Semua Bab Prahara Cinta Ustadz Tampan : Bab 31 - Bab 40

70 Bab

Membesuk dede bayi

Qiara semakin merasa bahagia karena Zaydan yang sudah memeluknya dari belakang dan menatap embun-embun yang sudah mulai mencair karena terkena sinar matahari.Permukaan danau terlihat meriak karena ikan-ikan di sana menyambut pagi dengan sukacita."Mereka pasti kelaparan. Bagaimana kalau kita langsung memancing saja?" Qiara bertanya kepada Zaydan yang langsung disambut gelengan kepala oleh lelaki itu."Loh emangnya kenapa?" Qiara sedikit menyipit saat melihat Zaydan yang tidak setuju dengan ide yang diberikannya.Zaydan memutar tubuh Qiara dan menaik turunkan alisnya. Hal itu membuat Qiara kebingungan karena dia tidak tahu maksud ucapan Zaydan."Aku benar-benar nggak ngerti deh maksud apaan? Kenapa alis Mas naik turun kayak gitu?" Qiara bertanya kepada Zaydan dengan tatapan heran."Yang tadi udah janji ngizinin Mas besuk dedek bayi siapa?" Zaydan mendekatkan bibirnya di telinga Qiara membuat Qiara seketika tersenyum malu.Tentu saja perempuan itu masih ingat jika tadi dia berjanji kep
Baca selengkapnya

Perut Qiara kram

Zaydan benar-benar cemas dan khawatir ketika melihat Qiara yang semakin lemah dan dia pun segera menaikkan Qiara kembali ke atas ranjang.Berkali-kali Qiara memegangi perutnya yang terasa sakit dan kram. Hal itu membuat Zaydan hendak pergi membawa Qiara ke rumah sakit.Namun, mengingat mereka belum melakukan junub membuat Zaydan mengurungkan niatnya itu. Dia pun segera membawa Qiara masuk ke dalam kamar mandi untuk dimandikan bersama-sama."Kamu masih kuat bertahan, Sayang? Bacakan niat mandi junubnya." Zaydan berkata sambil menyirami tubuh Qiara dari ujung rambut sampai ujung kaki.Qiara mulai membacakan niat mandi junub dan dia pun membiarkan Zaydan membersihkan tubuhnya dengan hati-hati. Tak lama kemudian, Qiara merasa perutnya sedikit lebih membaik setelah Zaydan membaringkannya di atas ranjang."Kita harus ke rumah sakit sekarang. Mas nggak mau kalau sampai terjadi apa-apa pada bayi kita." Zaydan memasangkan pakaian Qiara dengan sangat hati-hati. Lalu segera mengenakan pakaiannya
Baca selengkapnya

Bahaya di danau

Zaydan yang sedang asyik mengambil ikan di dalam jala langsung menghentikan pergerakannya dan menoleh ke arah tengah danau yang terlihat pergerakan memanjang menuju tepian danau di mana dia dan Qiara berdiri.Tanpa menunggu waktu lama, Zaydan segera menarik tubuh Qiara untuk berlalu dari tepi danau tersebut dan meninggalkan ikan-ikan di sana. Lelaki itu sangat terkejut ketika tiba-tiba mereka melihat sebuah biawak berukuran besar yang menjembulkan kepalanya dari permukaan danau."Mas, Apa itu buaya?" Qiara bertanya kepada Zaydan sambil memeluk suaminya itu dengan wajah ketakutan.Zaydan hanya menggeleng perlahan. Lelaki itu mengusap punggung Qiara dan mengusir biawak yang masih menjulur-julurkan lidahnya."Amit-amit jabang bayi." Qiara yang tiba-tiba teringat pada perkataan Emil bahwa setiap kali dia melihat binatang yang menakutkan dan menjijikkan baginya, maka dia harus mengusap perutnya dengan perlahan dan dia harus mengucapkan mantra agar bayinya nanti tidak mirip dengan binatang
Baca selengkapnya

