Zaydan mengusap kasar wajahnya. Ia tidak mungkin meninggalkan Qiara dan Zahwa di rumah berdua saja dengan kondisi Qiara yang baru saja melahirkan.Rumah mereka yang terletak di pinggiran kota tentu saja membuat Zaydan khawatir jika anak dan istrinya ditinggal berdua saja di rumah."Ya sudah. Kalau begitu Mas langsung saja pergi ke sana. Aku nggak papa kok berdua saja sama Zahwa.""Nggak bisa gitu dong, Sayang. Mas nggak mau meninggalkan kalian berdua di sini. Itu sangat berbahaya." Zaydan menggeleng sambil memikirkan langkah apa yang harus dia ambil."Apa begini saja. Kalian ikut Mas aja ke kota Jambi. Mas akan booking sebuah hotel untuk kalian tempati. Hotel yang letaknya dekat dengan rumah sakit." "Tapi, Mas ...."Zaydan langsung membereskan barang-barang Zahwa dan Qiara. Lelaki itu segera memasukkan barang-barang

DMCA.com Protection Status