Butuh perhatian

"Sayang, kamu yakin nggak mau hadir dalam acara lamaran Amira?" Zaydan bertanya kepada Qiara saat dia sedang memakai pakaian untuk berangkat ke kampus.Qiara hanya menggeleng perlahan. Perempuan itu tersenyum kecut mendengar perkataan Zaydan. Sejujurnya dia sendiri juga ingin melihat Bagaimana Amar yang hendak melamar Amira dengan cara yang unik, tapi dia tidak ingin jika nanti tiba-tiba hormon kehamilannya yang sering tidak terkontrol meminta Zaydan untuk memberi kejutan yang sama kepadanya."Nggak deh Mas. Aku di rumah saja lah," sahut Qiara Seraya membaringkan tubuhnya di atas ranjang.Mereka masih di rumah Pak Bustomi. Zaydan dan Qiara dilarang pulang oleh Pak Bustomi dengan alasan mengajak mereka untuk mendatangi acara lamaran Amira di rumah Pak Subhan besok hari."Tapi Mas nggak enak banget kalau pergi sendirian, Sayang. Masa nanti mas jadi obat nyamuk sih?" Zaydan duduk di samping Qiara sambil meraih kepala istrinya itu ke dalam pelukan.Qiara berpikir sejenak. Sejujurnya dia p
Baca selengkapnya

Melamar Amira

"Aku ... maukah kamu menikah denganku?" Ammar yang sejak tadi kebingungan akhirnya mengucapkan kata yang sejak tadi malam berusaha dia hafal seorang diri.Amira menutup mulutnya saat mendengar kata-kata itu dari Ammar.Sayyidah yang melihat pemandangan berbahagia di depannya langsung bertepuk tangan dan meriaki Amira agar sahabatnya itu menerima lamaran dari Ammar."Terima terima terima." Sayyidah bersorak dengan penuh kegirangan membuat wajah Amira seketika merona.Amira tersenyum di hadapan Ammar disaksikan oleh Sayyidah dan Zaydan. Ketika Ammar hendak memasangkan cincin Di jari manis Amira, tiba-tiba Zaydan langsung menahan pergerakan sahabatnya itu dengan mata yang melotot tajam."Belum mahram. Ngapain pegang-pegang tangan segala." Zaydan berkata kepada Ammar membuat Ammar langsung menggaruk kepalanya dan dia pun memasukkan kembali cincin itu ke dalam kotak cincin yang berada di dalam saku jaketnya."Nanti sore cincin ini akan berada di tanganmu yang akan disematkan oleh ibuku."
Baca selengkapnya

Kejutan untuk Qiara

Qiara segera merogoh ponselnya di dalam saku gamis yang dikenakannya. Dia hendak segera menghubungi Zaydan dan mempertanyakan Apakah Zaydan akan segera pulang karena dia tidak ingin jika sampai suaminya itu menunggunya terlalu lama. Perempuan itu pun langsung mematikan telepon mendengar ucapan Zaydan."Kayaknya Mas baru bisa pulang setelah salat isya. Nggak apa-apa kan sayang?" Pertanyaan Zaydan di seberang telepon langsung membuat Qiara semakin jengkel dan kesal.Qiara pun akhirnya memutuskan masuk ke dalam kamar Amira dan melihat cincin yang melingkar di jari manis Amira."Kamu nggak masalah dikasih cincin belah rotan seperti ini? Bukannya kamu nggak suka cincin belah rotan?" Qiara bertanya kepada Amira yang langsung disambut anggukan oleh sahabatnya itu."Siapa bilang aku nggak suka cincin belah rotan?""Bukannya dulu kamu pernah menolak cincin belah rotan yang diberikan oleh ibumu?""Itu beda perkara dong, Qi. Cincin yang waktu itu 'kan dibeli sama ibuku. Kalau ini dibeli oleh ora
Baca selengkapnya

Kecurigaan Bu Jamilah

"Maaf ya, Bu. Hari ini kayaknya Mas Zaydan nggak pergi ke kampus lagi. Ada hal penting yang ingin dikerjakannya di rumah." Qiara mengirimkan pesan kepada Bu Jamilah dengan harapan Bu Jamilah mengerti bahwa dia dan Zaydan sedang ingin melewati waktu bersama.Bu Jamilah yang membaca pesan dari Qiara sedikit mengernyitkan keningnya. Perempuan paruh baya itu sudah teramat sangat merindukan Zaydan karena selama 3 hari, Qiara mengatakan ingin bepergian dengan Zaydan sehingga mereka tidak berada di rumah."Apa mungkin Qiara sekarang sudah mulai menyadari bahwa kehadiranku hanya akan membuat kasih sayang Zaydan terbagi dua?" Bu Jamilah bergumam di dalam hati.Perempuan paruh baya itu terus-terusan memikirkan Zaydan yang begitu dirindukannya. Namun dia sendiri tidak mungkin mendatangi rumah Zaydan seorang diri tanpa persetujuan dari Qiara dan Zaydan karena dia tidak ingin jika sampai anak mantunya itu merasa tidak nyaman dengan kehadirannya."Mbok hari ini nggak ke Pemayung?" Rangga bertanya k
Baca selengkapnya

Salah paham

"Makasih, ya. Kamu bersedia datang ke sini. Aku kesepian banget loh." Qiara menggandeng Sayyidah masuk ke rumahnya. Perempuan itu merasa senang karena sahabatnya Sayyidah bersedia menemaninya di rumah.Hari itu Qiara mengajak Sayyidah untuk membuat rujak jambu air dan mangga muda. "Sebenarnya aku pengen banget curhat sama Pak Zaydan. Tapi malu takut ditertawakan sama beliau." Sayyidah berkata sambil mencocol mangga muda ke dalam bumbu rujak yang cukup pedas.Qiara sedikit mengernyitkan keningnya mendengar ucapan Sayyidah. Dia yang memang sudah lama tidak berkomunikasi dengan sahabatnya itu tidak tahu jika sahabatnya ternyata menanggung beban yang cukup berat sehingga ingin menceritakan apa yang terjadi kepadanya dengan Zaydan."Emangnya kamu mau curhat apa?" Tanya Qiara penuh selidik."Akhir-akhir ini aku cukup dekat dengan Mas Azzam. Aku ngerasa kalau Mas Azzam memiliki rasa kepadaku. Tapi aku takut salah mengartikan perasaannya itu." Sayyidah memutar-mutar irisan jambu di dalam ado
Baca selengkapnya

Kemarahan Rangga

Bu Jamilah menepis tangan Qiara yang hendak menjelaskan duduk persoalannya. Perempuan paruh baya itu pergi meninggalkan Qiara begitu saja tanpa peduli Qiara yang terus mengejarnya.Sementara itu, Sayyidah yang berada di dalam rumah seketika mengejar Qiara yang berlari mengejar Bu Jamilah di halaman rumah."Ada apa, Qi? Kenapa kamu kayak ketakutan seperti itu?" Sayyidah yang tidak tahu apa-apa langsung bertanya kepada Qiara dengan tatapan penuh selidik."Aku harus segera menemui Bu Jamilah. Aku harus bicara padanya karena aku tidak mau ada kesalahpahaman antara kami." Qiara berusaha melepaskan diri dari cekalan tangan Sayyidah.Sayyidah benar-benar ketakutan melihat Qiara yang berlari membawa perutnya yang buncit. Perempuan itu pun menahan pergerakan Qiara dan memeluk sahabatnya itu dari belakang."Aku nggak tahu masalah kamu dan Bu Jamilah apaan. Tapi yang harus kamu ketahui, kamu harus menjaga bayi yang berada di dalam kandunganmu." Sayyidah berkata sambil menuntun tangan Qiara untuk
Baca selengkapnya

Tuduhan Bu Jamilah

"Hhhh ...." Qiara semakin merasa gelisah menanti kepulangan Zaydan. Bagaimanapun juga, Qiara tidak ingin jika sampai kesalahpahaman antara dia dan Bu Jamilah terus-terusan berkepanjangan."Kamu harus tenang, Qi. Kamu nggak boleh terus-terusan gelisah seperti ini." Sayyidah menghibur Qiara agar sahabatnya itu tidak begitu gelisah.Namun Qiara tidak bisa menampik perasaannya yang benar-benar terasa kacau karena memikirkan Zaydan yang tidak tahu bahwa Bu Jamilah adalah ibu kandungnya.Qiara berjalan mondar-mandir di depan pintu rumahnya. Dia tidak berani menghubungi Zaydan dan meminta suaminya itu pulang cepat karena khawatir Nanti Zaydan akan mempertanyakan Apa yang terjadi dan Qiara takut keceplosan menceritakan kebenaran yang selama ini dia sembunyikan dari suaminya."Aku sudah berjanji pada Bu Jamilah untuk tidak menceritakan kepada Mas Zaydan tentang statusnya sebagai orang tua kandung Mas Zaydan. Aku khawatir semua ini akan menjadi kacau jika aku menceritakannya." Qiara kembali dud
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status